SWARA – Seperti biasanya, hal pertama yang saya lakukan ketika bangun pagi adalah membuka pesan WhatsApp. Saya terbiasa membaca satu per satu baik grup maupun pesar pribadi, kemudian dua jam setelahnya baru membalas pesan tersebut. Tapi pagi ini, ada yang berbeda. Begitu membaca link berita dari salah satu teman di sebuah grup, saya jadi tertegun sendiri.

 

Berita yang yang di-share teman saya berjudul Kisah Fredy Candra Murid “Gila” yang Terbangkan 65 Gurunya Jalan-Jalan ke Luar Negeri yang dilansir oleh Kompas.com. Berhubung saya sangat gila dengan berita yang berbau liburan ke luar negeri, saya pun membuka link dan langsung membacanya. Selanjutnya, genangan air mata mulai memenuhi bagian bawah kelopak mata saya. Hehe.

 

Memang, meski kadang ada guru menakutkan atau menyebalkan yang kita temui semasa sekolah, pasti ada guru yang benar-benar tulus menyayangi murid-muridnya, begitu juga sebaliknya. Saya sendiri pernah membaca beberapa kisah mengharukan tentang murid dan guru yang saya temukan di internet.

 

Buat kamu yang suka baca kisah-kisa mengharukan yang inspiratif seperti saya, simak yuk, 3 kisah murid dengan gurunya yang sangat mengharukan ini.

 

Artikel terkait: Beban kerja karyawan

  1. Ini 5 Zodiak yang Paling Mudah Stres Karena Pekerjaan
  2. Biar Stres Nggak Mengganggu Produktivitasmu di Tempat Kerja, Ini Cara Meredakannya
  3. Kalau Akhirnya Kamu Tidak Menyukai Pekerjaanmu, Harus Melakukan Apa?

 

1. Fredy Candra

Pertanyaan pertama yang terlintas dalam pikiran saya ketika membaca judul artikel kisal Fredy adalah, “Ada ya, alumni yang seingat dan sepeduli itu dengan guru-gurunya?” Dan tentu diikuti oleh pertanyaan kedua, “65 orang, gengs! Habis duit berapa tuh?!” Hahaha. Pagi ini, membayangkan nominalnya saja  otak saya nggak sampai.

 

Saya makin tertegun membaca berita kelanjutannya. Dikatakan bahwa niat awal Fredy yang merupakan alumnus SMA 1 Pekalongan tersebut adalah mengajak jalan-jalan guru SD, SMP, dan SMA ke Eropa. Tapi karena usia guru-gru yang sudah nggak memungkinkan perjalanan jauh, destinasi pun berganti ke Malaysia dan Singapura.

 

Seperti yang dilansir oleh Kompas.com, keinginan Fredy ini merupakan nazar dia sejak masih bersekolah di SMA. Pemicunya adalah ketika SMA dulu dia pernah mengalami koma, dan bermimpi dijenguk oleh guru-gurunya di SD, SMP dan SMA. Setelah itu, Fredy pun berjanji jika punya rezeki lebih nanti, dia ingin mengajak semua gurunya jalan-jalan ke luar negeri.

 

Ternyata keinginan Fredy ini didengar Tuhan. Akhirnya pada 19 – 24 September 2017 rombongan pun menikmat jamuan perjalanan kelas 1. Semua biaya, mulai dari pembuatan paspor, transportasi, hotel, sampai uang saku, semua ditanggung Fredy. Nggak sampai di situ aja. Fredy juga menyertakan dokter dan pendamping kursi roda khusus untuk guru yang sudah sepuh.

 

Semua biaya transportasi, akomodasi, uang saku hingga pembuatan paspor ditanggung oleh Fredy. Nggak hanya membiayai, Fredy dan keluarganya juga menjamu langsung rombongan para guru ketika tiba di bandara Soekarno-Hatta. Meski nggak ikut serta dalam rombonga, Fredy telah menyewa sebuah biro travel untuk melayani semua gurunya hingga jangan sampai ada keluhan dari mereka.

 

“Anak ini tulus sekali. Ketemu gurunya seperti ketemu orangtuanya yang lama tidak pernah bertemu. Jadi dirangkul satu-satu, ada yang dipijitin, macem-macem, pokoknya seneng sekali. Saya terharu melihat itu, kebetulan saya tidak mengajar dia, tapi kan saya kepala sekolah. Jarang saya melihat orang seperti itu,” papar Sulikin Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pekalongan pada Kompas.com.

 

Pinjaman tanpa agunan tunaiku

 

2. Dawson Tamatea

Dawson merupakan guru yang sangat terkenal di sekolah Te Reo Maori dan Dean of Student Achievement, New Zealand. Dawson sudah mulai mengajar di sekolah itu sejak tahun 1986 dan meninggal pada 20 Juli 2015. Kabar duka ini membuat seisi sekolah merasa terpukul, terutama murid-muridnya.

