SWARA – Pernah nggak, mengalami kejadian seperti ini: tahu-tahu dihubungi seseorang yang nggak dikenal, lalu diajak bisnis bareng. Saya (hampir) pernah, lho.
Di awal masuk kuliah, tahu-tahu ada anak fakultas sebelah telepon dengan nada sok akrab. Singkat kata, dia mengajak saya bisnis bareng. Mulanya saya curiga, dari mana dia mendapatkan nomor telepon saya? Kesalahan waktu itu, saya langsung bertanya dengan menunjuk organisasi. Karena ia mengiyakan, saya jadi sedikit yakin untuk bertemu.
Begitu sampai di tempat janjian, saya bingung. Soalnya, terlihat seperti acara seminar. Anak “fakultas sebelah” pun datang bersama beberapa teman. Di situ, semakin gencarlah sikap “sok akrabnya”. Akhirnya saya tahu, dia bukan teman organisasi. Dari obrolan singkat yang bernada memaksa itu pun, saya juga mulai curiga. Jangan-jangan, saya ingin diprospekin? Apalagi, ketika saya mendengar orang-orang di dalam ruangan mulai riuh bertepuk tangan. Wah, saya mau kena tawaran investasi bodong!
Tawaran investasi waktu itu sendiri berbentuk skema ponzi. Ini merupakan skema piramida (segitiga); yang memberikan untung pada posisi orang paling atas. Salah satu bentuknya, manusia menolong manusia (MMM). Jadi, semakin banyak punya bawahan (downline), posisinya akan semakin tinggi dan diuntungkan. Ilustrasinya adalah, penjaringan penanaman modal dengan iming-iming pengembalian bunga yang menarik dan cepat.
Misalnya, kamu baru saja menginvestasikan uang sebesar Rp1 juta dan akan mendapatkan bunga 10%. Mulanya, kamu mendapatkan informasi bahwa modal yang dibayar akan digunakan untuk mengembangkan usaha perusahaan. Nah, sebagai penanam modal, kamu akan mendapatkan bunga 10%.
Sayangnya, nggak ada perputaran uang Rp1 jutamu tadi. Lantas dari mana kamu mendapatkan untung? Ya, dari penjaringan investor junior setelah kamu. Uang yang disetor investor junior itulah yang sebagian masuk ke rekeningmu sebagai pembayaran bungan 10% tadi.
Jadi keuntungan yang didapat bukanlah dari sebuah usaha perdagangan yang masuk akal, tapi dari penjaringan investor juniormu mencari investor junior selanjutnya. Begitu seterusnya hingga kamu merasa punya banyak bawahan (investor junior) dan posisimu berada di atas. Akhirnya, tanpa bekerja banting tulang kamu pun kaya raya dan bisa beli kapal pesiar.
Artikel Terkait: Awas Bahaya Investasi Bodong
- Jangan Sampai Jadi Korban, Yuk, Waspadai Tawaran Investasi Bodong di Internet!
- Kenali Ciri-Ciri Investasi Bodong agar Kamu Tidak Menjadi Korban!
- Waspada! Jangan Sampai Kamu Terjebak Investasi Bodong!
Lalu, bagaimana orang bisa tertipu dan tertarik ajakan? Biasanya orang yang terkena adalah mereka yang masih polos. Selain itu, iming-iming dari mereka juga menggiurkan (berlebihan), sehingga bagi orang yang sedang membutuhkan uang pasti akan tergiur? Apalagi mereka yang menawarkan biasanya menjanjikan balik modal cepat hanya dengan berpangku tangan.
1. Upaya pencegahan
Meskipun pergerakan investasi bodong ini sangat cepat, bukan berarti nggak bisa dicegah. Dari pengalaman pahit saya dan teman-teman yang perah terjaring, ada bebera tips untuk mencegahnya:
2. Jangan terlalu terbuka
Terkadang agak tertutup dengan orang baru membuat kita jadi aman. Bukan bermaksud untuk menaruh curiga. Hanya saja, orang yang punya niat kurang baik, pasti dari cara berkenalan, berbicara, dan menatap saja sudah berbeda. Di situlah saya dan kamu harus lebih peka.
3. Memahami jenis-jenis tawaran yang terbilang menggiurkan
Salah satu investor sukses, Warren Buffet, selalu berkata bahwa jangan berinvestasi pada hal yang belum kamu ketahui. Saya sepakat. Ketika ada orang yang menawari (terlebih orang yang nggak dikenal), jangan langsung mengiyakan untuk bertemu dan bergabung. Cari tahu dulu, jangan hanya cek profil perusahaan, melainkan juga pendapat mereka yang pernah bergabung. Hal yang nggak kalah penting adalah memahami skemanya.
4. Kritis terhadap investasi
Kritis di sini nggak hanya tentang profil perusahaan dan skema bisnis, ya. Kritis di sini juga termasuk bertanya, dari mana orang tadi mendapatkan nomormu. Tanyakan semua yang membuatmu ragu dan penasaran. Pokoknya jangan pernah kamu menerima tawaran investasi kalau kamu belum mendapatkan informasi lengkap dan akhirnya benar-benar merasa yakin.
Dalam bisnis Ponzi, biasanya dikatakan akan mendapat bunga yang nggak masuk akal. Logikanya, mana mungkin kamu bisa mendapatkan bunga sebesar 10% saat inflasi mencapai 7%?
Artikel Terkait: Lembaga Keuangan yang Aman Karena di Bawah Pengawasan OJK
- Kenapa Kamu Harus Percayakan Pinjamanmu di Tunaiku?
- Nggak Perlu Ragu Lagi Ajukan Pinjaman Tunaiku. Sudah Terdaftar di OJK, Lho!
- Tunaiku, Pelopor Pinjaman Fintech yang Layak Kamu Andalkan!
5. Cek di situs OJK
Cara untuk menghindari penipuan adalah dengan mengecek legitimasi broker, izin perusahaan investasi, perencana keuangan, sampai manajernya di situs OJK. Kalau kamu mendapatkan informasi negatif dari OJK bahkan nggak punya izin OJK, sebaiknya hindari langsung.
Well, meski sudah dicegah, investasi bodong ini juga masih berkembang pesat. Pasalnya, pelakunya sangat antusias menawarkan investasi. Kalau sudah menyadari terjebak dalam skema ponzi, segera berhenti dan nggak usah mencari investor junior, deh. Adukan juga di OJK melalui telepon dan cobalah untuk berkomunikasi dengan investor sebelummu. Siapa tahu uangmu bisa kembali.
Bagaimana dengan artikel yang kamu baca hari ini? Semoga bermanfaat untukmu, ya.
TRI PUSPITASARI