SWARA – Sebagai seorang “single fighter”, saya selalu menanamkan pelajaran hidup yang berbeda pada anak-anak saya. Misalnya seperti antara pilihan sekolah di tempat umum atau homeschooling saja. Akhirnya, setelah melalui berbagai pertimbangan, saya memilih yang kedua. Berangkat dari pilihan saya tadi, rupanya masih saja ada yang mempercayai delapan mitos terkait dengan homeschooling berikut ini.
1. Homeschooling Akan Menghalangi Aktivitas Sosial Anak
Mitos ini tidak sepenuhnya benar. Sebatas apa sih pandangan orang lain tentang “sekolah umum”? Toh di sekolah hanya berjalan beberapa jam saja. Setelah itu anak-anak akan pulang. Nah, nyatanya sepulang mereka sekolah, anak saya tetap bisa bermain dengan mereka. Bahkan mereka mengaku sering stuck dengan pelajaran di kelas.
Artikel terkait: Tertarik ambil S2?
- Kuliah Sambil Kerja, Ini Program Pasca Sarjana Terbaik Plus Rincian Biayanya di Universitas Swasta
- Biaya Kuliah S2 Hukum di Universitas Negeri Indonesia, Ini Rincian Dananya
- Lanjut S2 Hukum di Universitas Swasta di Indonesia? Ini Rincian Biayanya
2. Orang Tua Tidak Memberi Kualifikasi Pendidikan Terbaik
Faktanya, saya justru mempersiapkan segalanya untuk anak saya. Bahkan saya lebih fokus dalam membelikan buku-buku sesuai kebutuhan yang diarahkan guru anak saya. Saya juga mengambil guru yang memang kompeten di bidangnya. Mungkin lebih mahal dari gaji guru yang ada di sekolah per jamnya, tetapi hasilnya setimpal dengan usaha yang saya lakukan.
3. Anak yang Sekolah di Rumah Tidak Bisa Kuliah
Mitos semacam ini harus segera dibasmi sedini mungkin. Faktanya, persentase jumlah anak yang sekolah di rumah lebih memungkinkan masuk kuliah dibanding yang sekolah secara konvensional. Hal ini disebabkan karena guru privat saya fokus hanya mengajari satu murid saja. Konsentrasi jadi lebih terjaga sehingga hasilnya pun bahkan bisa dua kali lipat dari anak biasanya.
4. Anak yang Sekolah di Rumah Tidak Berguna untuk Dunia
Dunia tidak melihat seberapa banyak relasi yang dimiliki sang anak. Dunia hanya melihat kemampuan si anak. Kalau toh mau bicara soal relasi maka relasi yang berkaitan dengan cita-citanya. Bukan yang sekadar nongkrong di pinggir jalan. Guru privat saya selalu mengajari sepenuh hati. Jujur, saya tidak percaya mitos homeschooling yang satu ini.
5. Anak-Anak yang Sekolah di Rumah itu Jumlahnya Sedikit Sekali
Barangkali di Indonesia benar. Tetapi fakta globalnya, bahkan setiap harinya di Amerika Serikat ada 1,7 juta anak disekolahkan di rumah sendiri. Pendidikan di rumah lebih memberikan hasil yang nyata. Tujuan setiap orang tua dalam mendidik anak jadi mudah tercapai.
Artikel terkait: Yuk Persiapkan Pendidikan Anak
- 3 Tipe Orangtua dalam Mempersiapkan Pendidikan Anak. Kamu yang Mana?
- 3 Kisah Murid dengan Gurunya yang Sangat Mengharukan
- Biaya Kuliah 10 Universitas Swasta Favorit di Indonesia
6. Tidak Ada Kegiatan Ekstrakurikuler
Percaya atau tidak, anak saya selalu mendapatkan porsi yang lebih daripada yang didapatkan dari sekolah pada umumnya. Ketika anak saya bosan, pelajaran bisa sewaktu-waktu berubah sesuai kehendaknya. Belajar itu bukan sekadar tuntutan nilai bagus, namun juga tentang bagaimana agar hati dan pikiran seorang murid selalu senang.
7. Keluarga yang Pakai Homeschooling Biasanya karena Turunan
Ah, tidak juga. Nyatanya dulu saya sekolah di sekolah konvensional. Tetapi apa yang saya dapatkan tidak maksimal. Mungkin hanya 30% yang bisa saya serap dari sekolah umum. Akhirnya saya mengubah strategi ketika ingin memberikan pendidikan terbaik pada anak saya. Bisa dibilang anak saya adalah generasi baru dalam keluarga saya yang homeschooled.
8. Semua Pelayanan Homeschooling itu Sama
Kenapa sih pandangan umum itu banyak negatifnya? Mitos semacam ini harus dikubur dalam-dalam. Setiap guru privat tentu memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Saya membayar guru privat saya berdasarkan kualitasnya. Semakin murah, pastinya semakin rendah juga kualitasnya. Sementara di sekolah umum itu tidak jelas bedanya.
Sampai sekarang masih terdapat pro dan kontra terhadap homeschooling. Saya juga bertanya-tanya, “Mengapa orang lain masih memikirkan tentang keburukan homeschooled?” Saya anggap mitos berbalut sinis itu sebagai pelecut semangat untuk membuktikan bahwa pilihan saya tidak keliru. Saya hanya ingin melihat anak saya mendapatkan masa depannya.
Bagaimana dengan artikel yang kamu baca hari ini? Semoga bermanfaat untukmu, ya.
Jangan lupa, Tunaiku menyediakan pinjaman tunai cepat dan mudah, mulai dari Rp2-20 juta, yang bisa diangsur mulai dari 6-20 bulan. Yuk, ajukan pinjamanmu sekarang!
TUNAIKU