SWARA – Menurunnya tingkat perekonomian masyarakat akibat wabah pandemi juga berdampak pada meningkatnya angka perceraian. Salah satu faktor utama terjadinya gugatan cerai pada pasangan karena faktor ekonomi.

 

Meningkatnya Angka Perceraian 

Pandemi yang berlangsung saat ini ternyata memberi dampak pada hubungan banyak pasangan.Bahkan tidak sedikit pasangan memilih untuk berpisah di tengah pandemi. Hal ini terjadi karena kurangnya keharmonisan dalam keluarga, salah satunya disebabkan oleh masalah ekonomi. Misalnya suami yang dirumahkan, bisnis yang gulung tikar, dan pengeluaran rumah tangga yang semakin meningkat.

 

Selain itu, sama-sama di rumah juga mengubah pola komunikasi. Seringkali, stres yang dialami karena situasi yang tidak kondusif ini membuat hubungan merenggang, atau terkadang jadi sering emosional. Perubahan pola komunikasi yang memburuk ini juga turut menjadi andil tingginya angka perceraian.

 

Di Indonesia, kasus perceraian saat pandemi meningkat sangat tajam, seperti yang dilansir dari detikNews. Misalnya kasus perceraian di Kabupaten Garut yang cukup tinggi, ada lebih dari 2000 janda baru di 6 bulan pertama 2020. Wakil Ketua Pengadilan Agama (PA) kabupaten Garut mengatakan istri yang cerai dengan suaminya rata-rata berumur 25-40 tahun. Perceraian disebabkan karena faktor ekonomi. Kerap kali pasangan suami istri di Garut bertengkar dan akhirnya bercerai.

 

Begitu juga dengan angka perceraian di Purwakarta yang meningkat. Berdasarkan catatan Pengadilan Agama Purwakarta, ada sebanyak 81 perkara di Mei 2020. “Sepanjang per hari ini saja sudah ada 136 perkara perceraian, dengan gugatan sebanyak 104 perkara dan 32 permohonan perkara. Data tersebut menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan,” ujar Adam Iskandar, Panitera Pengadilan Agama Purwakarta. 

 

“Saat ini tetap kasus  perceraian tersebut tetap didominasi oleh faktor ekonomi, perselisihan, sehingga mempengaruhi seseorang mengajukan permohonan perceraian,” lanjut Adam. 

 

Alasan hubungan bisa berubah di tengah pandemi

Dengan kondisi pandemi, tentunya pasangan suami istri akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Peluang ini bisa dijadikan kesempatan untuk mempererat hubungan pasangan suami istri. Namun, banyak hubungan yang kandas di tengah pandemi ini.

 

Di tengah kondisi pandemi, banyak pekerja yang di-PHK. Karena tuntutan kehidupan untuk menafkahi keluarga, maka seorang suami atau istri yang di-PHK tidak bisa menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

 

Tentunya hal tersebut membuat sang istri atau suami tidak betah untuk meneruskan kehidupan bersama dan memilih untuk bercerai. 

 

Faktor ekonomi menjadi salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kebutuhan keluarga. Hal ini sangat berpengaruh besar dalam berlangsung kehidupan. Pada akhirnya banyak orang yang menyerah dan memilih untuk bercerai.

 

Dalam mengurangi angka perceraian tersebut, maka diperlukan cara menjaga keharmonisan hubungan pasangan suami istri dengan mengenali dan memahami pasangan masing-masing. Walaupun banyaknya tantangan, sebaiknya ingat kembali komitmen satu sama lain agar dapat mempertahankan hubungan keluarga.

 

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Membutuhkan Terapi Pasangan 

 

Yuk, simak tips berikut mengatasi masalah dan mempertahankan hubungan di tengah pandemi.

 

1. Terbukalah pada pasangan soal ekonomi

Bersikap terbuka atau jujur pada pasangan adalah sikap yang penting dalam mempertahankan hubungan keluarga. Untuk menguatkan dan menjaga keharmonisan dalam keluarga, diperlukan sikap terbuka untuk hal apapun, termasuk dari segi ekonomi. Misalnya, di tengah pandemi saat ini banyak kebutuhan keluarga yang harus ditunda pembayarannya atau jumlah pemasukan yang berkurang. Apalagi jika salah satu kehilangan pekerjaan. Dengan bersifat terbuka, kamu dan pasangan akan mencari solusinya bersama, bukan malah mendiamkan hal ini berhari-hari sehingga kamu merasa terbebani seorang diri. 

 

 

2. Pasangan Suami-istri gigih dalam bekerja 

Di tengah pandemi saat ini, banyak pasangan terjebak dalam kemelut ekonomi. Bahkan ada juga yang di-PHK. Walaupun kehilangan pekerjaan, kamu dan pasangan bisa mencari solusi. Misalnya, kamu bisa mencari uang tambahan, seperti membuat usaha online atau bisnis rumahan.

