SWARA – Ngomongin masalah finansial dalam pernikahan seringkali nggak ada ujungnya. Selesai memenuhi kebutuhan yang satu, muncul lagi seribu kebutuhan-kebutuhan lainnya. Tapi, hal ini nggak perlu disikapi dengan tegang dan kaku. Soalnya kalau salah urat, kamu malah jadi nggak bisa mikir.

Terkadang, kita justru perlu menyikapi masalah dengan santai. Kalau perlu, tambahi dengan sedikit guyonan supaya kita bisa menertawai diri sendiri sembari mengusahakan solusi. Terutama kalau keadaannya seperti di bawah ini.

 

1. Cinta itu nggak bikin kenyang.

Kalimat ini sering jadi andalan orang-orang tua saat melihat anaknya pacaran dengan pria yang nggak jelas masa depannya. Hal ini memang ada benarnya. Soalnya cinta itu memang nggak mengandung zat gizi seperti karbohidrat, protein, atau lemak, apalagi vitamin dan mineral.

Makanya, membayar tanggung jawab menghidupi keluarga kecil kita memang nggak cukup hanya dengan cinta. Tapi, kita bisa mengkonversi cinta itu menjadi motivasi. Dengan begitu, kita bisa berani bekerja lebih keras mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan anak istri kita.

 

2. Ekspektasi: “Suami kerja, istri belanja”. Kenyataan: “Suami kerja, istri juga kerja!”

Masih banyak yang berpandangan bahwa hakikatnya istri sebaiknya tinggal di rumah untuk mengurus suami dan anak-anak. Tapi, zaman sekarang seorang istri dan ibu yang bekerja itu menjadi hal yang biasa. Nggak hanya sebagai aktualisasi diri, tapi juga membantu meringankan beban yang dipikul oleh suami.

 

3. Cincin kawin nggak selalu melingkar di jari manismu, soalnya kadang-kadang dia mesti masuk “sekolah” dulu.

Pernikahan hari pertama: “Cincin ini nggak akan lepas dari jariku.”

Pernikahan hari ke-3.456: “Ma, cincinnya sekolah dulu ya, biar bisa bayar uang masuk sekolah anak kita.”

 

Kondisi keuangan dalam rumah tangga memang nggak selalu mulus. Seperti roda, kadang kita di atas dan kadang terpuruk di bawah. Nah, sewaktu berada di bawah itulah cincin kawin direlakan untuk “sekolah” alias digadaikan demi mencukupi beragam kebutuhan yang cukup mendesak.

 

4. ‘Pondok Mertua Indah’ yang nggak seindah kedengarannya.

Keadaan kadang memaksa pasangan suami-istri untuk tinggal di rumah orang tuanya. Meski tampaknya menyenangkan karena bakal ada yang membantu mengurus anak, tapi kenyataannya nggak sedikit pasangan yang merasa kurang betah tinggal di Pondok Mertua Indah.

 

Ini karena nggak jarang drama cekcok terjadi antara menantu dan mertua gara-gara perbedaan pandangan. Sementara, si anak jadi kayak pelanduk, bingung mau membela pasangan atau ortunya.

 

5. Jodoh itu nggak ke mana(-mana).

Istri: “Pa, Mama sekarang kok nggak pernah diajak jalan-jalan berdua, sih?”

Suami: “Menurut Mama, kenapa kita menikah?”

Istri: “Ya, karena kita jodoh, Pa.”

Suami: “Ya itulah, kalau jodoh ‘kan nggak ke mana.”

 

Kencan romantis tiap malam minggu kayaknya berlaku cuma pas pacaran saja. Udah kawin? Boro-boro. Banyak yang lebih suka berdiam di rumah pas weekend untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang tertunda atau sekadar beristirahat. Kalaupun akhirnya keluar jalan-jalan, pasti gara-gara anaknya sudah merengek minta diajak bepergian.

Nah, apakah ada keadaan di atas yang kamu banget, Kawan Tunaiku? Yang jelas, hal-hal di atas dinikmati aja, nggak usah terlalu dipusingkan! Kenapa? Karena hidup nggak kaya di drama Korea atau dongeng Cinderella. Menikah nggak selamanya berbunga-bunga, dibutuhkan kerja sama, kerja keras, dan pengorbanan dari suami-istri supaya bahtera rumah tangganya tetap stabil. Setuju? Yuk, tulis pendapatmu di kolom komentar.