Selalu merasa tidak enak untuk menolak permintaan orang lain? Bisa jadi kamu adalah people pleaser, loh!
Sebagai makhluk sosial, kita tentunya akan banyak berinteraksi dengan manusia lain, terutama dalam hal tolong-menolong.
Tetapi, sebagai manusia yang hanya memiliki waktu 24 jam dalam sehari, kita tidak bisa untuk terus menerima permintaan dari orang lain.
Perasaan tidak enak saat menolak permintaan orang lain ini banyak dirasakan oleh beberapa orang. Kebanyakan dari mereka merasa bahwa menerima permintaan orang lain itu merupakan sebuah kewajiban yang harus dipaksakan walaupun keadaannya tidak memungkinkan.
Padahal, sesuatu yang dipaksakan itu akan sulit dijalankan dengan rasa yang ikhlas dan akan menimbulkan masalah yang baru.
“Duh, Toni minta dianterin cari baju buat foto perpisahan, tapi kan aku hari ini banyak tugas yang harus diselesain. Yaudah deh anterin aja, gak enak mau nolak Toni.”
Karena pemikiran seperti itu, tugas yang harusnya selesai tepat waktu pun menjadi telat dan tentunya akan sulit juga untuk enjoy menemani Toni saat berbelanja, karena memikirkan tugas yang belum selesai.
Dalam dunia Psikologi, orang dengan pemikiran seperti itu disebut dengan People Pleaser.
Apa itu People Pleaser dalam Psikologi?
Seorang Psikolog sosial, Susan Newman mengatakan bahwa People Pleaser ini adalah keadaan dimana seseorang memiliki kecenderungan ingin menyenangkan perasaan orang lain.
Seseorang yang mengalami hal ini biasanya akan sulit untuk menolak orang lain dalam kondisi apapun, jadi menurutnya, kebahagiaan orang lain itu lebih penting dibandingkan kebahagiaan dirinya sendiri.
People Pleaser ini akan terus berkata “Iya” walaupun kata yang sebenarnya ingin diucapkan adalah “Tidak”. Sangat sulit bagi seorang People Pleaser mengatakan “Tidak” kepada orang yang meminta bantuan darinya.
Ini berlaku dalam hal apapun, seorang People Pleaser juga akan sangat bergantung pada ucapan orang lain, karena merasa tidak enak jika menolak ucapan tersebut.
Kehidupan seorang People Pleaser akan penuh dengan tanggung jawab terhadap kepentingan orang lain dibanding kepentingan dirinya sendiri. Hal ini akan sangat merugikan, apalagi jika terjadi dalam jangka panjang, karena akan menyebabkan seseorang kesulitan untuk menjadi diri sendiri.
Penyebab dari People Pleaser ini biasanya terjadi karena kesalahan dalam menerima parenting, trauma masa lalu, dan kesalahpahaman menetapkan prinsip dalam hal kebaikan. People Pleaser ini harus segera dihentikan, karena dapat berdampak pada kesehatan mental.
Menolak itu Wajar, kok.
Goals dalam menjalani hidup tidak melulu bergantung pada ekspektasi orang lain. Memangnya jika kita menolak permintaan dari orang lain dengan alasan yang jelas itu salah? Nggak, kok.
Setiap orang memiliki kehidupannya masing-masing, dan yang paling tau mengenai prioritas dalam hidup itu, iya hanya diri sendiri.
Belajar untuk memprioritaskan diri sendiri terlebih dahulu, dengan begitu maka hidup kita akan lebih terasa mudah.
Menolong seseorang itu memang sebuah kewajiban, tetapi jika kita berhalangan untuk membantunya, ya tidak apa-apa. Kecuali, jika kita menolak permintaan orang lain, padahal kita mampu untuk melakukannya.
Memang, kebanyakan manusia akan berpikir dengan menolak orang lain, itu akan membuat ia menyakiti perasaan orang lain, padahal jika kita memaksakan diri secara berlebihan, itu akan menyakiti diri kita sendiri nantinya.
