SWARA – Secara insting, semua orang tua ingin agar kebutuhan sang anak terpenuhi. Lintang pukang bekerja mengejar materi memastikan si kecil bisa masuk sekolah favorit. Rela lembur supaya bisa menghadiahinya sepeda di kenaikan kelas kelak.
Tidak salah kok berkeinginan membahagiakan buah hatimu dengan sebaik-baiknya. Tapi, di penghujung hari, orang tua haruslah sadar bahwasanya kebutuhan anak tak sekadar yang melekat di badan atau berupa materi. Mereka membutuhkan sosokmu; menumbuhkan ikatan batin tak bisa dibentuk lewat hadiah dan uang.
Uang memang menghidupi dan memenuhi, tapi kebutuhan anak tak sekadar materi
Anakmu memang kelihatannya senang jika dibawakan hadiah. Ia berterima kasih dan memberikan senyumnya yang manis. Tapi, apalah artinya jika setelah itu kamu langsung sibuk lagi dengan gawaimu? Membuka laptop dan langsung terpaku di monitor? Sibuk bertukar kata dengan lawan bicara di smartphone tapi luput mengucapkan “Selamat tidur” kepada si kecil?
Di balik diamnya, anak menyimpan berbagai ‘keluhan’ yang ingin ia sampaikan. Tentang hal-hal yang kalian orang tua kerap abaikan karena waktumu tersita oleh pekerjaan.
“Ayah, Ibu aku ingin bercerita tentang hariku hari ini!”
Namanya pekerjaan memang tak ada habisnya. Pulang-pulang, rasanya sudah tak ada tenaga. Tapi, ingatlah, walaupun hati dan badan capek luar biasa, selalu pasang senyum di wajahmu saat melihat ia berlari menyambutmu.
Tak hanya orang-orang dewasa, anak pun punya cerita yang ingin ia bagikan. Tentang hari-harinya di kelas bersama teman-teman. Tentang pujian yang ia terima dari Ibu guru atau sekadar tentang seekor anak kucing yang ia temui sepulang sekolah.
Terkadang, karena rasa letih yang bertumpuk, tak sadar kamu mengabaikan mereka. Sembari bilang “Mama capek, nanti dulu ya.” Ucapan seperti ini bisa membuat mereka sedih, lho. Jika sering seperti ini, lambat laun mereka enggak merasa membutuhkan kehadiranmu.
Artikel Terkait: Menjaga Ikatan Emosional Orang Tua dan Anak
- Tanpa Disadari, Ini yang Bikin Hubungan Ibu dan Anak Menjauh
- Sri Mulyani: Orang Tua Harus Terlibat dalam Setiap Perjalanan Pendidikan Anak
- Di Balik Senyumnya, Ibu Ternyata Nggak Berhenti Memutar Otaknya untuk 4 Hal Ini
“Hari ini ada PR, Yah. Aku boleh minta bantu ajarin?”
Tugas guru itu terbatas. Ia tak bisa menggantikan peran orang tua. Di sekolah, guru memberikan bimbingan belajar intensif dan menjawab pertanyaan mereka. Namun, tak ada guru yang bisa memberikan kehangatan dan lembutnya orang tua.
Di rumah, anakmu ingin, lho, bertanya langsung padamu tentang pelajaran yang ia terima di sekolah. Bahkan meskipun kamu tak pandai menjelaskan, sekadar mencurahkan perhatian atas apa yang ia tanyakan rasanya sudah cukup. Ingat, keluarga adalah sekolah pertama di kehidupan anak-anak.
“Aku nakal karena aku maunya Ibu yang menegur dan menasihatiku.”
Ketidakhadiran orang tua di hidup anak adalah masalah yang serius. Seperti dijelaskan oleh Psikolog Diyah Indrieswari, anak-anak pun bisa depresi karena kurang perhatian dari orang tua. Dan, depresi ini diungkapkan melalui dua ciri-ciri. Pertama, anakmu bisa jadi nakal dan sangat hiper-aktif. Atau sebaliknya, benar-benar menarik diri darimu.
Kalau sudah begini, apa yang bisa kamu lakukan? Jangan buru-buru marah dan melabeli mereka nakal! Dekati mereka dan berikan sentuhan fisik dengan kasih sayang.
“Aku suka sih main dengan Bibi, tapi, orangtuaku kan Ayah dan Ibu?”
Saat jalan-jalan di mall, pasti kamu sering kan melihat anak-anak kecil yang lekat di gendongan? Tapi, alih-alih bersama Ibu, ia malah ada di dekapan baby sitter. Keberadaan baby sitter pastinya memang untuk membantu kamu mengurus anak, tapi, kalau sekadar jalan-jalan di mall, apakah si kecil masih harus bersama sang bibi? Tidakkah kamu merasa iri saat melihat buah hatimu menggenggam erat tangan sang baby sitter alih-alih tanganmu?
Artikel Terkait: Yang Harus Orang Tua Tahu Tentang Kebutuhan Sang Anak