SWARA – Konon, salah satu ciri utama dari kaum milenial adalah lebih mementingkan gaya hidup ketimbang investasi atau menabung. Nggak heran, banyak di antaranya, harus tertatih-tatih ketika mengatur keuangannya.

Meski masuk dalam kategori usia produktif, sebagai bagian dari generasi milenial, saya sendiri sering merasa keteteran. Gaji bulanan hampir selalu habis nggak berbekas. Ada saja, seperti biaya nongkrong di kafe, traveling, hingga belanja online. Sampai-sampai saya berpikir, apakah tipikal kaum milenial selalu seperti ini?

Rupanya, kaum milenial memang sering banget melakukan beberapa kesalahan umum dalam mengatur keuangan. Salah satunya, lebih memprioritaskan gaya hidup daripada investasi. Pantas saja, saya sering kehabisan uang di akhir bulan. Apalagi, saya memang terlalu sibuk hangout dan menjalani hobi yang menguras kantong!

 

Artikel terkait: Tips Mengatur Keuangan dan Investasi

  1. Ketahui Cara Mengajarkan Anak Mengelola Uang Berdasarkan Usia
  2. Siapa yang Bayar? Ini Cara Atur Bujet Pacaran dari 3 Pasangan Ini
  3. Berinvestasi Properti di Kota Kecil? Hindari 5 Kesalahan Ini

 

Sebenarnya, siapakah kaum milenial itu?

Generasi Y, atau yang kerap disebut “kaum milenial”, adalah kamu yang lahir antara tahun 1980 hingga 2000. Satu ciri utama yang melekat, adalah kamu begitu mudah mempelajari sesuatu–meskipun memiliki sifat sedikit pemalas.

Penyebabnya, lantaran kamu tumbuh dalam era teknologi yang semakin canggih. Kamu pun merasa jadi pribadi yang punya identitas khusus dan unik.

Menariknya, sudah banyak kaum milenial yang kini memasuki usia produktif. Ya, seperti saya ini. Umumnya, mereka sudah bekerja dan mendapatkan gaji. Dengan kata lain, bisa dikatakan mandiri secara finansial.

Sayangnya, masih banyak kaum milenial yang belum melek finansial. Nah, agar kamu nggak bernasib sama, yuk, hindari 5 kesalahan berikut!

 

1. Kurang matang dalam mengatur anggaran bulanan

Apakah kamu pernah mendengar pepatah ‘besar pasak daripada tiang’?. Istilah ini rasanya cocok untuk kasus para kaum milenial yang gagal menyelamatkan gajinya. Nggak adanya perencanaan yang matang, penghasilan pun menjadi tumbalnya.

Karena belum memiliki perencanaan keuangan, kamu santai-santai saja memakai gajimu untuk memenuhi keinginan. Padahal, besaran penghasilan belum tentu akan cukup untuk memenuhi semua keinginan.

Jadi nggak perlu heran, jika gajimu sudah habis di pertengahan bulan. Hal ini akan terus berlanjut dengan adanya kesulitan untuk menabung. Untuk memenuhi kebutuhan saja masih kurang, bagaimana bisa menabung? Kalau mau menabung saat uang sisa, maka kamu nggak pernah bisa menabung!

 

2. Menomorsatukan gaya hidup dan menganaktirikan menabung

Kasus ini mirip dengan yang terjadi pada saya, sih. Kaum milenial memang cenderung memprioritaskan gaya hidup ketimbang menabung. Kamu akan memakai uangmu untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti nongkrong cantik dengan segelas kopi mahal. Makin asyik lagi kalau nongkrong-nya barengan. Jadi, setelah selesai dari kafe B, lalu pindah ke restoran A yang sedang hits.

Ada pula, kaum milenial yang punya hobi gonta-ganti gadget supaya nggak ketinggalan zaman. Penilaian orang lain dirasa penting–maka, harus mengikuti tren yang selalu berganti. Hal ini nggak cuma berlaku untuk gadget, melainkan juga sepatu, tas, hingga pakaian. Nah, sekarang, coba lihat lagi keuanganmu. Apakah masih di tahap aman?

 

3. Suka utang untuk hal konsumtif

Jika kiblat hidupmu adalah gaya hidup, keuangan dijamin akan terancam. Padahal, ada kalanya gaya hidup yang kamu jadikan panutan, nggak sesuai dengan kekuatan kantong. Nggak heran, banyak kaum milenial yang berutang untuk memenuhi gaya hidup atau hal konsumtif.

Nah, salah satu cara berutang yang sering dipakai adalah dengan kartu kredit. Banyak orang menggunakan kartu kredit, untuk memenuhi gaya hidup yang nggak bisa “dibeli” dengan gaji, seperti motor, mobil, atau gadget terbaru.

Hanya demi memenuhi tren, kaum milenial juga akan berutang dengan sistem cicilan yang nggak memberatkan. Padahal, kalau dipikir-pikir, kamu nggak cuma membayar utang, melainkan juga bunga dari utang.

 

4. Tidak memikirkan keamanan keuangan

Selama ini, saya nggak terlalu memikirkan keamanan keuangan karena pikiran terkuras untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Hal ini yang sering kali menjadi bumerang.

Kebutuhan akan asuransi dan dana darurat justru nggak terpikirkan. Alih-alih asuransi, kamu malah tergoda dengan iming-iming investasi bodong. Maklum, dewasa ini ada banyak sistem investasi yang menawarkan uang dalam waktu singkat.  

Bukannya ditabung, uang sisa yang kamu miliki justru digunakan untuk mendapatkan keuntungan secara instan. Alasannya, karena kamu merasa ada banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Jadi, kamu butuh uang dalam waktu yang cepat.

Sebenarnya nih, investasi nggak bisa dilakukan sembarangan. Kamu perlu perencanaan yang matang, sebab jika tidak berhati-hati, investasi yang dilakukan justru malah membuatmu kehilangan uang.   

 

Artikel terkait: Serba-serbi Generasi Milenial

  1. Dalam Mencari Pekerjaan, Ini Lho yang Diimpikan Generasi Milennials
  2. Benarkah Beberapa Tahun Lagi Generasi Milenial Akan Kesulitan Membeli Rumah?
  3. Pengeluaran yang Biasanya Dikeluarkan Generasi Milenial Selama Liburan

 

5. Masih jarang memikirkan rencana jangka panjang keuangan

Perencanaan dana masa depan maupun dana hari tua sering kali diabaikan oleh kaum milenial. Karena terlalu fokus menjalani hidup a la ‘YOLO (You Onliy Live Once)’ atau ‘let it flow’, masa depan keuanganmu pun terbengkalai. Bukankah lebih enak menjalani kehidupan saat ini daripada pusing-pusing memikirkan masa depan yang belum jelas?

Padahal nih, karena masa depan itu belum jelas seperti apa, maka kamu perlu perencanaan. Percaya atau enggak, semakin tua umurmu, kebutuhan akan semakin meningkat. Belum lagi, adanya penurunan produktivitas dan inflasi.

Dengan kondisi ini, akan lebih mudah untuk menyiapkan perencanaan keuangan sejak dini. Kalau sudah telanjur tua, jelas sulit untuk merencanakan dana usia tua kan?