 

Luapan perasaan duka tampak dari muridnya. Untuk menghormati jasa gurunya, sebanyak 1.700 murid melakukan latihan tarian Haka untuk ditampilkan saat pemakaman. Tari Haka merupakan tarian tradisional New Zealand yang berisi tepukan teriakan, hentakan kaki, dan raungan yang pada zaman dahulu digunakan untuk menyemangati pejuang untuk perang.  

Sebagai bentuk penghormatan terkahir bagi sang guru, para murid itu kemudian menampilkan tarian Haka dalam acara pemakaman Dawson. Nggak hanya itu, hampir ada dua ribu murid yang sengaja datang ke sana untuk memberi penghormatan. Mereka juga secara khusus menundukan kepala untuk mengheningkan cipta dan berdoa bagi sang guru.

3. PR dari Guru di Jepang

Kisah lainnya yang nggak kalah mengharukan datang dari Negara Sakura. Diceritakan, seorang guru yang merasa umurnya sudahnggak panjang lagi, memberikan PR terakhir kepada murd-murdnya. PR tersbut dituliskannya di papan tulis dan berbunyi:

 

PR terakhir ini tidak ada batas waktu. Jadilah orang yang bahagia. Saat kalian mengerjakan tugas ini, mungkin aku sudah ada di surga. Tidak usah buru-buru mengerjakannya. Kalian bebas menggunakan waktu kalian yang dimiliki. Tapi suatu hari, tolong kumpulkan dan katakana padaku, “Aku sudah melakukannya. Aku sudah bahagia.” Aku akan menunggunya.

 

Saya memang nggak tahu, siapa nama guru tersebut dan mengajar di sekolah mana. Namun, ketika membaca cerita ini di internet, saya mengambil jeda waktu lebih lama untuk berpikir.

 

Artikel terkait: Kebiasaan yang dilakukan oleh tokoh sukes dunia

  1. 10 Menu Sarapan Tokoh Sukses Setiap Pagi, Kamu Ingin Coba?
  2. 6 Kegiatan Orang Sukses Setiap Hari Minggu, Yuk Ditiru!
  3. 7 Kebiasaan Orang Sukses di Akhir Pekan, Kamu Wajib Tiru Kalau Ingin Seperti Mereka

 

Hampir semua orang bersekolah dengan tujuan menjadi pintar. Modal kepintaran agar ketika lulus mendapatkan pekerjaan terbaik yang pasti memberikan kehidupan yang layak. Nggak berlebihan kalau saya bilang, seseorang yang memiliki kehidupan dengan materi cukup adalah jasa dari gurunya.

 

Namun, apakah materi yang didapatkan dari bekerja mampu membuat bahagia? Nggak usah jauh-jauh. Saya dan beberapa teman kantor saja sering mengeluhkan target kantor yang nggak tercapai, beban kerja, risiko kerja, dan tekanan lainnya yang terkadang emmbuat tidur pun jadi nggak nyenyak. Padahal, sebenarnya bekerja untuk apa sih? Mendapatkan pekerjaan, bisa hidup layak, dan berakhir bahagia?

 

Akhirnya saya pun berpikir. Kesuksesan karier bisa jadi mudah untuk didapatkan. Tapi bahagia, belum tentu bisa didapat. Kesuksesan sama saja nihil kalau nggak bisa bersukur dan bahagia atas segala konseksuensi dari kesuksesan tersebut.   

 

Tiga kisah mengharukan di atas jadi pemicu buat diri sendiri untuk lebih bersukur atas apa yang telah dicapai dan juga menghargai orang-orang yang sudah berjasa di masa lalu, terutama guru. Biar bagaimana pun juga, bisa menjadi seperti sekarang karena jasa guru.

 

Ya, meskipun belum bisa disebut sukses juga, sih? Ya mungkin juga nggak bisa langsung seperti Fredy yang menerbangkan guru-gurunya ke luar negeri. Menurut saya sih, ada banyak hal sederhana yang bisa membuat guru bahagia dan trenyuh hatinya. Menyempatkan untuk berkunjung saat lebaran Idul Fitri contohnya.

 

Bagaimana dengan artikel yang kamu baca hari ini? Semoga bermanfaat untukmu, ya.

Jangan lupa, Tunaiku menyediakan pinjaman tunai cepat dan mudah, mulai dari Rp 2-15 juta, yang bisa diangsur mulai dari 6-15 bulan. Yuk, Ajukan pinjamanmu di sini sekarang!

 


 

TRI PUSPITASARI TRI PUSPITASARI