SWARA – Zaman sekarang, kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Belum lagi perilaku konsumtif yang semakin menjangkiti banyak kalangan, dimulai dari anak-anak, pelajar, hingga orang dewasa yang rata-rata sudah memiliki penghasilannya sendiri.
Tapi tahukah kamu kalau jumlah penghasilan ternyata nggak ada hubungannya dengan kesehatan keuanganmu? Bisa jadi penghasilanmu di bawah batas UMR, tapi kondisi keuanganmu sehat. Sebaliknya, bisa juga penghasilanmu selama satu bulan sanggup dipakai membeli motor baru, tapi kondisi keuanganmu sekarat. Lucu, kan?
Lewat tulisan ini, saya akan memberi tahu apa saja indikator yang bisa kamu gunakan untuk mengukur kesehatan keuanganmu. Rumus dasar ‘pendapatan – pengeluaran’ memang bisa kamu pakai, tapi sebenarnya rumus itu kurang efektif untuk menjaga kesehatan keuanganmu dalam jangka panjang. Alih-alih, coba deh, pakai 5 indikator ini untuk mengecek kesehatan keuanganmu!
1. Rasio likuiditas
Likuiditas artinya kemampuan sebuah aset diubah menjadi uang tunai secara cepat. Dengan memahami rasio likuiditas, kamu jadi tahu kemampuan isi dompetmu untuk membiayai kebutuhan hidup kalau tiba-tiba kamu kena PHK atau masalah keuangan lainnya.
Cara mengetahui rasio likuiditasmu adalah dengan membagi jumlah aset berupa kas atau setara kas (seperti tabungan, deposito, atau emas) dengan total pengeluaranmu selama sebulan. Ingat ya, kamu harus menggunakan satuan bulan.
Contohnya, anggap saja total kas dan aset setara kasmu adalah 50 juta. Kalau pengeluaran per bulanmu adalah 5 juta,  berarti kamu tinggal membagi angka 50 dengan 5. Hasilnya adalah 10, yang artinya kamu masih punya sisa waktu 10 bulan untuk ‘aman’ secara finansial. Dengan kata lain, kebutuhan hidupmu akan tetap terpenuhi meski kamu sudah nggak bekerja lagi.
Nah, untuk masuk kategori ‘keuangan sehat’, minimal kamu harus aman secara finansial selama 3 bulan. Gimana? Apa keuanganmu masih sehat?
2. Rasio kemampuan pelunasan utang
Sesuai namanya, rasio ini berguna untuk mengecek kemampuanmu dalam melunasi utang. Untuk mengetahui rasiomu bagus atau nggak, kamu bisa membagi beban utang per tahun atau per bulan dengan nilai pendapatan per tahun atau per bulan.
Contohnya, anggap saja kamu punya beban utang berupa cicilan sebesar 5 juta setiap bulannya. Sementara itu, pendapatan bulananmu adalah 10 juta. Maka, rasio kemampuan pelunasan utangmu adalah 5 juta dibagi 10 juta, yaitu 50%.
Angka itu sudah tergolong nggak sehat, lho. Idealnya, angka rasio kemampuan pelunasan utangmu nggak boleh melebihi 35%.
Artikel Terkait: Mengenal inklusi keuangan
- Yuk, Kenalan Dengan Program Inklusi Keuangan biar Orang Indonesia Makin Sejahtera!
- 4 Fakta Mengapa Generasi Milenial Perlu Produk Inklusi Keuangan
- Inklusi Keuangan Bakal Sukses kalau Masyarakat Mau Belajar 2 Hal Ini!
3. Rasio tabungan
Menabung adalah kebiasaan yang wajib dilakukan kalau kamu mau masa depanmu lebih tenang. Nah, rasio ini berguna untuk menilai apakah kegiatan menabungmu selama ini sudah ideal atau belum. Caranya? Bagi saja nilai tabungan tahunanmu dengan jumlah pendapatan tahunan.
Rasio ini bertujuan untuk menetapkan persentase ideal yang harus kamu tabungk setiap tahun atau bulannya. Misalnya, total nilai tabunganmu yang tersebar di tabungan dan deposito bank adalah 50 juta. Sementara itu, total pendapatan tahunanmu adalah 120 juta. Maka, rasio tabunganmu adalah 50 juta dibagi 120 Juta, yaitu 41,7%.
Angka minimal rasio tabungan adalah 10%, lebih besar lebih baik. Jadi dengan rasio tabungan sebesar 41,7%, kondisi keuanganmu bisa dibilang sangat sehat.
4. Rasio solvabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur risiko kebangkrutanmu. Kondisi bangkrut yang dimaksud adalah ketika jumlah utang sudah melebihi jumlah asetmu.
Rasio solvabilitas bisa didapatkan dengan membagi nilai total kekayaan bersih dengan total aset. Misalnya, nilai total kekayaan bersih kamu adalah 2,6 miliar. Sementara itu, nilai asetmu mencapai angka 4,3 miliar.
Maka, diketahui bahwa rasio solvabilitasmu adalah 60,5. Berarti, kamu masih bisa bertahan meskipun terjadi penurunan nilai aset hingga 60,5%. Angka ideal untuk rasio ini tidak boleh kurang dari 50%.
Artikel Terkait: Manfaat pinjaman tanpa agunan online
- Manfaatkan Pinjaman Dana Tunai untuk Acara Lamaranmu
- KTA Tunaiku Berhasil Kembangkan Usaha Ibu Nina!
- Kamu Bisa Manfaatkan Pinjaman Online untuk 4 Situasi Genting Ini!
5. Pertumbuhan pendapatan
Ingat ya, kenaikan gaji nggak sama peningkatan pendapatan. Coba deh, kurangi pendapatanmu tahun ini dengan pendapatanmu tahun lalu, lalu hasilnya kamu bagi dengan nilai pendapatanmu tahun lalu. Setelah itu, hasilnya kamu kurangi dengan laju inflasi. Ini adalah cara menghitung pertumbuhan pendapatan yang benar.
Misalnya, anggap saja pendapatanmu tahun lalu adalah 4 juta. Sementara itu, pendapatanmu tahun ini mencapai angka 9 juta, yaitu hampir 2 kali lipatnya. Sedangkan tingkat inflasi berada di angka 8%. Maka, pertumbuhan pendapatanmu adalah ([9 Juta – 4 Juta] : 4 Juta) – 8% = 117%. Artinya, pendapatanmu tahun ini telah mengalami peningkatan sebanyak 117% dibandingkan tahun lalu.