SWARA – Pesatnya perkembangan teknologi informasi membuat perusahaan startup kian menjamur. Berbeda dengan perusahaan konvensional yang mapan, model perusahaan ini biasanya digagas dan dioperasikan oleh anak-anak muda usia produktif yang kreatif dan melek teknologi. Mungkin kamu pun salah satunya!


Tapi, kita yang kerja di startup mungkin menemui kesulitan saat menjelaskan pekerjaan kita kepada orang tua, terlebih jika mereka termasuk orang tua yang kolot dan gagap teknologi. Makanya, reaksinya pun bisa tak terduga. Inilah beberapa reaksi umum orang tua ketika tahu kamu kerja di startup!

  1. “Apa tadi nama perusahaannya? Bergerak di bidang apa?”

Mengutip curhatan seorang teman di Facebook:
Mamah: “T*******a itu apa sih? Mamah lupa pas kamu jelasin.”
Me: “startup teknologi, Mah. Lewat internet, orang bisa beli apa aja di situ. Mulai dari barang-barang, pulsa, tiket kereta, bayar BPJS.”
*1 jam kemudian*
Bapak: “Katanya kamu kerja di perusahaan teknologi yang valuasinya tinggi. Kok kata mamahmu barusan, kamu malah kerja di konter pulsa di internet?”
Me: “…”

Nama perusahaan startup mungkin memang belum setenar perusahaan korporat yang sudah mapan. Meski sama-sama berbasis teknologi, bidang yang digeluti antara startup yang satu dengan yang lainnya pun nggak sama. Jadi, pertanyaan semacam ini pasti bakal kerap ditanyakan oleh orang tua maupun kerabat yang berbeda generasi. Jangan lelah menjawab pertanyaan mereka tentang perusahaanmu!

  1. “Kerjaanmu itu ngapain, sih? Tolong jelaskan lagi ke Mama dan Papa.”

Bapak: “Jadi kerjaanmu itu social media manager? Wah, hebat, baru lulus langsung diterima jadi manajer. Bawahanmu berapa orang?”
Me: “Nggak punya bawahan, Pak. Orang tugasnya, tuh, ngurusin Facebook, Twitter, dan Instagram punya perusahaan.”
Bapak: “Wah, kalau gitu Bapak boleh daftar, nggak? Bapak ‘kan bisa kalau cuma Facebook doang.”

Dengan berbagai posisi yang terdengar asing di telinga, seperti copywriter, web developer, hingga social media manager. Kadang, pekerjaan kita nggak cukup cuma dijelaskan sekali kepada orang tua. Pertanyaan dan kesalahpahaman seputar pekerjaanmu pasti sering muncul dari benak mereka. Jadi, kamu jangan malas menjelaskannya secara mendetil, ya!

 

  1. “Kantormu gimana sih kok kamu kerja cuma kaosan dan masuknya siang terus?”

 

Mama: “Katanya kamu sekarang kerja kantoran, kok bajunya santai banget?”

Me: “Kan aku kerjanya di back office, tan. Jadi web designer ngapain formal-formal bajunya…”

Mama: “Apa itu web designer?”

Me: *dalam hati* “Yah, mulai lagi, deh…”

 

Berbeda dengan perusahaan konvensional yang sistem kerjanya terstruktur, kebanyakan startup identik dengan budaya kerja yang santai dan fleksibel. Jadi, nggak heran kalau pekerja startup terbiasa dengan pakaian kasual dan jam kerja yang luwes. Tapi, jelaskan juga kalau peran kamu di sana jauh lebih signifikan bagi perusahaan dibandingkan kerjaan konvensional di perusahaan yang sudah mapan dan stabil.

 

  1. “Terus, jenjang kariernya gimana?”

 

Mama: “Kalau di tempat kerja kamu itu, naik jabatannya gimana? Gampang, nggak?”

Me: “Nggak tahu, deh, Ma. Namanya juga perusahaan baru.”

Mama: “Hmmm…nggak usah lama-lama, deh, kalau jenjang karirnya nggak pasti gitu.”

Me: “…….Ma, baru juga kerja sebulan.”

 

Orang tua pastinya memperhatikan potensi jenjang karier anaknya di perusahaan tempatnya bekerja. Di sebagian startup, pertanyaan ini termasuk yang susah dijawab, terlebih jika perusahaan masih berada di fase awal. Kamu mungkin bingung bakal menempati posisi apa setelahnya. Tapi, jenjang karier tetap ada, bahkan sangat potensial, seiring dengan majunya perusahaanmu. Terlebih, kerja di startup dapat membuat kamu memaksimalkan potensi yang kamu punya.

 

  1. “Kapan mapannya kalau kerjanya kayak gitu?”

 

Bapak: “Gajimu di tempat baru berapa?”

Me: “3 juta, pak.”

Bapak: “Coba kamu kemarin ambil yang di bank, pasti gajinya gede. Gaji 3 juta, kapan bisa cicil rumahnya?”

Me: “……”

 

Di fase awal, perusahaan startup memang belum berani menggaji tinggi pekerjanya, apalagi memberikan bermacam tunjangan seperti halnya perusahaan konvensional yang mapan. Inilah salah satu alasan mengapa startup terkadang dipandang sebelah mata. Soal gaji dan kesejahteraan memang bisa bikin orang tuamu ketar-ketir. Tapi, tanggapi saja dengan santai bahwa kesejahteraanmu bakal meningkat seiring dengan perkembangan perusahaan.
Nah, itu dia reaksi umum orang tua ketika tahu kamu kerja di startup. Ini wajar, kok. Jadi, nggak perlu ragu kerja di startup!