SWARA – Ketika masih muda, kita membayangkan jadi orang dewasa itu enak. Punya penghasilan sendiri dan bebas menentukan langkahmu secara mandiri. Kenyataannya, tantangan yang kita alami semasa sekolah dan kuliah bukanlah apa-apa bila dibandingkan dengan tantangan yang dihadapi orang dewasa setelah mandiri dan bekerja.

Nah, beberapa hal di bawah inilah yang membuat kita sadar bahwa realitas hidup orang dewasa tidaklah semenyenangkan ekspektasimu ketika muda. Kamu mengalaminya juga, ‘kan?

 

1. Mendapatkan pekerjaan seusai kuliah ternyata nggak semudah membalikkan telapak tangan

 

Seusai merampungkan pendidikan, kita menyangka bahwa kita bisa segera mendapatkan pekerjaan di tempat impian. Nyatanya, nggak sesederhana itu. Selain persaingan semakin ketat, terkadang kualifikasi yang kita miliki juga kurang memenuhi untuk memperoleh kursi di tempat kerja yang bergengsi.

Alhasil, nggak sedikit dari kita yang terpaksa harap-harap cemas menanti panggilan wawancara yang tak kunjung tiba. Sebagian bahkan memutuskan untuk banting setir menjadi wirausaha. Ada yang lekas sukses, tapi banyak juga yang masih terus berjuang meraih kemapanan finansial.

 

2. Terkadang, kita terpaksa mengesampingkan idealisme dan menjadi pribadi yang realistis

 

Sewaktu muda, passion adalah kata ajaib yang membuat kita berani menantang masa depan. Kita membayangkan, nggak ada yang lebih membahagiakan dibanding memperoleh penghasilan dari pekerjaan yang kita senangi.

Sayangnya, nggak ada yang memberi tahu kita bahwa passion pun bisa menemui kebuntuan. Seorang pelukis atau penulis bisa kehabisan inspirasi. Seorang pemusik tetap merasakan jenuh setelah melakukan tur berbulan-bulan.

Sesuai passion atau nggak, pekerjaan tetaplah pekerjaan. Ada rasa jenuh dan tekanan di sana. Sangat berbeda bila kita melakukannya semata-mata karena hobi, tanpa ada tekanan untuk mendapatkan penghasilan dari situ.

 

3. Punya penghasilan ternyata nggak berarti senang-senang, sebab ada tagihan-tagihan yang menanti setiap bulan

 

Setelah memperoleh penghasilan pun, kita ternyata nggak bisa menggunakan semuanya buat bersenang-senang. Ada tagihan-tagihan yang sudah menanti setiap bulannya. Mulai dari tagihan listrik, internet, kartu kredit, sampai bayar kosan atau kontrakan.

Semua itu jelas nggak bisa ditunda pembayarannya. Selain hal-hal di atas menunjang hidupmu sehari-hari, kamu juga tentu ingin track record kreditmu tetap baik, ‘kan?

 

4. Nggak hanya itu, kamu juga sudah harus merencanakan masa depan dengan matang

Masa dewasa memang bukan saatnya foya-foya. Kamu mesti merencanakan masa depan dengan matang. Terlebih, usia pertengahan 20-an sampai 30-an adalah masa transisi yang penuh dengan tantangan.

Selain kebutuhan untuk membayar tagihan, pos-pos anggaran yang tersisa perlu dialokasikan untuk investasi masa depan. Baik itu dalam bentuk cicilan KPR atau tabungan pendidikan untuk anak-anak kelak.

Kamu yang sudah berencana membangun rumah tangga juga sudah harus mengumpulkan dana untuk biaya pernikahanmu nanti. Sungguh, nyaris tanpa jeda untuk foya-foya.

 

5. Teman-teman dekatmu jauh berkurang. Rekan kerjamu pun belum tentu sejalan

 

Kita juga menyadari, semakin dewasa usia kita, semakin sedikit teman baik yang masih kita punya. Teman-teman yang dulu akrab semasa sekolah sudah sibuk dengan hidup dan cita-citanya masing-masing. Berkumpul dengan mereka gak semudah dulu. Reunian pun belum tentu setahun sekali.

Di tempat kerja, kita memang bisa menemukan rekan yang bisa menjadi sahabat baru kita. Tapi, nggak sedikit pula rekan kerja yang nggak sejalan, bahkan cenderung menimbulkan problem yang membuat suasana kerja menjadi kurang nyaman. Mau nggak mau, ini adalah hal biasa yang bakal kita temui pada realitas orang dewasa.

Tentunya, hal-hal di atas tetap harus kita hadapi secara optimis. Meski realitas orang dewasa nggak semenyenangkan ekspektasi kita di masa muda, bukan berarti kita nggak boleh bahagia.

 

Setuju? Share pendapatmu di kolom komentar, yuk.