SWARA – Kawan Swara, nggak terasa kita sudah kurang lebih dua bulan menjalani perubahan dalam keseharian kita. Baik dalam bekerja jarak jauh, berbisnis serba jadi online, belajar di rumah, dan sebagainya. Selama beberapa waktu ke belakang tersebut kita mungkin mulai beradaptasi dengan situasi ini. Tak mengenal usia, baik tua dan muda, sama-sama menjalani perubahan ini dari berbagai sektor kehidupan. Salah satunya, finansial. Jadi penasaran, apakah pandangan generasi soal finansial menjadi berubah sejak Corona?
Setiap generasi menanggapi isu finansial gara-gara Corona dengan pandangan yang berbeda-beda tergantung dari pengalaman hidup mereka. Silent Generation, contohnya, yang sudah hidup lebih lama dan melalui berbagai krisis tentunya berbeda dengan Generasi Z yang baru saja memulai kehidupan masa mudanya. Nah, seperti apa bedanya?
Silent Generation (1928-1945): Paling tidak khawatir dengan kondisi finansial mereka
Menurut survei dari The Ascent yang dipublikasikan situs Fool, generasi tertua ini kebanyakan orang yang sudah pensiun. Di Amerika Serikat terdapat tabungan pensiun yang membuat mereka tidak terlalu khawatir dengan kondisi finansial mereka. Makanya, dari penelitian tersebut disebutkan hanya 38.1% dari Silent Generation yang khawatir dengan keuangan mereka di tengah pandemi dibandingkan dengan generasi lainnya yang melebihi angka 49%.
Baby Boomer (1946-1964): Makin melek belanja online dan mengubah rencana dana pensiun
Aksi memutus mata rantai penyebaran COVID-19 memaksa masyarakat untuk tinggal di rumah karena pembatasan kegiatan sosial berskala besar. Seperti yang Kawan Swara alami, kita jadi lebih sering menghabiskan segala sesuatu #dirumahaja. Begitu banyak waktu yang dihabiskan di rumah membuat generasi Baby Boomer mulai beradaptasi dengan teknologi untuk mencari hiburan atau pun berbelanja secara online.
Walau sebagian dari mereka juga sudah terbiasa menggunakan teknologi sebagai alat komunikasi, tetapi paket hiburan berlangganan dan belanja apa pun bisa dilakukan secara online menjadi sebuah rutinitas yang baru bagi mereka. Diperkirakan banyak dari Baby Boomer akan terus menggunakan layanan-layanan tersebut bahkan setelah pandemi usai.
Saat ini, Baby Boomer juga mungkin sedang di masa menuju pensiun atau baru saja pensiun. Karena situasi Corona ini, sebagian dari mereka mulai mengubah rencana dana pensiun. Ada beberapa perkiraan yang ditulis artikel Forbes lainnya perihal pengaturan dana pensiun generasi satu ini. Salah satunya adalah penyimpanan uang dalam bentuk tunai. Contoh, uang yang dipakai untuk investasi jangka panjang, generasi ini akan memilih untuk menjadikannya aset cair yang dapat dipergunakan setidaknya selama 3-5 tahun ke depan hingga pasar uang benar-benar pulih.
Gen X (1965-1980): Paling khawatir dengan kondisi finansial mereka dibandingkan yang lain
Situs Fool memaparkan bahwa Generasi X memang generasi yang paling khawatir dengan kondisi finansial mereka terkena dampak COVID-19. Sebanyak 65.07% dari Generasi X mengakui hal tersebut.
Menurut CEO Mental Health America Gionfriddo, seperti ditulis Kompas.com, mengatakan bahwa Generasi X yang biasa disebut juga sebagai Generasi Sandwich sangat peduli terhadap orangtua dan anak mereka. Sehingga, di tengah situasi pandemi seperti saat ini, mereka sangat memperhatikan bagaimana cara agar kebutuhan keluarga tetap terpenuhi.
Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Generasi X menjadi generasi yang paling serius menanggapi isu COVID-19 ini karena tanggung jawab mereka. Mereka akan lebih mengalokasikan keuangannya untuk mempertahankan hidup.
Milenial (1981-1996): Momen penyesalan karena: 1. Sudah boros di masa lalu, dan 2. Menunda tabungan
Huft… Generasi aku ini, lho. Ini mungkin jadi momen kita menyesal sudah kebanyakan hambur-hambur uang dan menunda untuk menabung ketika ATM terisi penuh terus setiap bulannya. Hiks. Memang, sih, setelah Gen X, Milenial ada di posisi kedua yang khawatir terhadap finansial mereka.
