Pada saat ini kita telah memasuki era ekonomi digital, di mana era digitalisasi tentunya berkaitan dengan kegiatan ekonomi yang telah memberikan banyak perubahan. Selanjutnya akan mengantarkan kita pada era Data-Driven, yaitu era yang didorong oleh Artifical Inteligence (AI), serta ditenagai oleh Big Data.
Di satu sisi penerapan AI dan Big Data dapat mendukung pasar yang efektif dan kompetitif, tapi di sisi lain, penerapan tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan perilaku anti-kompetitif, seperti price discrimination dengan cara yang canggih, dan sebagainya.
Selain Artifical Inteligen (AI), perkembangan revolusi ekonomi digital juga digerakkan oleh teknologi Blockchain, yang memungkinkan kesepakatan atau agreement antara para ‘agen ekonomi’ secara trust-less (dalam kerangka smart-contract) tanpa bantuan verifikasi pihak ketiga. Layaknya AI, smart-contract dapat digunakan dalam mendukung efisiensi, ataupun sebaliknya, dapat digunakan untuk ‘memuluskan’ perjanjian anti-kompetitif.
Sudah banyak bank sentral di dunia yang melakukan pengkajian terhadap pengembangan teknologi Blockchain ini, tidak ketinggalan juga Bank Indonesia.
Bank Indonesia saat ini telah mengkaji dan melakukan assessment untuk melihat potensi Central Bank Digital Currency (CBDC) dengan perekonomian Indonesia, yang dapat berimplikasi pada perbedaan desain dan arsitektur yang akan dipilih, serta untuk mengurangi risiko seperti teknologi Blockchain yang ada di cryptocurrency.
Jadi apa manfaat dari CBDC ini?
Menurut Pery Warjiyo Gubernur Bank Indonesia, Central Bank Digital Curency (CBDC) ini nantinya bisa meningkatkan efisiensi perekonomian indonesia, yang dimana proses edarannya akan dilakukan menggunakan teknologi Blockchain. Rupiah digital juga membuat tidak adanya biaya transaksi karena perbankan akan terhubung secara langsung dengan sistem digital curency dalam konteks wholesale rupiah digital. Selain itu akan menghemat dari sisi ritel karena biaya transaksi yang rendah.
Digitalisasi ini merupakan sebuah keniscayaan yang dapat mendorong proses transformasi digital. Jika diingat, dulu pada tahun 2005 Bank Indonesia juga mendorong infrastruktur, penggunaan digital payment, medorong radikalisasi keuangan dan akhirnya ekonomi menjadi di atas dan seterusnya.
Pada konteks yang sama ini pula, tujuan dari adanya Central Bank Digital Curency (CBDC) merupakan bagian dari percepatan digitalisasi yang didukung penuh oleh Bank Sentral yang memiliki tujuan tunggal sendiri untuk menjaga kestabilan nilai mata uang fiat Bank Indonesia bersama dengan badan negara terkait lainnya yang bertanggung jawab atas kestabilan rupiah. Nantinya rupiah digital ini juga dipertimbangkan sebagai alat pembayaran yang sah.
Lebih Dekat dengan Blockchain
Blockchain adalah sebuah teknologi yang digunakan sebagai sistem penyimpanan data digital yang dimana data ini tidak dapat diubah dengan enskripsi, sehingga data akan lebih aman dan kekal. Blockchain sendiri dalam sistem penyimpanan data digital akan langsung terhubung melalui kriptografi.
Blockchain terdiri tiga jenis, di antaranya yaitu:
1. Blockchain Privat
Blockchain privat ini hanya dimiliki dan digunakan oleh satu pihak saja, sehingga yang dapat mengakses dan mengedalikan semua data digitalnya adalah pihak yang bersangkutan.
2. Blockchain Konsorsium
Blockchain Konsorsium ini dimiliki dan digunakan oleh beberapa pihak. Sehingga pihak tersebut dapat mengakses dan mengedalikan semua data digital.
3. Blockchain Publik
Blockchain Publik ini terbuka untuk semua orang dan transparan, sehingga semua memiliki dan dapat mengakses data.
Keunggulan Blockchain
1. Meningkatkan keamanan dan privasi
Blockchain menciptakan catatan transaksi yang tidak dapat diubah dengan enkripsi ujung ke ujung, sehingga memperkecil terjadinya penipuan dan aktivitas yang tidak sah. Selain itu, keunggulan lain dari blockchain adalah dapat mengatasi masalah privasi secara lebih baik daripada sistem komputer tradisional dengan menganonimkan data dan memerlukan izin untuk membatasi akses.
2. Meningkatkan efisiensi dan kecepatan
Blockchain dapat meningkatkan efisiensi dan kecepatan. Sedangkan proses tradisional seringkali memakan waktu, rentan terhadap kesalahan manusia, dan seringkali membutuhkan mediasi pihak ketiga. Dengan blockchain, transaksi dapat diselesaikan secara lebih cepat serta lebih efisien. Dokumentasi bisa disimpan pada Blockchain beserta dengan detail transaksi dan menghilangkan kebutuhan untuk bertukar kertas. Selain itu, Blockchain juga tidak perlu merekonsiliasi banyak buku besar , sehingga kliring dan penyelesaian bisa lebih cepat.
3. Memangkas biaya transaksi
Secara lebih luas, blockchain membantu bisnis memangkas biaya dengan menghilangkan perantara (vendor dan penyedia pihak ketiga) yang secara tradisional menyediakan pemrosesan yang dapat dilakukan blockchain.
Swara Kamu merupakan wadah untuk menyalurkan inspirasi, edukasi, dan kreasi lewat tulisanmu. Kamu bisa menyampaikan pendapat, pemikiran, atau informasi menarik seputar finansial dan karier. Setiap artikel Swara Kamu menjadi tanggung jawab penulis karena merupakan opini pribadi penulis. Tim Swara tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis oleh masing-masing penulis.
Ingin ikut berbagi inspirasi? Langsung daftarkan dirimu sebagai penulis Swara Kamu di sini!