SWARA – Pernah punya teman kerja yang super hati-hati? Bisa jadi temanmu itu punya tipe kepribadian conscientiousness. Saya punya, tapi hanya satu. Kebetulan saya akrab dengan dia. Beruntung saya tahu banyak tentang tes kepribadian DISC. Sering kali tes ini saya terapkan ke teman saya sendiri. Kalau kamu mau tahu ciri-cirinya, simak poin-poin di bawah ini.
1. Berpikir sangat logis
Tingkat logisnya bisa dibilang lebih tinggi daripada tipe steadiness. Sering kali dia membahas teori-teori yang sama sekali tidak saya pahami. Saya tahu bagaimana wajah bosannya ketika saya hanya menanggapi dengan mulut terbuka. Untuk menjaga hubungan kami, saya pun mulai beradaptasi dengan caranya berpikir.
Gara-gara terlalu sering berpikir, ada kerutan di tengah-tengah dahinya. Bukan berarti dia tengah stres atau bagaimana. Dia memang cenderung mengerutkan dahi ketika berpikir sesuatu. Bahkan hal-hal sepele semacam cara mengatur jadwal kerja agar bisa dikerjakan secara maksimal. Setiap kali dia mengemukakan sesuatu, sebisa mungkin saya respons.
2. Tidak suka diserang
Banyak teman-teman sekantor menyebutnya “tuan komputer” gara-gara cara berpikirnya mirip komputer. Harus sedetail mungkin untuk membuatnya bahagia. Satu ciri yang sangat dominan adalah dia tidak suka diserang. Terutama dalam obrolan yang serius. Bahkan untuk obrolan yang ringan sekalipun, dia tetap menunjukkan kesan tidak suka.
Malangnya, teman-teman kerja lain justru sering membuatnya naik pitam. Dia sering diledek dan segala macam. Alhasil, dia pun banyak curhat pada saya. Perasanya bukan main. Untuk menenangkan hatinya, saya tidak menunjukkan sikap seakan-akan tengah menyembuhkan hatinya. Justru saya biarkan kalimat demi kalimat meluncur dari bibirnya biar lega.
3. Ingin semuanya memperhatikan tingkat akurasinya
Dari beberapa tes kepribadian DISC conscientiousness yang saya terapkan, ciri ini mungkin agak samar. Soalnya pernah saya baca, ada pula orang yang bertipe kepribadian conscientiousness yang justru memamerkan keahliannya dalam akurasi data. Teman baik saya justru sebaliknya. Kendatipun ada kesan ingin pamer, tetapi disimpan rapat-rapat.
4. Sangat hati-hati dan butuh waktu banyak untuk berpikir
Orang yang punya kecenderungan terlalu berhati-hati bukan berarti dia cerdas. Saya percaya, bahwa kecerdasan hanya bisa diperoleh dengan usaha yang dilakukan secara terus menerus. Mereka yang terlalu berhati-hati hanyalah sebuah kecenderungan. Sebagaimana dengan tipe kepribadian yang dialami oleh teman saya.
Ketika saya mengajukan pertanyaan misalnya, maka dia baru menjawab setelah beberapa puluh detik sampai hitungan menit. Biar hal itu tidak terjadi, maka saya harus menanyakan secara lengkap. Tentu saja kalimat penguatnya tidak harus berupa pertanyaan. Bisa pula dengan deskripsi atas pertanyaan itu sendiri.
5. Cenderung menghindari konflik
Orang yang memiliki kecenderungan sifat ini tidak hanya hati-hati dalam mengambil keputusan, tetapi juga dalam menjaga perasaan orang lain. Saya suka dengan karakter ini. Hasilnya, kami pun jarang bertengkar karena saling memahami satu sama lain. Hanya saja, sebuah kecelakaan kata tidak terhindarkan.
Biasanya kesalahan itu datang dari saya. Ketika sudah mencapai titik didih, dia akan diam seribu bahasa. Ketika diajak untuk mengobrol ringan pun tidak mau. Tidak merespons juga. Harus punya taktik yang jitu dalam mengklarifikasi kesalahan. Hal pertama yang saya lakukan adalah terus membujuknya untuk bicara. Kemudian meminta maaf berulang kali.
Memang tidak mudah dalam beradaptasi dengan tipe kepribadian ini. Dalam memahami tes kepribadian DISC ini, saya juga perlu banyak waktu sampai benar-benar bisa diterapkan. Saya sempat terkejut ketika membaca artikel, bahwa orang dengan tipe ini paling cocok bekerja sebagai bagian dari tim peneliti dan analisis. Sayangnya, teman saya salah tempat.
Artikel ini ditulis oleh:
TUNAIKU
