SWARA – Saat ini saya memiliki keponakan laki-laki yang baru berumur 4 tahun. Di usianya yang masih belia, dia sudah masuk sekolah dan menenteng tas yang cukup ‘gemuk’. Karena penasaran, saya pun membuka tasnya dan ternyata, isinya penuh dengan mainan. Ada robot-robotan, mobil-mobilan, hingga mainan yang lagi nge-trend seperti spinner dan squishy. Saya sempat berpikir, memiliki keponakan seperti ini bisa membuat saya boros.

Suatu ketika, saya sempat menjemput keponakan di sekolah. Betapa herannya saya ketika mengetahui, teman-temannya pun memiliki mainan yang nggak kalah banyak. Di situlah saya  tahu, betapa digandrunginya squishy, slime, dan kawan-kawannya. Ini baru anak-anak. Di luar sana, ada banyak remaja hingga dewasa yang ramai berburu mainan seperti ini.

 

Artikel Terkait: Memberikan Pemahaman Finansial pada Si Buah Hati

  1. Yuk, Ajak Anak Merasakan Sensasi Mengelola dan Mencari Uang Sendiri Sejak Dini!
  2. Haruskah Anak Mengetahui Kondisi Keuangan Orangtuanya?
  3. 5 Cara Mengajarkan Anak untuk Mengelola Keuangan

 

Saya jadi berpikir, sepertinya memiliki bisnis mainan anak-anak sangat menguntungkan. Namun, sebagai seorang pemula, bagaimana cara menekuni bisnis ini? Nggak mungkin, dong, kita membawa sepeda ontel atau motor berkeliling dari sekolah ke sekolah atau dari kompleks ke kompleks untuk menjualnya.

 

Persiapan

Untuk menekuni bisnis ini, memang diperlukan persiapan. Beberapa persiapan yang harus dilakukan antara lain.

 

1. Memahami tren

Bisnis ini sangat dipengaruhi oleh tren. Adapun saat ini, mainan anak-anak yang sedang ramai diburu adalah slime, magnetic sand, squishy, dan fidget spinner. Kalau lagi tren, ya, bisa mendapatkan laba lebih. Bahkan, sekalipun dijual dengan harga Rp100 ribu, spinner tetap akan laku. Nah, sebagai pemula, harus benar-benar tahu apa saja tren mainan saat ini. Kalau bahasa anak mudanya, mesti lebih up to date.

 

Artikel Terkait: Ragam Koleksi Mainan

  1. 5 Cerita Kolektor Barang Unik yang Cukup Menguras Kantong
  2. Hindari 5 Hobi Ini Jika Penghasilanmu Pas-pasan!
  3. 5 Tren Mainan dan Hobi Unik di Tahun 2017

 

2. Waktu

Saat musim masuk sekolah, bisnis ini biasanya akan sepi. Namun, ketika liburan tiba, keadaan berlaku sebaliknya. Bisnis ini sangat dipengaruhi oleh waktu. Nah, buat kamu yang ingin memulai usaha mainan, harus mempersiapkan kemungkinan seperti ini.

 

3. Strategi

Dengan kelebihan dan kekurangan dari bisnis mainan, kamu harus memiliki strategi agar segera mendapatkan untung dan tentu berkelanjutan. Sebagai contoh, ketika tren mainan ini mulai turun, kamu bisa mulai menjualnya dengan harga miring atau istilahnya cuci gudang. Oh ya, saat merancang strategi kamu juga harus tahu di mana kamu akan menyuplai dagangan. Carilah tempat grosir mainan yang bisa memberikan harga paling rendah tapi dengan kualitas bagus dan lebih variatif.

 

4. Metode pemasaran

Sebagai pemula, nggak perlu gegabah untuk menyewa ruko. Alangkah lebih bijak jika melakukan penjualan melalui media sosial dan dari mulut ke mulut. Selain tanpa harus mengeluarkan biaya, justru anak zaman sekarang lebih dekat dengan smartphone dan media sosial. Kamu juga bisa buka lapak di “pasar tiban” (pasar dadakan) atau membuka lapak dadakan di taman. Tergantung tempat yang lagi ramai di mana saja.

 

Penghitungan

Namanya usaha, jelas harus menargetkan omset dan menghitung laba-ruginya. Untuk saat ini, bisa dikatakan usaha dalam bidang mainan masih memiliki kesempatan untung yang besar. Pada setiap item, kamu bisa mendapatkan keuntungan 10-30%. Tergantung pintar-pintarnya kamu mencari tempat grosir mainan.

Untuk mengawali bisnis, memang perlu stok yang variatif. Namun, ada baiknya dimulai sedikit demi sedikit. Sebenarnya dengan modal Rp3 juta, kamu sudah mendapatkan mainan yang cukup variatif dengan harga grosir.

Pembelian mainan anak-anak        : Rp3.000.000

Biaya lain-lain                                : Rp300.000

Hasil penjualan (laku semua)         : Rp3.900.000

Modal                                             : Rp3.000.000

Biaya lain-lain                                : Rp300.000

Keuntungan                                    : Rp600.000

 

Untuk modal Rp3 juta, kamu bisa mengantongi laba bersih Rp600 ribu. Nah, sedangkan jika kamu pandai dalam menjalankan marketing, omset Rp3,9 juta dengan laba Rp600 ribu bisa kamu dapatkan dalam waktu satu minggu. Jadi dalam satu bulan bisa meraup untung Rp2,4 juta. Sebagai pemula, cukup menjanjikan bukan? Tunggu apa lagi!