SWARA – Apa yang tercetus di pikiranmu ketika mendengar kata “menikah”? Terlebih buat kamu para generasi milenial yang sampai saat ini belum menikah. Berbagai pendapat akan muncul jika ada pembahasan tentang menikah.

 

Pro dan kontra sudah pasti muncul di setiap fenomena. Terlebih di Indonesia, dimana kalimat “Indonesia Negara Demokrasi” menjadi alasan bagi banyak orang untuk bisa berkomentar sesuka hati. Khusus di topik ini, perdebatan yang akan muncul adalah mengenai bahasan jarak usia dan tingkat kemapanan seseorang.

 

Nah, yang paling sering terjadi adalah pembahasan mengenai tingkat kemapanan seseorang. Kenapa? Karena indikator ini dapat terjadi mulai dari obrolan antara anak dan orang tua, hingga obrolan yang dilakukan oleh orang lain di sekitar kita.

 

Aneh, kan, orang yang nggak dikenal tapi ikut-ikutan komentar tentang urusan pribadi orang lain?

 

Entah kenapa indikator kemapanan menjadi salah satu yang paling sering dibicarakan ketika seseorang ingin menikah. Mungkin bagi orang tua yang ingin menikahkan anaknya, muncul rasa khawatir apakah anaknya akan terjamin setelah menikah. Kalau alasan ini masih masuk akal lah, ya.

 

Artikel Terkait: Kamu Belum Menikah? Coba Cek Ini

  1. Apakah Kamu Benar-benar Sudah Siap Menikah? Yuk, Perhatikan Hal Ini!
  2. Jurus Jitu Dapatkan Restu Menikah dari Orang Tua
  3. Alasan Kamu Perlu Mengenal Karakter Calon Mertua sebelum Menikah

 

Selanjutnya, apakah ada hubungan antara tingkat kemapanan seseorang dengan suksesnya hubungan pernikahan? Karena jalannya atau suksesnya pernikahan bukan hanya diukur dari seberapa mapannya pasangan tersebut setelah menikah. Bukan dari ukuran rumah, kepemilikan kendaraan, ataupun jumlah penghasilan bulanan.

 

Toh banyak contoh yang bisa kita lihat di kehidupan nyata. Banyak pasangan selebritis tanah air yang notabene sudah pasti mapan tapi tetap bisa bercerai. Jadi, apakah tingkat kemapanan seseorang masih bisa menjamin?

 

Sebelum lanjut lebih dalam, apa sih sebenarnya arti dari istilah mapan? Apakah ada indikator tetap mengenai tingkat kemapanan seseorang? Adakah titik tertinggi atau titik terendah tingkat kemapanan seseorang?

 

Apa sih mapan?

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mapan artinya mantap (baik, tidak goyah, stabil) kedudukannya (kehidupannya). Dari pengertian tersebut jelas bahwa mapan itu bukan hanya soal materi ataupun kekayaan seseorang. Tapi lebih cenderung tentang kestabilan seseorang dalam menghadapi sesuatu.

 

Hingga saat ini belum ada indikator khusus yang teruji secara ilmiah tentang tingkat kemapanan seseorang. Yang ada hanyalah indikator atau tolak ukur yang muncul dari proses adat dan budaya dari masyarakat. Hal tersebut tentunya bersifat subjektif, karena setiap orang pasti memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang tingkat kemapanan.

 

Proses budaya? Apa maksudnya? Sejak zaman dahulu, diadakannya sebuah pernikahan adalah bertujuan untuk meringankan beban orang tua, meningkatkan taraf hidup dan menghasilkan keturunan. Bentuk tanggung jawab dalam pernikahan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga kepada pasangan, keluarga besar, lingkungan serta agama.

 

Oleh karena itu, muncul sebuah prinsip pernikahan ideal yaitu, pernikahan dilakukan atas dasar suka sama suka. Selain itu, pernikahan dapat terjadi jika laki-laki dan perempuan mempunyai visi dan misi yang sama untuk membentuk sebuah keluarga, terutama dari segi finansial yang sudah memiliki kemapanan dan kematangan. Karena ketika menikah dengan pasangan bukan hanya pasangan tersebut yang bahagia, tapi keluarga besar, dan lingkungan juga bahagia.

 

Inti dari semua itu, alasan orang tua meminta anaknya supaya mapan sebelum menikah adalah sebagai upaya menunjukkan eksistensi secara sosial dan juga menjadi jaminan dalam menjalani kehidupan nyata.

 

Karena proses budaya tersebut, kemudian muncul indikator mengenai tingkat kemapanan. Namun, uniknya adalah tolak ukur tingkat kemapanan seseorang hanya dilihat dari kepemilikan materi atau harta kekayaan.

 

Singkatnya, kita (mau nggak mau) terima indikator dan tolak ukur tersebut ya!

 

Kemudian yang menggelitik untuk dibahas adalah kenapa seseorang yang menikah harus mapan terlebih dahulu. Adakah rasa khawatir tentang kehidupan setelah menikah, jika pasangannya belum mapan?

 

Jadi, mau menikah sebelum atau setelah mapan?

