SWARA – Selama saya hidup, saya telah merasakan berbagai suasana di media sosial. Mulai dari Friendster, Twitter, Facebook, hingga Instagram. Masing-masing media sosial memiliki karakternya sendiri-sendiri, mulai dari Facebook yang sekarang didominasi oleh jokes receh bapak-bapak dan persebaran hoaxnya yang cukup kuat, Twitter yang sering dianggap media sosial berisi orang-orang yang mencitrakan dirinya sebagai sobat miskin, dan Instagram sebagai tempat pamer sedang ngapain – lagi di mana – sama siapa.
Namun kali ini saya ingin bicara tentang Instagram, media sosial kekinian yang seringkali dibahas dalam artikel online sebagai salah satu media sosial yang dipertimbangkan HRD dalam pengrekrutan pegawai. Pemilihan warna feed, penggunaan bahasa dalam membuat caption, hingga lokasi foto diambil seolah menjadi standar baru dalam menilai orang lain secara online. Instagram membuat kita merasa dekat dengan orang yang tidak pernah kita temui, karena kita bisa mengetahui rutinitas mereka seperti yang mereka bagikan.
Sayangnya, tidak semua netizen budiman cerdas. Banyak yang bilang “jempolmu harimaumu.” Karena tidak pernah melihat orang lain secara langsung, seakan sah-sah saja mereka memberikan komentar negatif di media sosial seseorang.
Artikel terkait: WhatsApp Aplikasi Chat Kekinian nan Profesional!
5 Fitur Keren Whatsapp di 2019, Fitur Sidik Jari Salah Satunya
Akun-akun gosip yang bersifat user generated content alias menggantungkan diri pada kiriman followers laku keras karena sifat dasar manusia yang suka nyinyir. “Kalo ngga mau dikomen ngga usah di-upload ke IG, deh.” Kayaknya pernyataan ini benar, karena begitu kalian meng-upload sesuatu, semua orang bisa melihat dan mempersepsikan konten kalian sesuai pemikiran mereka.
Kenapa, sih, orang meng-upload konten di media sosial? Dilansir dari buffer.com, Courtney Seiter menyatakan bahwa media sosial bersifat adiktif, sama kayak narkoba. Begitu pula dengan memberi komentar ke orang lain, rasanya adiktif banget. Intinya, orang bermain sosial media terus menerus karena ada efek menyenangkan. Tapi gak mungkin, kan, kita mencari kesenangan diri sendiri tapi tidak memberikan kebahagiaan kepada orang lain? Eh, mungkin aja, tapi nanti gak jadi konten. Malah gak jadi nulis tips sayanya mah.
Sebagai netizen budiman yang sedang belajar menjadi netizen budiman beneran, saya ingin membagikan cara menjadi orang baik (paling nggak di di media sosial) demi menciptakan lingkungan online yang lebih kondusif. Ini beberapa di antaranya:
1. Beda pendapat? Gak masalah!
Beneran, deh, sama adik kita aja sering berantem, masa sama orang yang kita gak kenal dan punya pola didikan serta pengetahuan yang beda ga berantem? Boleh-boleh aja kok berbeda pendapat, tapi sampaikan dengan baik. Jangan malah menyerang personal. Misalnya lagi ngomongin politik, jangan malah menyerang fisik. Sampaikan dengan baik. Ingat, arti komunikasi adalah mengetahui pandangan orang lain. Diskusikan dengan baik ya..
2. Say No to Hoax
Kayak yang sudah saya bilang di atas. Jempolmu adalah harimaumu, sebelum ngeshare apapun coba deh cari tahu kebenarannya. Dulu saya pernah dapat broadcast hoax di grup WhatsApp keluarga tentang obat bebas kayak obat batuk dan panas yang konon katanya telah menyebabkan banyak orang meninggal. Setelah saya lihat surat yang dibroadcast, jelas-jelas hoax karena kop suratnya Rumah Sakit Siloam dan tanda tangannya Ketua BPOM. Bukannya BPOM punya kop surat sendiri? Kok malah pake kop surat rumah sakit? Emang rumah sakitnya punya pemerintah? Lah saya jadi bingung sendiri.
Sebelum share apapun, cari tahu kebenarannya dulu. Banyak banget website yang bisa mengetahui kebenaran broadcast, misalnya turnbackhoax.com. Bisa cek ke sana dulu sebelum ngeshare berita yang dicurigai adalah hoax.
3. Kurang-kurangin share berita kurang berfaedah
“Ponselnya udah smartphone masa orangnya gak smart?” Dulu saya sering dimarahin sama temen-temen saat pake BBM karena asal share broadcast yang gak jelas kebenarannya. Bring the positive vibe, guys! Misalnya, bisa nih share berita ini ke media sosial ini karena bisa membantu netijen budiman dalam mewujudkan suasana bermedia yang membahagiakan dan menyenangkan. Iya apa nggak?
Itulah tiga cara ala Swara Tunaiku untuk menjadi orang baik di dunia maya. Semoga kita semua bisa menjadi netijen budiman yang beneran budiman ya.. Sekian terima kasih. *melipir*
Anastasia Galuh Dinung Purwaningtyas