Seperti dijabarkan Forbes, sebelum Corona, Milenial tuh dikenal banget sebagai generasi kutu loncat yang susah diam di satu perusahaan at least setahun dulu gitu. He-he-he. Kebanyakan dari generasi ini memang dikenal termotivasi oleh keuntungan (baik material atau non material) yang ditawarkan perusahaan. Mereka bukan tipe yang setia pada perusahaan apabila tidak lagi sejalan dengan benefit dan security yang mereka cari. Tapi, bagaimana setelah adanya Corona?
Jadi, setelah krisis ekonomi yang terjadi akibat Corona, sedikit ada perubahan cara pandang dari Milenial. Terutama bagi mereka yang tidak mempunyai prioritas pos tabungan dalam perencanaan keuangan mereka sebelumnya. Momen pandemi ini menjadi era depresi Milenial, ceunah Forbes. He-he-he.
Sebagian besar dari generasi ini akan mengutamakan stabilitas daripada kepuasan dalam bekerja. ‘Yang penting masih digaji tiap bulan, deh.’ Lalu, penghasilan yang masih ada tersebut akan difokuskan pada tabungan. Bahkan tidak hanya tabungan biasa, beberapa dari teman saya pun mulai membuat pos dana darurat. Kebiasaan berbelanja masih ada, namun tidak se-hedon zaman party Jaksel dulu. Hiks. Semangat generasi-qu!
Gen Z (1997-2012): Fresh graduate rentan kehilangan pekerjaan dengan tidak adanya persiapan finansial
Menurut data Pew Research Center yang dirilis Asumsi.co, angkatan senior dari Generasi Z yang saat ini mungkin berusia 20-23 tahun sedang memasuki awal karier mereka. Data tersebut menunjukkan pekerja usia 16-24 tahun yang bergerak di restoran, bar, dan hotel, rata-rata mendapatkan penghasilan kurang dari upahnya, dibayar harian, atau tidak diperbolehkan untuk bekerja jarak jauh. Banyak di antara fresh graduate dari Generasi Z juga kehilangan pekerjaan dengan kondisi tidak mempunyai persiapan finansial.
Hal ini juga didukung dengan temuan The Ascent di situs Fool, sebanyak 60.81% Generasi Z di AS kehilangan penghasilan mereka karena dampak Corona. Tertinggi dibandingkan generasi lainnya dari data tersebut. Baru kemudian disusul dengan 57.2% Milenial yang mengalami hal serupa.
Karena tidak mempunyai persiapan finansial yang matang, Generasi Z yang masih harus membantu keluarga mungkin akan mengalami tekanan secara finansial. Ditambah juga kekhawatiran akan masa depan mereka setelah pandemi. Lebih was-was dan hati-hati dalam mengambil risiko. Yang turut dirasakan dengan Generasi Z lain yang masih duduk di bangku sekolah/kuliah atau tidak mempunyai tanggungan.
Akankah Corona mengubah kebiasaan finansial tiap generasi?
Sumber: Center for Generational Kinetics
Hmm… Taruhan saya, iya. Most likely, yes. Kalau saya lihat dari lingkungan sekitar saya, kurang lebih seperti yang sudah dijabarkan di atas.
Nenek saya seorang Silent Generation tampaknya kurang paham apa itu dampak Corona bagi kehidupan dan tetap saja “menghamburkan” uang seperti biasa. Yang beliau tahu itu penyakit berbahaya jadi harus diam di rumah. Sementara ayah saya seorang Baby Boomer yang sekarang cukup hati-hati sama keuangannya terutama yang ada di ATM. Hmm… you know, efek broadcast grup WA bapak-bapak… tentang penipuan dan akal-akalan ATM. Jadi, concern banget sama tabungan yang disimpan di bank.
Lalu, ada saya dan teman-teman Milenial saya yang kini kalau video call jadi sering ngomongin tentang tabungan, dana darurat, dan dana pensiun. Masa depan banget pokoknya sekarang obrolannya. He-he-he.
Tapi, mari kita tunggu juga perkembangannya seperti apa nanti.
Bagaimana dengan generasimu? #PastiLebihSiap juga, bukan?