SWARA – Akhir-akhir ini sedang ramai beredar isu tentang Rush Money. Apa sih Rush Money itu? Rush Money adalah gerakan ketika sejumlah banyak orang mengambil uangnya dari

akun tabungannya di bank secara bersamaan. Uang ini akhirnya akan disimpan dengan cara yang tradisional, yaitu dengan menyimpannya di celengan atau mungkin di bawah bantal. Lalu kenapa isu Rush Money bisa sampai meresahkan berbagai pihak, mulai dari polisi sampai Menteri Keuangan kita?

 

Hembusan ajakan melakukan Rush Money sendiri mulai beredar di media sosial, terutama di Facebook dan Twitter. Dimulai dari kejadian demonstrasi pada tanggal 4 November 2016 lalu, masyarakat disarankan untuk mengambil seluruh atau sebagian besar uangnya di bank pada tanggal 25 November 2016 untuk mengantisipasi demo susulan, yang katanya akan diundur juga menjadi tanggal 2 Desember.

 

Namun sebenarnya kita enggak perlu menanggapi isu ini dan ikutan Rush Money. Untuk tahu alasannya, simak 5 alasan penting kenapa kita nggak perlu ikutan Rush Money berikut ini, ya.

 

Enggak perlu khawatir, kondisi keuangan di Indonesia dalam keadaan normal

Dikutip dari cnnindonesia.com, menurut David Sumual, seorang Ekonom BCA, ajakan Rush Money pada tanggal 25 November itu memiliki agenda tersendiri untuk mengguncang ekonomi nasional. Dalam isu tersebut dikatakan bahwa industri perbankan sedang mengalami kesulitan menyediakan uang tunai karena mengalami likuiditas.

 

Namun menurut David, hal ini akan sia-sia, karena infomasi tersebut merupakan informasi yang sesat. Ia juga menegaskan kalau permodalan bank masih dalam keadaan yang baik untuk menyediakan uang tunai. Hal ini bisa kita lihat dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) industri perbankan dengan rata-rata 23% atau jauh di atas ketentuan pemerintah, yaitu 8%.

 

Dengan begitu, bisa kita simpulkan kalau keadaan ekonomi Indonesia sedang ada di dalam kondisi yang normal, bahkan bisa dikatakan dalam kondisi prima. Jadi kamu enggak perlu khawatir dengan isu terbatasnya ketersediaan uang tunai di Indonesia.

 

Berdampak bagi masyarakat miskin

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, mengatakan jika orang-orang terpengaruh oleh isu Rush Money dan melakukannya serentak di tanggal 25 November, yang terguncang bukanlah perekonomian Indonesia, tetapi justru memiliki dampak bagi rakyat miskin.

 

Menurutnya, yang paling terpengaruh keadaannya jika terjadi Rush Money adalah masyarakat miskin karena posisinya yang sangat rapuh dalam sistem perekonomian. Sri Mulyani percaya kalau masyarakat tidak mau membahayakan perekonomian nasional, terutama masyarakat kecil. “Hati-hati dalam melakukan tindakan yang bisa saja melukai dan mempengaruhi kepentingan masyarakat sendiri,” tuturnya. Duh, jangan sampai, deh, kita bikin masyarakat miskin jadi korban.

 

Bisa mengguncang perekonomian beberapa bank kecil dan menengah

Kalau rush money benar-benar terjadi, bisa bayangkan berapa bank di Indonesia yang akan mengalami likuiditas? Kita ambil contoh saja. Jika ada 7 juta nasabah yang menarik uangnya secara serentak minimal Rp 2 juta per orang, maka dalam sehari akan terjadi penarikan uang sebesar Rp 14 triliun.

 

Hal ini mungkin tidak berdampak untuk bank-bank besar yang memiliki likuiditas yang stabil. Namun, untuk bank-bank kecil menengah, hal ini bisa menimbulkan efek yang cukup signifikan, karena memiliki likuiditas yang terbatas. Kamu tidak mau kan hal ini terjadi di Indonesia?
Setelah mengetahui 3 alasan penting kita nggak perlu ikutan Rush Money ini, kamu jadi nggak perlu termakan oleh isu-isu yang nggak jelas kebenarannya itu, kan? Jangan lupa sampaikan fakta-fakta ini kepada orang terdekatmu agar semakin banyak orang yang tidak menelam bulat-bulat berita yang tidak jelas asal usulnya, atau hoax.