 

Selain itu, kamu juga bisa menggunakan sosial media untuk mempromosikan bisnis, misalnya jualan pakaian. Contoh usaha lain yang bisa kamu lakukan misalnya membuka usaha laundry atau membuka usaha catering makanan, mengingat banyak orang tidak sempat masak dan sibuk dengan pekerjaannya. 

 

3. Dapat bersabar dalam menghadapi kesulitan ekonomi

Tidak sedikit pasangan akhirnya mengakhiri hubungan karena kesulitan ekonomi yang menimpa keluarga. Banyak dari mereka putus asa dan menyerah untuk menghadapi kesulitan ekonomi yang terjadi. Seharusnya di tengah ujian yang dihadapi dalam segi ekonomi, hendaknya selalu bersabar. Walaupun tidak mudah untuk bersabar dalam keadaan yang menimpa ekonomi kamu saat ini. itu,

 

Apakah bersikap tidak sabar akan menyelesaikan tantangan kamu? Tentunya tidak kan? Oleh karena lebih baik bersabar daripada uring-uringan dan malah menyalahkan keadaan. Namun perlu diingat bahwa di samping sabar kamu juga harus berusaha dalam mencari jalan keluar. Setidaknya dengan bersabar akan membuat kamu lebih menikmati proses yang telah kamu lakukan dan menghindari risiko stres. Sebab, orang yang tidak sabaran cenderung memiliki emosi yang tinggi, yang dapat memicu peningkatan tekanan darah dalam tubuh dan berujung dengan membuat keputusan besar, seperti bercerai.

 

4. Mengelola keuangan rumah tangga bersama

Masalah ekonomi bisa membuatmu dan pasangan sering terbawa emosi. Namun, kamu pun bisa mencari solusi bersama. Salah satunya dengan mengontrol keuangan rumah tangga yang lebih baik dan bijak.

 

Pertama-tama, kamu bisa lebih berhemat. Kamu bisa mengatur pola belanja dan menjalani gaya hidup sederhana. Jangan menghamburkan uang dengan percuma dengan membeli barang-barang yang kurang penting. Kamu dapat irit dengan cermat membelanjakan kebutuhan sehari-hari. Jangan terlalu konsumtif jika hal tersebut tidak terlalu penting.

 

Selain itu, penting untuk mengelola keuangan dengan baik. Mulai dari membuat catatan pengeluaran dan pemasukan. Dengan mencatat keuangan, kamu akan tahu berapa banyak pemasukan yang dapat kamu belanjakan, sehingga kamu menjadi lebih disiplin dalam mengatur pengeluaran. Selain itu, catatan yang baik bisa mengurangi sikap curiga dan saling tidak percaya di antara pasangan yang berujung pada pertengkaran dan perceraian.

 

 

Kamu dan pasangan juga bisa membuat skala prioritas yang baru dalam menghadapi saat krisis seperti ini. Misalnya, gaji yang kamu peroleh dapat digunakan untuk kebutuhan yang paling penting, mulai dari kebutuhan makanan, sekolah anak-anak dan lainnya. Selalu prioritaskan pos-pos pengeluaran yang paling penting dan jangan terlalu konsumtif jika hal tersebut tidak mendesak.

 

 

5. Mencari solusi bersama 

Pasangan suami-istri hendaknya mencari solusi bersama di tengah kesulitan kondisi ekonomi yang terjadi. Bukan saling menyalahkan dan meluapkan emosi masing-masing, yang nantinya menjadi pertengkaran yang semakin rumit. Bicarakan dengan terbuka saat menghadapi permasalahan ekonomi yang terjadi, berusahalah untuk menemukan solusi agar kondisi ekonomi tersebut tidak terlalu menjadi beban. 

 

Misalnya di tengah pandemi saat ini kamu dan pasanganmu ingin menghasilkan uang tambahan. Kamu bisa memanfaatkan situasi ini dengan membuka usaha kecil-kecilan, seperti menjual masker ataupun membuat hand sanitizer apalagi di tengah pandemi saat ini, banyak orang yang memerlukannya.

 

Demi mempertahankan hubungan dengan pasangan ada baiknya, kamu kamu mengenali pasangan kamu dan terbukalah pada pasanganmu. Hal ini bertujuan agar tingkat keharmonisan dalam keluarga dapat terjaga. Di tengah pandemi saat ini, kesabaran sangat dibutuhkan, jangan sampai wabah Covid-19 meruntuhkan bahtera keluarga yang telah kamu bangun bertahun-tahun.