 

Mungkin yang ada di pikiran orang-orang tentang seseorang yang ingin menikah tapi belum mapan adalah kekhawatiran akan kehidupannya setelah menikah. Apakah mereka bisa mencari uang untuk memenuhi kebutuhan seperti makan, transport, bayar listrik, ataupun bayar kontrakan. Niatnya baik sih, tapi terkadang terkesan berlebihan.

 

Karena seseorang yang sudah memutuskan untuk menikah pasti sudah tahu apa risiko yang akan dihadapi di kemudian hari. Seharusnya dia sudah mempersiapkan hal-hal terburuk ketika sudah memutuskan untuk menikah. Jadi dia memiliki motivasi tambahan untuk bisa mengubah hidupnya untuk bisa menafkahi keluarganya kelak.

 

Lalu, bagaimana kalau alasan menikah karena ada “accident” yang terjadi? Itu beda bahasan ya.

 

Sebenarnya yang paling penting dari pembahasan ini adalah bagaimana seseorang bisa meyakinkan pihak orang tua dan juga keluarga. Kamu tidak perlu menggubris apa yang dikatakan orang lain. Kamu hanya perlu berusaha untuk bisa menunjukkan komitmenmu ke calon pasanganmu, keluargamu, dan juga keluarga calon pasanganmu.

 

Tunjukkan keseriusanmu, komitmenmu, atau jika perlu jelaskan kepada mereka tentang rencana jangka pendek setelah menikah. Hal ini bisa saja mengurangi rasa khawatir keluargamu dan bahkan bisa memunculkan rasa percaya kepada dirimu. Setelah kamu sudah diberikan kepercayaan dan tanggung jawab, tunggu apa lagi! Saatnya kamu buktikan janji-janji manismu itu.

 

Pembahasan tadi adalah dari sisi kalangan yang ingin menikah sebelum mapan. Sekarang, kita bahas dari kalangan yang ingin menikah setelah mapan.

 

Alasan yang sering muncul adalah karena mereka belum bisa mencapai target atau cita-cita mereka. Seperti contoh, memiliki rumah pribadi, memiliki kendaraan pribadi, atau juga merasa belum mampu untuk menghidupi dua buah kepala. Bagi mereka yang memiliki visi dan misi yang jelas dan terukur, alasan ini masih bisa diterima. Kenapa? Karena mereka tahu kapan dan berapa lama lagi target-target itu akan mereka capai.

 

Selain itu, ada juga yang memiliki target umur secara khusus tentang kapan mereka harus menikah. Jadi setiap orang pasti memiliki rencananya masing-masing.

 

Artikel Terkait: Berbeda Pendapat dengan Orang Tua? Coba deh Baca Ini!

  1. Bagaimana Cara Memulai Pekerjaan yang Nggak Direstui Orang Tua?
  2. Ini 5 Sebab Mengapa Orang Tua Kerap Berbeda Pendapat Denganmu
  3. Cari Tahu Tipe Orang Tua Seperti Apa Kamu Berdasarkan Bulan Kelahiran

 

Plus minus dari fenomena ini

 

Setiap pilihan hidup pasti akan ada plus dan minusnya, begitu juga dengan pilihan menikah ini. Ketika kamu memilih untuk menikah sebelum mapan, yang dilihat dari segi materi, bisa jadi akan ada beberapa hal yang harus siap dihadapi, salah satunya mungkin kamu harus kerja dua kali lipat lebih keras agar dapur tetap ngebul. Belum lagi kalau nantinya sudah punya anak dan butuh tempat tinggal yang lebih nyaman.

 

Terlihat penuh keringat, ya? Tapi di sisi lain, menikah sebelum mapan mungkin akan memberimu lebih banyak waktu untuk berjuang bersama-sama dengan pasangan untuk mencapai kemapanan tersebut. Setiap susah dan senang yang dijalani akan memperkokoh pondasi rumah tangga.

 

Eits, tapi bukan berarti yang menunggu mapan sebelum menikah akan lebih ringan beban hidupnya. Untuk mencapai kemapanan tersebut pasti akan membutuhkan waktu yang tidak singkat, kecuali kamu memang bukan sobat miskin dari sananya. Ketika kemapanan menjadi prioritas, maka harus rela mengesampingkan nikah di umur yang masih muda. Mungkin ketika teman-temanmu menikah di umur 26 atau 28 tahun, kamu bisa saja menikah di umur 32 atau 35.

 

Nikmatnya, ketika sudah berkeluarga, beban materimu setidaknya bisa lebih ringan. Kamu sudah punya rumah, mobil, dan tabungan sendiri. Kamu juga jadi lebih siap menghadapi segala tantangan karena kamu punya pengalaman menghadapi masalah hidup secara mandiri.

 

Nah, sekarang, tinggal dikembalikan ke diri masing-masing, mana yang jadi prioritas: membangun rumah tangga atau kemapanan?

 

Itu tadi adalah pembahasan mengenai menikah sebelum atau setelah mapan. Semua keputusan yang akan kamu ambil pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Tapi, yang harus diingat adalah selalu terdapat solusi dari setiap permasalahan. Sekarang tinggal kamu yang memutuskannya. Pikirkan dengan kepala dingin ya!