Beberapa masyarakat kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, mungkin akan mengalami kesusahan untuk berkebun karena minimnya lahan. Lahan-lahan menjadi semakin sempit karena dipadati oleh ‘hutan beton’. Meski begitu, ada cara lain yang bisa digunakan agar Anda bisa berkebun walaupun hanya memiliki lahan sempit. Anda bisa menggunakan teknik urban farming! Kenapa sebaiknya alokasikan dana untuk urban farming di rumah?
1. Apa itu urban farming?
Urban farming adalah konsep bercocok tanam dengan mempertimbangkan keterbatasan lahan perkotaan. Saat ini, telah banyak masyarakat maupun komunitas yang menjalankan urban farming karena adanya kesadaran untuk hidup sehat dan peduli akan lingkungan. Urban farming memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan, membantu menciptakan kota yang bersih, meningkatkan estetika kota, menghemat pengeluaran konsumsi, membuat bahan pangan yang lebih segar, hingga menambah penghasilan tambahan. Adapun jenis tanaman yang bisa ditanam antara lain bayam, kangkung, dan seledri. Anda bisa menggunakan teknik hidroponik atau vertikulur agar berhasil.
2. Biaya terjangkau
Estimasi biaya untuk urban farming juga cukup terjangkau. Anda hanya membutuhkan bibit tanaman yang akan digunakan beserta medianya. Tentu saja dengan menanam tanaman sendiri, Anda bisa menghemat pengeluaran untuk keperluan dapur. Anda bisa mengonsumsi hasil berkebun Anda, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya belanja kebutuhan dapur.
3. Prospek bisnis
Tak hanya menikmati hasil berkebun, urban farming juga berpotensi menjadi sumber penghasilan tambahan. Â Anda bisa menjualnya ke anggota keluarga, kerabat, teman, tukang sayur keliling, hinggga memasok ke pasar atau restoran. Hal ini membuktikan bahwa urban farming dapat menjadi prospek bisnis yang menjanjikan bagi semua orang.
4. Persiapan yang perlu dilakukan
Apabila Anda berminat melakukan urban farming, sebaiknya persiapkan beberapa hal berikut ini:
- Wadah tanaman
Anda bisa menanam pohon di tanah langsung atau menggunakan wadah pot, botol, ember bekas, ban mobil bekas, atau media penampung lainnya.
- Media penanaman
Pakai tanah kebun sebagai media penanaman. Anda juga bisa mengganti tanah kebun dengan menggunakan benda-benda substrat, seperti sabut kelapa, kulit kacang, sekam padi, atau tanah laterit. Apabila substrat juga tidak tersedia, Anda bisa menggunakan air yang dicampurkan dengan larutan pupuk.
- Pengairan
Untuk pengairan atau irigasi, Anda bisa memanfaatkan air hujan atau air sisa yang masih layak. Untuk taman seluas satu meter persegi, Anda hanya membutuhkan kurang dari tiga liter air per hari.
- Tanaman
Pada taman mikro, Anda bisa menanam berbagai sayuran siap saji, seperti kol, selada, mentimun, tomat, dan bawang. Sebagai variasi, coba tanamkan pula tanaman herba, seperti kunyit, jahe, lengkuas, kencur, dan sebagainya.
Cukup mudah dan sedehana, kan? Bagaimana, tertarik untuk melakukan urban farming setelah melihat 4 fakta tersebut? Selamat mencoba!