SWARA – Kalau lihat post Instagram teman-teman yang lagi kuliah di luar negeri, suka kagum juga sama kreativitas mereka dalam mengolah bahan makanan. Telur sama selada pun bisa mereka kreasikan jadi menu sarapan yang cantik padahal modalnya irit, he-he.

 

Tapi nggak jarang juga mereka yang ada di Jerman misalnya, berbagi foto liburan yang bahkan sampai ke Swiss, Paris, atau Praha. Karena rasa penasaran, beberapa hari lalu saya sempat ngobrol dengan tiga orang yang pernah dan masih berjuang menuntut ilmu di negeri dengan gaya hidup hemat.

 

Menurut mereka, ini tips hemat mahasiswa perantauan di luar negeri.

 

Artikel Terkait: Melanjutkan Pendidikan di Luar Negeri, Pilih Negara Mana?

  1. Melanjutkan Studi di Asia: Singapura, Jepang, atau India?
  2. Bagaimana Rasanya Kuliah di Kanada?
  3. 5 Hal yang Patut Diketahui Jika Ingin Kuliah di Amerika Serikat Tahun Ini

 

Ferdio Saputra Vircansa Chairul – UTS, Australia / Newcastle University, Inggris

Tips Hidup Hemat Mahasiswa Perantauan di Luar Negeri Tunaiku - Ferdio 2
Ferdio saat wisuda sarjana di UTS, Australia

Buat cowok yang akrab disapa Ferdio ini bersekolah di lingkungan multinasional udah bukan hal baru. Pindah ke Australia sejak SMP dan lanjut bersekolah di sana sampai lulus S1 membuat Ferdio punya banyak pengalaman juga seputar part-time job di sana.

 

Pas SMP, Ferdio pernah kerja di McDonald buat bersihin toilet dan ngepel. Pas kuliah, pernah juga jadi staf gudang di salah satu online shop sana dan gajinya bahkan bisa dipakai buat nabung.

 

Ya, UK dan Australia sama-sama memberi izin 20 jam seminggu untuk pelajar internasional bekerja sampingan. Ferdio menyarankan banget buat calon mahasiswa yang bakal ke sana untuk cari part time job, bisa buat nabung buka usaha pas balik Indonesia, nambah relasi juga.

 

Di Australia, Ferdio tinggal dengan abang-abangnya jadi masih ada keluarga dekat. Tapi pas lanjut S2 di UK, Ferdio benar-benar sendiri dan belajar lebih mandiri di sana. Saran dari cowok lulusan Master of Science in E-Business ini, pelajar yang merantau harus belajar masak yang sederhana deh, setidaknya buat hemat biaya makan.

 

Usahakan juga ada kulkas supaya kalau pas orangtua berkunjung bisa minta dimasakin rendang atau dendeng yang tahan 3 bulan di freezer. Perkara dapur bukan cuma urusan perempuan kan ternyata, kalau udah kepepet semua harus bisa dan mau belajar.

 

“Pengeluaran nongkrong sama rokok sih yang mahal, sewa rumah di sana juga mahal. Jaman masih di Australia, rokok sebungkus AUD 25, Rp250 ribu,” ungkap Ferdio.

 

Oh ya, menurut Ferdio, punya banyak teman dan kenal sesama mahasiswa perantau dari Indonesia juga penting. Pernah sekali waktu lagi krisis keuangan sebentar karena belum digaji pas part time, akhirnya harus ngurangin nongkrong dan kalau pun nongkrong di rumah teman. Untungnya ada teman perempuan yang suka masak-masak, lumayan deh makan gratis. Hehe.

 

Salut deh buat Ferdio yang survive belasan tahun di luar negeri dengan pengalamannya yang seru!

 

Tika Laras – Osaka University, Jepang

Melanjutkan kuliah dengan beasiswa emang paling menyenangkan, apalagi kalau kuliahnya di luar negeri. Tika sudah hampir dua tahun ada di Jepang untuk lanjut kuliah S2 di Osaka University, Jepang jurusan Arsitektur. Berangkat dengan beasiswa Inpex, Tika belajar banget caranya berhemat.

 

Di Jepang, kalau mau part-time secara legal harus punya VISA kerja. Karena masih mahasiswa, jadi Tika sendiri belum pernah coba part-time yang resmi. Tapi tenang, banyak jalan kok kegiatan yang bisa menghasilkan uang, misalnya jadi relawan kampus buat kunjungan ke sekolah. Bisa juga bantu mengajar pas lagi kunjungan, upahnya lumayan buat nambah-nambah uang jajan.

 

Pengeluaran terbesar Tika juga ada di sewa tempat tinggal, sekitar 40.000 yen per bulan atau sekitar Rp4,8 juta. Cukup murah nih, karena Tika sharing dengan dua teman lainnya di satu apartemen. Kalau sendiri, bisa 60.000-70.000 yen sebulan, atau sekitar Rp7-8 juta rupiah. Jauh banget sama harga kosan pas Tika kuliah di UGM dulu, perbulannya Rp600 ribu saja.

