Sudah menjadi rahasia umum bahwa memaafkan adalah kunci kebahagiaan. Namun, belum banyak yang mengerti apa alasan di balik itu semua.
Setiap manusia yang ada di dunia ini tidak luput dari yang namanya kesalahan dan dosa. Mereka berlomba-lomba menutupi segala kesalahan dan dosa tersebut, khususnya dosa yang dilakukan terhadap sesama manusia.
Sering terjadi di mana seseorang membuat kesalahan dan merugikan orang lainnya. Dari kecil kita sudah di ajarkan untuk meminta maaf dan memaafkan.
Keduanya merupakan sebuah kata sederhana yang memiliki arti besar bagi yang menyampaikan dan menerimanya.
Sayangnya, kadang kala ada saja manusia yang terlalu tinggi hati untuk meminta maaf ataupun memaafkan.
Padahal itu merupakan kebutuhan bagi kita, bukan hanya sebagai rasa dan pengakuan bersalah tetapi juga menjadikan kita manusia yang lebih lapang dan rendah hati.
Beberapa orang tidak setuju bahwa memaafkan itu perlu dilakukan walaupun sulit. Sebab, mereka berpikir maaf yang di berikan tidak sebanding dengan kesalahan yang telah dilakukan dan sakit hati yang di dapatkan.
Padahal, memaafkan dan melupakan merupakan dua hal yang berbeda. Mungkin perasaan sakit itu masih membekas, namun dengan memaafkan hati kita akan menjadi lebih tenang karena berkurang sudah rasa marah, kecewa, ataupun benci yang ada di dalam hati.
Memaafkan dalam Pandangan Psikologi
Dalam pandangan psikologi memaafkan disebut juga dengan forgiveness, di mana seseorang memiliki kesediaan untuk mengubah pemikirannya, perasaanya, dan perilaku negatif terhadap pelaku untuk menciptakan perspektif yang lebih damai.
Cara individu berpikir memengaruhi perasaanya yang dampaknya bisa dilihat pada kehidupan sehari-hari (Beck, 2011) dalam bukunya cognitive behavioral therapy.
Karena manusia akan mengalami perasaan kesal, sakit hati atau bahkan takut terhadap pelaku setelah mendapatkan perlakuan yang tidak adil, hal itu dapat menimbulkan penderitaan bagi sang korban.
Perasaan negatif yang korban rasakan akan menjadi fokus utama bagi dirinya, sehingga bisa berdampak buruk pada kesehatannya.
Dalam jurnal current psychology forgiveness, forgiveness berfungsi membantu individu dalam meningkatkan perasaan positif dan netral terhadap pelaku (Ercengiz, dkk 2022).
Memang memaafkan merupakan suatu proses yang tidak mudah, namun dengan dengan memaafkan perubahan sikap pada seseorang bisa terjadi dari yang sebelumnya memiliki perasaan untuk balas dendam kepada pelaku menjadi lebih bisa menerima situasi yang sudah terjadi, ditunjukkan dengan pikiran, perasaan dan perilaku korban yang telah disakiti.
Ini juga merupakan perilaku adaptif yang bisa memunculkan motivasi pada seseorang agar lebih bisa melindungi dirinya dari bahaya yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
Memaafkan dalam Pandangan Islam
Saat seseorang berbuat salah, kita cenderung menunjukkan rasa kesal bahkan dendam kepada mereka yang telah melakukan kesalahan.
Dendam dapat menyebabkan permusuhan dan perpecahan antar sesama muslim. Sehingga dalam hal ini agama islam mengajarkan setiap umatnya untuk meminta maaf dan saling memaafkan, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
“Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf, hendaklah memaafkannya, apakah ia berada dipihak yang benar ataupun salah, apabila tidak melakukan hal tersebut (memaafkan), niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat)” (HR Al-Hakim).
Maka jelas memberikan maaf kepada orang lain adalah sebuah kewajiban untuk menjaga ketenangan hati dalam agama islam.
Baca juga: Tips Menolak dengan Sopan untuk Kamu yang People Pleaser
Tidak masalah jika membutuhkan waktu lebih untuk memperoses apa yang telah terjadi agar bisa memaafkan pelaku yang telah melakukan kesalahan.
Karena Allah mencintai hambanya yang memiliki hati besar untuk bisa memaafkan sesamanya, dan Allah akan tinggikan derajatnya, serta Allah berikan ketenangan pada batinnya.
Alasan mengapa kamu harus bisa mencoba untuk memaafkan
1. Memaafkan akan membuat hati menjadi lebih tenang
Dengan memberikan maaf, itu berarti kamu telah berdamai dengan rasa sakit dan mampu untuk mengubah emosi negatif menjadi rasa damai dan empati. Dengan melepaskan emosi negatif tadi maka kamu dapat menjalani kehidupan dengan lebih bahagia karena hati dan pikiran menjadi lebih tenang.
2. Mengubah pikiran menjadi lebih sehat
Tubuh akan bereaksi sama dengan emosi yang sedang dirasakan. Saat kamu menyimpan dendam, keluhan, rasa marah, atau rasa sakit dari masa lalu, seluruh tubuh dan pikiran akan menderita. Jadi, maafkan dan lupakanlah kesalahan orang lain.
Jangan menyiksa psikologis dan fisikmu dengan terus memikirkan masalah, karena yang ada kamu malah stress dan dapat memicu penyakit. Dengan memaafkan kesalahan orang lain maka pikiran akan menjadi lebih sehat.
3. Membantu kamu menjadi lebih kuat
Kemampuan untuk memberi maaf atas kesalahan orang lain memang tidak mudah, karena pada dasarnya kamu lah yang mengendalikan pikiran, perasaan, tindakan, dan perubahan pada dirimu sendiri.
Untuk dapat melepaskan, memaafkan, dan menghadapi rasa sakit itu diperlukan kekuatan baik secara psikologis dan mental. Maka apabila kamu mampu memaafkan kesalahan orang lain, artinya kamu adalah orang yang kuat.
4. Meningkatkan kualitas hubungan menjadi lebih baik lagi
Tak dapat dipungkiri, ketika kamu dapat memberi maaf atas kesalahan orang yang pernah menyakitimu maka itu berarti kamu lebih mengutamakan kedamaian tanpa harus memperbesarkan masalah yang ada.
Setiap orang pernah memiliki kesalahan, maka jadilah orang dengan hati yang lapang, bukalah pintu maafmu kepada orang yang sudah menurunkan egonya untuk mau meminta maaf kepadamu.
Dari sinilah kita dapat memahami bahwa kebahagiaan hidup lebih berarti ketika kita telah melapangan hati untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain.
Baca juga: SWARA KAMU: Tips Bahagiakan Diri dengan ‘Self-Love’
Betapa bahagianya hidup ketika kita dapat terbebas dari bayang-bayang rasa dendam kepada orang lain.
Jadi sudah siapkah kamu untuk memaafkan?
DISCLAIMER:
Swara Kamu merupakan wadah untuk menyalurkan inspirasi, edukasi, dan kreasi lewat tulisanmu. Kamu bisa menyampaikan pendapat, pemikiran, atau informasi menarik seputar finansial dan karier. Setiap artikel Swara Kamu menjadi tanggung jawab penulis karena merupakan opini pribadi penulis. Tim Swara tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis oleh masing-masing penulis.
Ingin ikut berbagi inspirasi? Langsung daftarkan dirimu sebagai penulis Swara Kamu di sini!