SWARA – Sejak awal saya kenal istri saya semasa bangku kuliah, dia itu orangnya supel dan nggak neko-neko. Kami paham kalau biaya pernikahan itu nggak murah dan dia tahu betul kalau saya bukan berasal dari kalangan orang mampu berlebih sehingga nggak mungkin melewati proses tunangan dengan jumlah uang besar. Akhirnya, kami menempuh jalan tengah: yakni patungan.
Namun kami menghadapi keraguan ketika mengambil jalan ini. Padahal sudah banyak yang mempraktikkannya. Kami pun mengumpulkan pihak-pihak yang terlibat dengan pernikahan kami nantinya, tentu saja kedua orang tua kami. Secara garis besar, saya bisa menangkap arah pembicaraannya seperti ini.
1. Saling Memahami Kondisi Keuangan Masing-Masing
Saling memahami kondisi keuangan pihak saya maupun pihak calon istri saya merupakan titik berangkat yang paling penting. Tanpa ini barangkali nggak mungkin tercipta kesepakatan apapun. Keluarga saya nggak kaya namun juga nggak miskin. Keluarga dia juga nggak terlalu kaya dan juga nggak terlalu miskin. Perbandingannya sekitar 50:50. Inilah kabar baiknya.
Artikel terkait: membangun hubungan baik dengan keluarga
- 5 Cara Seru Menghabiskan Waktu Bareng Keluarga Ala The Hadids
- Ini 5 Tips Agar Selalu Kompak Dengan Saudara Kandung Sendiri
- Cara Berdebat dengan Keluarga Tanpa Menyakiti Pihak Manapun
2. Dibagi Berdasarkan Tugas Masing-Masing
Pembagian berdasarkan besaran tugas masing-masing pihak mempelai merupakan jalan tengah terbaik. Kebetulan yang usul ini adalah saya. Saya tinggal di Jawa, jadi sudah pasti pakai adat Jawa. Dalam adat Jawa, acara utama diadakan di tempat mempelai wanita. Namun sebelum acara dimulai, biasanya dilakukan seserahan dulu dengan maskawin dan uang.
3. Pembagian Biaya Tempat untuk Menyelenggarakan Pernikahan
Kebetulan saya dan calon istri saya lebih suka mengundang banyak orang. Jadi tetap dibutuhkan tempat ekstra selain rumahnya sendiri yang cukup sempit. Pada tataran ini, saya urun rembug agar biaya soal tempat itu saya yang tanggung. Semua keluarga mengangguk setuju. Kali ini saya nggak melibatkan urun tangan dari orang tua saya sendiri.
4. Pembagian Biaya untuk KUA
Sebetulnya semua sudah tahu bahwa besarnya biaya pernikahan di KUA itu sudah ditentukan. Tetapi seringkali terdapat biaya ekstra, misalnya harus bayar penghulu, perangkat desa, dan lain-lain. Ukurannya cenderung kecil. Sesuai kesepakatan, akhirnya untuk biaya ekstra ini ditanggung oleh pihak calon istri saya.
5. Biaya Tata Rias dan Busana Pengantin
Biaya ini termasuk dalam biaya ekstra. Saya bersedia menanggung beban biaya untuk tata rias dan busana pengantin. Alasannya sederhana, saya ingin mempertahankan porsi 50:50 berdasarkan posisi keuangan keluarga kami. Lagi pula setelah saya hitung biayanya nggak terlalu besar. Nggak hanya tata rias dan busana, namun juga paket foto dan juga videonya.
Artikel terkait: Simak kiat ini biar hubungan dengan pasangan makin lengket.
- Tiru Rahasia 5 Pasangan Selebriti Dunia yang Punya Hubungan Awet dan Romantis Ini!
- 5 Cara Menghadapi Pasangan yang Memiliki Sifat Passive-Aggressive
- 5 Mitos Seputar Hubungan Percintaan, Abaikan Jika Ingin Bahagia
6. Pembagian Biaya Catering
Bisa dibilang, biaya untuk catering inilah yang paling menguras kantong. Tentunya bujet untuk catering disesuaikan dengan jumlah tamu yang kami undang. Porsi pembagian biaya catering adalah 2:5 dengan perbandingan 2 dari keluarga saya. Toh calon istri saya punya warung makan. Pasti mudah meng-handle-nya.
7. Pembagian untuk Biaya Lain-Lain
Untuk biaya yang terhitung serba-serbi ini biayanya dibagi rata. Biaya lain-lain itu seperti apa? Kalau ada, paling-paling hanya biaya periksa kesehatan, mobil pengantin, biaya administrasi RT hingga Kecamatan, dan souvenir. Setelah semua terancang dengan baik, kami tinggal memikirkan cara menjalankannya saja.
Keluarga saya dengan keluarga calon istri saya itu serba terbuka. Soal kondisi keuangan masing-masing itu nggak ada gengsi sama sekali. Inilah yang paling saya sukai. Ketika kedua belah pihak sudah saling menerima, proses pembagian biaya untuk pernikahan juga lebih mudah. Tanpa harus adu urat satu sama lain.
Biaya pernikahan dari pihak saya senilai 15 juta rupiah. Sementara dari pihak calon istri saya 10 juta rupiah. Dengan bekal 25 juta rupiah kami semakin mantap menyongsong hari H yang pasti sangat mendebarkan.
Bagaimana dengan artikel yang kamu baca hari ini? Semoga bermanfaat untukmu, ya.
Jangan lupa, Tunaiku menyediakan pinjaman tunai cepat dan mudah, mulai dari Rp2-20 juta, yang bisa diangsur mulai dari 6-20 bulan. Yuk, ajukan pinjamanmu sekarang!
TUNAIKU