SWARA –  Dari beberapa studi dan artikel populer yang saya baca, momok penyebab perceraian nomor 1 itu adalah masalah finansial. Baik di negara berkembang seperti Indonesia, sampai ke negara adidaya seperti Amerika Serikat. Â
Makanya, sebagai calon pengantin muda, saya aktif mengedukasi diri terkait isu satu ini. Dan ini dia kira-kira 10 kesalahan dalam mengatur keuangan yang sering dilakukan pengantin baru! Â
1. Gagal menentukan budget dan goal finansial
Seharusnya ini adalah prioritas, sih. Bahkan sebelum kalian mengikat janji di altar atau akad. Idealnya, perkara ini bisa kalian lakukan dengan duduk bersama, dan merancangnya menggunakan spread sheet sederhana atau aplikasi keuangan sederhana seperti mint.com di mana kalian bisa memperhitungkan semua variabel keuangan, mulai dari pemasukan, hutang, tanggungan, dan aset.
2. Saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab, akhirnya bertengkar
Seperti yang saya bilang di atas, perkara duit menjadi tema utama pertengkaran rumah tangga. Istri beranggapan suami harus selalu menyediakan, sedangkan suami berharap sang istri pun harus bertanggung jawab dengan setidaknya lebih hati-hati berbelanja. Alih-alih memendam kekesalan berujung meledak, lebih baik duduk barengan dan utarakan ekspektasi masing-masing, ya. Â
Artikel terkait: Persiapan untuk para calon pengantin
- 7 Cara Menabung untuk Mengadakan Bridal Shower
- 10 Inspirasi Makeup dan Tren Pernikahan Tahun 2018
- 10 Tips Antidrama dalam Memilih Bridesmaid yang Tepat
3. Enggan mengakui batas kesanggupan diri
Kamu dan pasangan punya batas kesanggupan. Jangan sampai termakan ego ya, hanya karena ingin terlihat ‘berkecukupan’ di hadapan keluarga. Ini berlaku nggak hanya untuk perilaku membeli, tapi juga masalah kesepakatan uang tabungan. Jangan sampai demi bela-belain nabung Rp3juta sebulan, kamu malah merana sendiri makan mie instan melulu.
4. Cita-cita rumah idaman yang nggak realistis
Financial planner kenamaan Andrew McFadden pernah berkelakar menyebutkan bahwasanya komitmen yang sanggup bertahan lebih panjang dari pernikahan adalah kredit rumah! Hehe.
Makanya, ia menyarankan untuk membeli rumah sebatas bujet yang telah ditentukan. Jangan tergoda untuk melampaui walaupun (kelihatannya) mampu. Karena, ada banyak pengalaman para pasutri muda yang menyesal beli rumah kemahalan, dan nggak sanggup melunasi kedepannya.
5. Diam-diam menyimpan rahasia hutang & cicilan
Malu punya hutang, lantas berencana untuk ‘membereskannya’ sendiri karena nggak ingin buat pasanganmu khawatir. Niatmu baik, tapi bukan gini caranya. Karena ujung-ujungnya saat kalian hendak membeli rumah atau kredit mobil, toh akan ketahuan juga kan saat financial checking? Segera jelaskan histori keuanganmu ya, agar pasanganmu nggak shock di tengah jalan dan financial goals kalian bisa disusun sebaik mungkin.  Â
6. Nggak mendukung pasangan stick to budget
Kalau nggak peduli, artinya nggak sayang! Kamu mengenal pasanganmu sebagai orang yang bertanggung jawab. Bukan berarti kamu lepas tangan kan? Caranya dengan saling mengawasi cash flow rumah tangga, misal, menentukan tagihan mana yang harus dibayar dengan auto-debet supaya nilainya selalu terawasi.
7. Menyepelekan perbedaan kultur terkait kebiasaan keuangan
Kamu dan pasangan dibesarkan dengan kondisi dan kultur keluarga yang berbeda. Pasanganmu dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang selalu gotong-royong uang kalau ada hajatan keluarga besar, sedangkan kamu nggak. Apa yang biasanya mereka lakukan, bisa jadi nggak sreg di hatimu. Jadi, lebih baik bicarakan dulu kebiasaan seperti ini, lantas sepakati batasan-batasannya ya.
Artikel terkait: Nasihat penting untuk pengantin baru, baca yuk!
- Baru Saja Menikah? Terapkan 8 Cara Mengurus Keuangan Rumah Tangga ini!
- Hati-Hati, 7 Perabot Rumah Tangga Ini Bisa Jadi Sumber Penyakit
- 5 Cara Memilih Perusahaan Asuransi Keluarga dengan Tepat
8. Semuanya harus banget jadi dikerjakan bersama-sama
Memang, kamu dan pasangan itu setara. Entah dari sisi tanggung jawab tugas rumah tangga atau masalah nafkah. Tapi, kan nggak semuanya harus turun tangan? Pada praktiknya akan ada satu orang yang memang ‘lebih’ bertanggung jawab atas satu hal tertentu. Pembayaran tagihan, misalnya oleh suami yang lebih tepat waktu dan stick to budget. Sedangkan sang istri lebih lihai mengelola aset investasi. Â
9. Menunda-nunda untuk memikirkan biaya punya anak
Masih ingin berdua saja bukan berarti kamu nggak ngomongin perkara jika kelak punya buah hati. Karena keputusan ini akan berdampak besar pada gaya hidup kalian kelak. Rumah yang lebih besar, uang sekolah mulai dari TK hingga kuliah, dan kebutuhan fisik yang melekat seperti pakaian dan lain-lain. Yang berarti kalian harus punya pemasukan yang lebih besar, kan?
10. Kurang sadar akan kemungkinan sakit atau kecelakaan
Nasib di tangan Tuhan. Dan berhubung kita nggak bisa mendapatkan notifikasi terlebih dahulu, kamu harus selalu siap jika kelak ada apa-apa. Tentunya kamu dan saya selalu berharap hidup sehat dan berumur panjang. Tapi nggak ada salahnya kalu kamu mulai untuk merencanakan living will (wasiat hidup), menunjuk pengacara yang menangani masalah warisan, dan hal-hal lain semacamnya. Antisipasi ini untuk mencegah keruwetan yang mungkin akan dihadapi keluargamu kelak.
It takes to tango. Istilah ini nih yang selalu saya dan pasangan terapkan, apalagi jika kelak menyangkut perihal dapur rumah tangga. Hehe. Semoga kamu bisa belajar dari 10 poin di atas ya!
Oh ya, untuk kamu yang sedang mengalami masalah keuangan dan butuh pinjaman tunai mendesak, nggak ada salahnya kamu mengajukan pinjaman online Tunaiku, lho.