 

Tika sendiri terbiasa masak karena susah cari makanan halal di Jepang, daripada ragu kan mau makan takut nggak halal. Tapi dari kebiasaan masak ini, Tika jadi bisa nabung buat jalan-jalan. Utara sampai selatan Jepang sudah habis dijelajahi sama Tika. Negeri Ginseng, Taiwan, dan kampung halamannya Panda juga udah pernah nih didatangi Tika sejak kuliah di Osaka.

 

Oh ya, biar ada bayangan uang jajan. Buat beli takoyaki, taiyaki, atau es krim kamu cukup mengeluarkan 200-500 yen saja, sekitar Rp30 – 50 ribu rupiah. Tapi kalau sudah masuk restoran, harganya bisa 1000 yen (sekitar Rp100.000) bahkan lebih per menu. Jajannya di weekend aja ya, biar bisa hemat!

 

Dita Darwin – Newcastle University, Inggris


Rata-rata durasi S2 di UK hanya setahun, tapi bukan berarti setahun itu gampang aja dilewati sama para mahasiswa perantau ya. Dita, salah satu mahasiswa penerima beasiswa LPDP yang sekolah di Newcastle University cerita kalau biaya yang dikeluarkan selama di UK cukup besar, terutama untuk tempat tinggal.

 

Ya, dia menghabiskan sekitar 35% dari total pengeluarannya untuk biaya tempat tinggal. Kalau ditotal, £350-£500 atau sekitar Rp5 – 8 juta pasti keluar deh dalam satu bulan. Itu belum sama bayar sewa rumah yang dibagi dengan 6 orang lain, karena yang Dita tempati adalah sharing house.

 

Untuk jalan-jalan, Dita memisahkan £100-£150 (sekitar Rp1,5 – 3 juta), soalnya ongkos transportasi di sana mahal. Ditambah Newcastle lokasinya jauh dari mana-mana.

 

Sementara pengeluaran terbesar lain untuk bayar tagihan software, keperluan kampus yang harus langganan dan bayar per bulan semacam Adobe.

 

Artikel Terkait: Sebelum Kuliah, Cek Dulu Perkiraan Biaya Ini

  1. Biaya Kuliah 10 Universitas Swasta Favorit di Indonesia
  2. Rusia Bisa Jadi Solusi Kuliah di Luar Negeri yang Terjangkau. Kamu Tertarik?
  3. Prediksi Biaya Kuliah di Tahun 2025 dan Cara Menyiasatinya

 

Ada banyak banget yang dibagikan Dita seputar tips hemat pelajar yang merantau di UK, saya bagi beberapa poin utamanya ya!

  1. Cari akomodasi yang include bills dan modelnya sharing house, biar nggak perlu lagi beli alat masak atau dan perlengkapan rumah tangga macam vacuum cleaner. Nggak usah yang ada UK guarantor. Kenapa? Karena hampir semua akomodasi yang sudah ada jaminan mengharuskan kamu bayar 6 bulan sekaligus, jatuhnya lebih mahal dibanding share house.
  2. Coat, boots, atau baju murah meriah juga ada kok di sana, carinya di Primark. Sering juga ada carboot atau charity shop atau EBay secondhand yang lebih bagusnya. Dita pernah dapet coat merk Mango dengan harga £10 saja! Kalau di Jakarta lagi diskon aja belum tentu dapet nih seharga ini.
  3. Nabung sedikit biar bisa jalan-jalan ke tempat teman di kota lain atau keliling Eropa paket hemat. 10% dari uang bulanan yang dikasih beasiswa bisa kamu sisihkan buat modal tabungan.
  4. Buat yang doyan plesir, kalau kamu sekolah di Eropa bisa pakai debit/kartu kredit Indonesia, nanti kursnya disesuikan dengan rupiah buat bayar tagihan.

 

“Anak-anak di sini suka ngasih lungsuran kalo mau pulang for good. Kadang dapet panci, water heater, tapi cepet-cepetan,” ungkap Dita.

 

Dita juga cerita, karena baju yang dibawa dari Indonesia nggak kepakai sama sekali alhasil harus beli baju lagi di sana. Tiap ganti musim, belanja baju lagi. Kalau semuanya beli baru ya bisa abis dong uang beasiswanya.

 

Nah, kamu nggak perlu malu atau ragu beli barang second hand di sana. Barangnya masih bagus dan jelas layak pakai. Ini sih bukan tips hemat lagi, tapi tips belanja juga dapet ya! Hehe.

 

Begitulah kira-kira tips yang dilakukan para mahsiswa rantau Indonesia di negara asing. Semoga bisa jadi isnpirasi atau contekan langsung buat kamu yang berencana atau bahkan sedang berkuliah di luar negeri ya. Semangat!

 

 


SHELY NAPITUPULUSHELY NAPITUPULU