SWARA – Siapa sih yang nggak ingin melanjutkan kuliah ke jenjang S2 jika punya kesempatan? Apalagi kalau biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari ditanggung oleh beasiswa. Pasti enak banget, Kawan Tunaiku.

Sekarang sudah banyak beasiswa yang menawarkan tanggungan biaya kuliah sekaligus biaya kehidupan sehari-hari, salah satunya LPDP. Kamu pasti tahu, kan? Beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Indonesia ini memang lagi diminati oleh para pemburu beasiswa S2 yang ingin melanjutkan sekolah di luar negeri.

Nah, kali ini kamu bisa tahu segala sesuatu tentang LPDP langsung dari para penerima beasiswa LPDP, mulai dari alasan mereka memilih LPDP dan bagaimana kisah mereka bisa sampai dapat beasiswa tersebut. Langsung kita simak, yuk!

 

Ingin kuliah S2 gratis

Alasan seseorang ingin apply beasiswa pasti karena ingin lanjut sekolah gratis, begitu juga dengan Rizal dan Addina. Rizal merupakan awardee LPDP PK-53 yang sekarang melanjutkan kuliah di Australian National University dan mengambil program Master of Arts untuk spesialisasi English Studies (Sastra Inggris). Rizal memang berniat mendapatkan beasiswa LPDP ini karena dengan melanjutkan pendidikan, hal tersebut dapat menunjang karirnya kelak. Perjalanan Rizal untuk mendapatkan beasiswa LPDP juga nggak semulus yang kita kira. Ia pernah nggak lolos seleksi dan akhirnya mencoba sampai berhasil.

Berbeda dengan Rizal, proses Addina mendapatkan beasiswa LPDP justru lebih mulus. Addina yang sekarang melanjutkan studi di Politecnico di Milano dan mengambil jurusan Product Service System Design (Master Degree) mengaku kalau ia sempat dibuat deg-degan saat harus mendapatkan surat rekomendasi dari seniornya di tempat iya dulu bekerja. “Karena posisinya saat itu sudah kembali ke kota asal dan berbeda domisili dengan senior, sehingga surat rekomendasinya harus dikirim dengan bantuan teman.”

 

Tahap wawancara yang terpenting

Dalam proses seleksi beasiswa LPDP, kita akan dihadapkan dengan berbagai tahap seleksi. Mulai dari seleksi administratif sampai tahap seleksi substansif, yang terdiri dari tahap interview, diskusi kelompok, dan menulis essay. Menurut Addina, tahap interview ini merupakan tahap yang paling krusial. “Interview sebenarnya tricky kalau kamu sendiri nggak meyakinkan dan kalau tidak salah memang interview LPDP termasuk salah satu bagian dengan poin tertinggi dari keseluruhan seleksi LPDP,” katanya.

Rizal pun sependapat dengan Addina. Menurut Rizal, pada tahap interview inilah kita harus menjadi diri kita sendiri dan jangan sampai mengarang-ngarang karena berusaha untuk membuat pewawancara kagum. “Beberapa orang mencoba tidak menjadi dirinya sendiri ketika diwawancara. Nah, justru hal itu yang harus dihindari, karena jika kamu hanya mencoba “mengarang” cerita agar sesuai kriteria awardee LPDP, biasanya para pewawancara akan tahu hal itu. Jadi, intinya adalah niat awal kita yang harus “diluruskan”, sekolah ke luar negeri itu untuk kepentingan bangsa, bukan untuk kepentingan personal,” jelas Rizal.

 

Kuliah gratis, nambah teman pula

Kita pasti udah tahu kalau keuntungan dapat beasiswa LPDP adalah biaya kuliah dan biaya kehidupan sehari-hari yang ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Tapi ternyata nggak hanya itu saja, lho. Kalau kita lolos tahap seleksi, otomatis kita akan mendapat banyak teman baru dalam proses bersiapan keberangkatan.

Menurut Rizal dan Addina, salah satu proses yang paling seru dari beasiswa LPDP ini adalah ketika bertemu dengan teman-teman dari seluruh Nusantara di Persiapan Keberangkatan (PK). “Ditambah lagi dengan pertemanan ketika kita kuliah dengan orang-orang dari seluruh dunia,” tutur Rizal.

 

Sebelum berangkat, butuh persiapan

Yang namanya mau pergi ke negeri orang dan memasuki lingkungan baru, pastinya kita butuh persiapan ekstra, dong, supaya di sana tidak gelagapan. Buat Addina, belajar bahasa negara asal merupakan faktor penunjang, apalagi untuk negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris. “Walaupun sekolahnya full english, tapi untuk kehidupan sehari-hari cukup penting bisa berhitung dan vocabulary standar dari bahasa negara tersebut. Walaupun in fact, saya sendiri nggak mempersiapkan bahasa Italia sebelum berangkat. Ha-ha-ha, tapi lama-lama bisa sedikit-sedikit sendiri kok,” katanya.

Berbeda dengan Addina, buat Rizal, mempersiapkan materi kuliah sebelum berangkat ke sana menjadi prioritas. Rizal beruntung karena daftar bacaan sudah ada di website kampus dan bisa langsung dicicil. “Dan karena saya mengambil tesis, saya mulai membaca objek penelitian dan literatur sekunder. FYI, di program yang saya ambil, sebelum dapat diterima, saya harus memiliki topik tesis dan supervisor dulu, sehingga ketika perkuliahan dimulai, saya tinggal memperdalam topik saya dibantu oleh supervisor,” jelas Rizal. Hmmm…ternyata beda-beda ya persiapannya.

 

Pesan terakhir dari Rizal dan Addina, ketika kamu memiliki rencana untuk mengajukan beasiswa LPDP, kamu harus jadi diri sendiri dan yakin kalau kamu mampu serta layak untuk mendapatkan kesempatan ini. Jangan lupa untuk memikirkan apa kontribusimu untuk kemajuan negara setelah masa studimu selesai dan kamu akan kembali ke Indonesia.

 

Semoga artikel yang kamu baca hari ini bermanfaat! Oh iya, ada satu manfaat lagi yang nggak boleh kamu lewatkan. Solusi keuangan bagi kebutuhan-kebutuhanmu sekarang hadir lebih dekat, lebih mudah, dan lebih cepat.

Kamu dapat mengajukan pinjaman tanpa agunan, tanpa kartu kredit di Tunaiku. Info lebih lanjut bisa dilihat di link berikut: Tunaiku.