Selalu mengatakan “Iya” kepada seseorang itu akan membentuk pribadi yang palsu, kita akan sulit menjadi diri sendiri jika belum berani mengatakan “Tidak”.
Jadi, belajarlah untuk mengatakan “Tidak” jika kamu memang tidak bisa membantunya. Keluarkan pendapatmu dengan cara yang baik jika kamu “tidak” setuju dengan pendapat orang lain. Jangan tempatkan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaanmu.
Baca juga: Jika Kamu Mengalami Hal Ini, Artinya Kamu Terjebak dalam Toxic Financialship
Cara Menolak dengan Baik dan Sopan
1. Awali dengan kata “maaf”
Walaupun kata maaf identik diucapkan oleh seseorang yang bersalah, namun sejatinya meminta maaf dapat diucapkan bukan hanya ketika melakukan kesalahan saja. Saat kamu menyadari bahwa seseorang mungkin merasa kecewa dengan keputusan yang kamu buat, kamu dapat meminta maaf sebagai tanda bahwa kamu menghormatinya.
2. Gunakan bahasa yang baik
Dalam berinteraksi dengan orang lain, kita tentu harus dapat berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan tidak menyinggung perasaan lawan bicara, begitupun ketika kita sedang menolak permintaan. Bahasa yang baik dan sopan akan lebih dapat diterima sehingga penolakan yang kamu utarakan tidak terlalu menyakiti hati orang lain.
3. Katakan dengan jelas dan pasti
Hindari kata-kata ambigu yang membuat lawan bicara dapat mengartikan lain. Hal ini diperlukan agar orang tersebut tidak akan berharap lebih pada jawabanmu yang sebenarnya menolak.
Belajarlah untuk berani berkata “tidak” dengan jelas tanpa harus merasa kurang nyaman. ingatlah bahwa kamu punya hak penuh untuk memutuskan akan menolak atau menerima setiap ajakan yang ditawarkan orang lain.
4. Berikan alasan yang masuk akal
Alasan yang masuk akal sangat diperlukan agar kalimat penolakan yang kamu utarakan tidak terdengar meragukan sehingga dapat mudah dipatahkan. Jawablah dengan yakin dan logis sehingga orang yang kamu tolak dapat menghargai jawabanmu tanpa memaksa untuk membuatmu menerima ajakannya.
5. Tawarkan solusi lain
Jika kamu memang tidak keberatan, kamu dapat membantunya untuk mencari solusi yang lain. Hal ini tentu akan membuat penolakan yang kamu lakukan tidak begitu membuatnya kecewa. Sebab, kamu memberinya alternatif saran yang bisa dilakukan.
Memberanikan diri untuk menolak dan berkata “Tidak” terhadap ajakan atau tawaran orang lain bukanlah suatu kesalahan. Kamu memiliki otoritas penuh atas dirimu sendiri sehingga berhak menentukan akan memenuhi atau justru menolak ajakan orang di sekitarmu tanpa paksaan.
Baca juga: 5 Tanda Kamu Membutuhkan Terapi Pasangan
Tidak perlu khawatir jika orang tersebut akan sedih atau kecewa. Selama kamu memberikan penolakan dengan baik dan sopan, perasaannya sudah bukan lagi menjadi tanggung jawabmu.
DISCLAIMER:
Swara Kamu merupakan wadah untuk menyalurkan inspirasi, edukasi, dan kreasi lewat tulisanmu. Kamu bisa menyampaikan pendapat, pemikiran, atau informasi menarik seputar finansial dan karier. Setiap artikel Swara Kamu menjadi tanggung jawab penulis karena merupakan opini pribadi penulis. Tim Swara tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis oleh masing-masing penulis.
Ingin ikut berbagi inspirasi? Langsung daftarkan dirimu sebagai penulis Swara Kamu di sini!