SWARA – “If you would be wealthy, think of saving as well as getting” – Benjamin Franklin.
Kutipan tersebut sedikit menyentil bukan? Umumnya seseorang akan sangat lihai dalam menghasilkan uang agar cepat kaya, tapi sangat payah dalam menyimpan. Gimana mau cepat kaya kalau menabung nggak bisa?
Dalam hal keuangan pribadi, banyak individu yang mengalami kesulitan dalam hal mengelola arus uang masuk dan keluar. Hal ini bisa dipengaruhi oleh banyak sebab, tapi saya yakin faktor paling kuat yang paling memengaruhi arus kas pribadi itu nafsu belanja.
Semakin besar kamu menghasilkan uang, semakin besar pula nafsu untuk menggunakan setiap nominalnya. Satu dalil paling payah yang pernah saya dengar adalah, “uang bisa dicari”. Anggapan tersebut maksudnya baik, untuk mengingatkan kamu agar nggak dikendalikan oleh uang, bukan untuk membenarkan perilaku boros. But sometimes people got confuse, right? Haha.
Padahal, berhemat itu nggak sama dengan kikir, dan uang akan membuatmu kelihatan lebih menarik dari dalam rekening ketimbang dari apa yang menempel di tubuhmu.
Nah, kalau kamu ingin menggembungkan nominal dalam rekeningmu, cobalah untuk mengefektifkan pengeluaranmu dengan memerhatikan enam hal ini.
Artikel terkait: Hemat itu soal effectiveness, bukan pelit. Yuk kelola keuangan lebih efektif agar hemat dan cepat kaya
- 6 Tips Kelola Keuangan Sebelum Resign dan Tanpa Pekerjaan Baru
- Naik Gaji, Ikuti 6 Tips Ini Untuk Atur Keuangan Agar Semakin Aman
- 5 Tips Bijak Pakai Kartu Kredit, Aman Tanpa Banyak Tagihan
Bayar cicilan kredit tepat waktu
Nggak harus pelit pada penampilan, kamu masih boleh terlihat menarik lewat penampilan dengan membeli barang-barang kesukaan. Menggunakan kartu kredit nggak saya anjurkan, tetapi juga nggak dilarang.
Hanya saja, pastikan terlebih dahulu penggunaan kartu kredit nggak kebablasan dan pembayaran cicilan wajib tepat waktu. Jangan sampai anggaran belanjamu membengkak hanya karena kamu harus melunasi biaya keterlambatan pembayaran cicilan.
Jangan jadi impulsive buyer
Mata terkadang bisa menyesatkan. Impulsive buyer atau bahasa Indonesia kerennya “lapar mata” umumnya terjadi ketika kamu sedang berbelanja, jadi biasakanlah agar berhenti sejenak dan pikir ulang apakah barang yang hendak kamu bayar tersebut sudah sesuai dengan daftar belanjaan dan membuat anggaranmu tetap dalam batas aman?
Cobalah untuk nggak membayar dengan harga penuh saat berbelanja
Saya memiliki hobi mendaki gunung, dan akhir pekan ini merupakan hari di mana saya membelanjakan uang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan hobi satu ini. Tapi hal tersebut bukanlah sebuah pemborosan. Mengapa?
Sebab saya membelanjakan uang memang di saat yang tepat, pada sebuah event pameran tahunan di mana pada event tersebut hampir semua barang didiskon besar-besaran.
Menahan nafsu berbelanja dan menunggu diskon bisa jadi solusi buat kamu yang memang ingin berbelanja. Pastikan kamu membelanjakan uang pada hal-hal memang yang kamu butuhkan dan jangan kalap.
Kembali ke “uang cash”
Cashless memang memudahkan dan terkadang memberikan banyak reward. Namun, kalau kamu mempunyai masalah pada “belanja lebih dari yang seharusnya”, berarti kamu harus ekstra waspada pada berapa banyak uang yang sudah kamu belanjakan.
Beralih ke metode pembayaran secara tunai akan memudahkan kamu nggak keluar dari budget.
Mulai menabung
Sedikit curhat, pacar saya orang yang paling bawel kalau urusan tabungan. Luar biasa cerewet ketika mengingatkan saya untuk menabung. Alasannya tentu klise, masa depan dan jaga-jaga nasib kurang mujur.
Masuk ke minggu ke-tiga bulan April, hp jatuh dan hancur terlindas mobil yang melintas, alhasil rusak berat dan nggak bisa dioperasikan. Tapi, keesokan harinya bisa membeli hp lainnya dan hp yang rusak bisa langsung diperbaiki untuk kemudian dijual kembali.
Skenario bisa jauh lebih buruk jika saya nggak nurutin kebawelan pacar saya dalam hal menabung, dan benar saja, bad things always happen.
Jaga kesehatan
Poin berikutnya mungkin nggak berkaitan langsung dengan keuangan, tapi seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, bad things always happen.
Kesehatan mungkin memang nggak secara langsung, tetapi tetap berimplikasi pada keuangan. Misalnya pada kewajiban memeriksakan kesehatan gigi setiap enam bulan sekali. Kamu bisa saja harus mengeluarkan uang lebih besar ketika didiagnosa memiliki masalah kesehatan pada saat checkup. Padahal, kalau kamu rajin menjaga kesehatan gigi, kamu hanya perlu membayar ratusan ribu rupiah untuk jasa dokter, nggak sampai jutaan untuk jasa perbaikan gigi.
Artikel terkait: Sedia payung sebelum hujan, perhatikan pengeluaranmu sebelum hal buruk menimpa
- Pengeluaran Terbesar yang Paling Ditakutkan oleh Para Millennial
- 10 Cara Ubah Lifestyle dan Bikin Pengeluaran Bulanan Lebih Hemat
- Lakukan 3 Hal Ini Untuk Antisipasi Jika Ada Pengeluaran Mendadak
Nggak lagi sejuta umat, payah dalam menabung merupakan masalah semiliar umat. Bukan nggak mengerti kiat-kiat sukses menabung, saya yakin kamu pun sebenarnya sudah memiliki puluhan, bahkan ratusan kiat jitu untuk sukses menabung di dalam kepalamu. Hanya saja, seringkali nafsu belanja yang “pegang kemudi”, bukan kamu.
Jadi, mulailah kendalikan nafsu membelanjakan uangmu. Sebab uang adalah “pelayan” yang paling baik, bukan “majikan”.