Inspirasi dan Edukasi Finansial dari Amar Bank – David Wirawan selaku Executive Vice President Finance PT Bank Amar Indonesia Tbk. (Amar Bank) diundang dalam wawancara eksklusif bersama IDX Channel untuk membahas beberapa hal soal perkembangan Amar Bank serta strategi ke depannya.
Dalam wawancara tersebut, David menceritakan banyak hal, mulai dari bagaimana proses pembentukan Amar Bank dan hubungannya dengan Tolaram Group hingga langkah Amar Bank ke depannya dalam memenuhi kebutuhan nasabah.
Berikut adalah hasil wawancara David bersama dengan IDX Channel dengan fokus bahasan Cerita Digitalisasi Amar Bank dan Langkah ke Depannya.
Bagaimana perjalanan pembentukan Amar Bank?
David menceritakan bahwa pada awalnya Amar Bank memulai perjalanannya sebagai PT Anglomas International Bank pada tahun 1991. Namun, setelah Tolaram Group datang ke Indonesia dan melihat potensi pasar Indonesia sangat besar, maka Tolaram mengakuisisi perusahaan.
Tolaram melihat bahwa potensi dalam hal landing di Indonesia cukup besar dan saat itu kompetitor dalam bidang serupa masih belum banyak.
Pada masa itu, rencana pendirian Amar dengan induk perusahaan Tolaram ingin berfokus membangun perusahaan di bidang lending.
Dengan begitu, David bersama dengan rekan yang lain berkeliling untuk bertemu dengan pihak pemerintah hingga OJK untuk mendiskusikan perihal lisensi pendirian perusahaan sebagai lending.
Namun, OJK dan pihak pemerintah hanya memberikan 3 opsi pendirian untuk pemberian lisensi, yakni sebagai Koperasi, Multifinance, dan Bank.
Pihaknya pun kembali berdiskusi dengan pihak Tolaram untuk opsi yang diberikan oleh OJK tersebut. Hingga akhirnya, disepakatilah untuk pendirian Amar sebagai perusahaan bank dengan nama Amar Bank pada tahun 2014.
“Awalnya rencana OJK ingin melikuidasi PT Anglomas Internasional Bank sebab tidak ada perkembangan sama sekali, kemudian pihak kami meminta bantuan chairman untuk berbicara dengan pihak OJK agar bisa segera di-takeover,” ucap David.
“Akhirnya, kita berhasil melakukan takeover penuh dan melakukan rebranding ke PT Bank Amar Indonesia (Amar Bank),” sambung David.
Baca juga: Amar Bank Raih 3 Penghargaan Top Digital Awards 2022
Bagaimana Amar Bank melihat target pasar?
David menjelaskan bahwa Amar Bank melihat sebuah potensi pasar yang besar dalam hal pinjaman.
Amar Bank melihat adanya kesulitan masyarakat dalam memperoleh pinjaman dari bank konvensional karena beberapa syarat tertentu.
Nasabah dinilai kesulitan mendapatkan pinjaman karena beberapa syarat dokumen yang belum tentu nasabah bisa penuhi.
Di sini, Amar Bank ingin memecah permasalahan tersebut, di mana nasabah tidak perlu lagi repot mengurus dokumen dan administrasi lainnya untuk mendapatkan pinjaman dengan cukup bermodalkan KTP (kartu tanpa penduduk).
Tak hanya itu, Amar Bank juga mempermudah proses pengajuan di mana nasabah tidak perlu mendatangi kantor cabang.
Amar Banklah yang menyediakan kurir untuk datang ke nasabah dalam proses pengajuan dan penandatanganan kontrak pinjaman.
“Kalau kita riset ke customer dengan segmen medium to low, mereka bilang sangat sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank, minta dokumen, slip gaji, dan lainnya. Kita lihat ini market yang menarik,” ucap David.
“Misalnya kita buat teknologi yang di mana tidak perlu membuat cabang, overhead yang lebih terkontrol, tapi juga bisa membuat skoring yang tidak terlalu bergantung dengan banyak dokumen,” tambahnya.
Baca juga: Amar Bank sebagai Enabler Dalam Kebutuhan Keuangan
Bagaimana proses digitalisasi Amar Bank ke depannya?
Saat ini, Amar Bank secara bertahap melakukan digitalisasi penuh. Sebab, secara posisi Amar Bank bukan sebuah fintech, melainkan bank yang tentunya memiliki aturan berbeda.
Namun, secara bertahap, Amar Bank membuktikan kepada pihak OJK bahwa industri bank yang memiliki standar regulasi yang tinggi juga bisa melakukan proses digitalisasi.
Tak hanya itu, alasan utamanya juga karena Amar Bank harus selalu menganalisis bagaimana dampak yang ditimbulkan jika menggunakan digitalisasi penuh dalam hal pelayanan.
Amar Bank akan berhati-hati untuk kemungkinan adanya tendensi negatif jika dilakukan proses digitalisasi seutuhnya. Namun, secara bertahap, Amar Bank pasti akan mengarah ke sana.
“Kita saat ini melakukan continuous communication ke pihak OJK dengan menunjukkan kalau digitalisasi bisa membawa dampak yang bagaimana, dan secara perlahan OJK pun mulai menyetujui,” ucap David.
“Kita pun secara bertahap akan melakukan digitalisasi seutuhnya, sebab kita juga harus waspada dengan tendensi fraud dan semacamnya, jadi kita pelajari juga. Tapi, secara bertahap, kita akan digitalisasi sepenuhnya dalam proses pelayanan dan kebutuhan nasabah,” jelas David.