Kota Pariaman merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Kota ini termasuk kota tertua di pantai barat Pulau Sumatera.

 

Secara administratif, Kota Pariaman merupakan pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman, yang terbentuk melalui Undang-undang Nomor 12 tahun 2002. Terdiri dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pariaman Utara, Pariaman Tengah, Pariaman Selatan dan Pariaman Utara.

 

Kota Pariaman menghadap langsung ke Samudra Hindia, terletak antara 00° 33‘ 00 “ – 00° 40‘ 43“  Lintang Selatan dan 100° 04‘ 46“ – 100° 10‘ 55“ Bujur Timur. Memiliki luas wilayah 73,36 km2, dengan panjang garis pantai 12 kilometer. Luas daratan Kota Pariaman ini setara dengan 0,17 persen dari luas daratan wilayah Provinsi Sumatera Barat.

 

Meski secara geografis daerah ini hanya bagian kecil dari Provinsi Sumatera Barat yang luas, namun Kota Pariaman memiliki arti yang sangat penting dalam sejarah Sumatera Barat. Bahkan Pariaman dikenal sebagai pusat pengembangan ajaran Islam yang tertua di pantai barat Sumatera. Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, pelaksanaan pendidikan bernuansa Islam telah berkembang di Pariaman.

 

Masyarakat Pariaman sangat memandang bagaimana suatu adat dan tradisi, tak heran jika di Pariaman banyak sekali adat dan tradisi yang unik, seperti adat pernikahan yang ada di Kota Pariaman, pernikahan ini disebut dengan bajapuik yang artinya dijemput.

 

Bajapuik dipandang sebagai kewajiban pihak keluarga perempuan memberi sejumlah uang atau benda kepada pihak laki-laki (calon suami) sebelum akad nikah dilangsungkan. Bajapuik itu untuk menghargai keluarga pihak laki-laki yang telah melahirkan dan membesarkannya, sehingga ketika sang anak pergi meninggalkan rumah untuk menikah mereka tidak merasa kehilangan.

 

Tak hanya memiliki adat pernikahan bajapuik yang unik, Kota Pariaman juga memiliki banyak tempat wisata yang indah dan menyenangkan. Meski garis pantai Kota Pariaman hanya sepanjang 12 kilometer, namun hampir di sepanjang garis pantai itu kini sudah menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi. Salah satu yang paling terkenal adalah Pantai Gandoriah.

 

 

Pantai Gandoriah terletak di dekat pusat Kota Pariaman. Panaroma laut menjadi salah satu keunggulan utama pantai ini. Gandoriah merupakan pantai dengan pasir putih. Ombak pantainya tergolong sedang, namun kadang-kadang lumayan tergantung kondisi cuaca. Pantai ini diteduhi pohon-pohon pinus yang jumlahnya sangat banyak, sehingga membuat suasana menjadi sejuk diterpa semilir angin pantai.

 

Di lepas pantai terdapat gugusan 6 pulau kecil yang terlihat bagaikan menghias cakrawala. Keenam pulau itu adalah Pulau Tangah, Pulau Kasiak, Pulau Ujung, Pulau Gosong, Pulau Bando dan Pulau Angso. Pulau Angso kini juga sudah menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi.

 

Di pulau terdapat sebuah kuburan dikenal dengan “Kuburan Panjang”. Konon kabarnya, kuburan ini adalah makan ulama Katik Sangko yang merupakan guru dari Syekh Burhanuddin. Syekh Burhanuddin sendiri adalah ulama legendaris yang merupakan pendakwah pertama Islam di Sumatera Barat.

 

 

Selain dapat menikmati indahnya laut dan hamparan pasir putih, di Pantai Gandoriah ini juga menyajikan berbagai aktivitas rekreasi laut yang bisa menjadi pilihan saat liburan, seperti renang, selancar dan beraneka jenis olah raga pantai lainnya.

 

Tak jauh dari Pantai Gandoriah ini terdapat sebuah stasiun kereta api, dikenal sebagai Stasiun Pariaman. Merupakan sebuah stasiun tua yang dibangun sejak zaman Belanda. Bangunan stasiun tersebut pun hingga kini masih dipertahankan seperti aslinya. Stasiun ini terletak hanya sekitar 20 meter dari bibir pantai.

 

Hanya sekitar satu kilometer dari Pantai Gandoriah arah ke selatan, terdapat lokasi wisata Pantai Kata yang tak kalah menariknya. Kata merupakan singkatan Karan Aur dan Taluk. Tak salah lagi, pantai ini terletak di perbatasan Desa Karan Aur dan Desa Taluk. Di pantai ini terdapat sebuah muara sungai kecil yang kini ditata dengan sangat apik sehingga menyajikan panorama nan indah.

 

 

Salah satu daya tarik di Pantai Kata ini adalah hutan pinus atau cemara yang lebat dan hijau. Keberadaan hutan pinus yang lebat ini tidak ayal adalah menahan abrasi pantai. Oleh karena itu, ternyata keberadaan hutan pinus ini menjadi salah satu bagian yang penting di pantai ini.

 

Rasanya kurang lengkap jika kamu melewati kuliner di kota ini. Kota Pariaman juga dikenal dengan kota kuliner, tak heran jika kuliner Kota Pariaman sudah terkenal di seluruh Indonesia. Beberapa kuliner khas Pariaman, seperti sate Pariaman, Sala Lauak dan katupek gulai paku (pakis) sangat banyak ditemukan di rumah makan padang.

 

Banyak orang yang belum tahu tentang makanan Sala Lauak. Sala Lauak atau Sala Bulek merupakan kuliner Pariaman yang harus dicicipi, gorengan ini terbuat dari adonan tepung beras dan ikan yang ditambah beberapa rempah-rempah. Memiliki cita rasa yang gurih, cukup asin dan renyah, gorengan ini sangat enak untuk dinikmati bagi seluruh orang yang berkunjung ke Kota Pariaman.

 

 

Sala Lauak sangat mudah ditemukan di Kota Pariaman, banyak para pedagang yang menjual di pinggir jalan, bahkan bisa ditemui di pantai-pantai yang ada. Soal harga sangat terjangkau, pasalnya gorengan ini berharga mulai dari Rp. 500 hingga Rp. 1000 per sala-nya.

 

Jadi bagaimana? kamu tertarik untuk pergi dan menikmati keindahan Kota Pariaman?

 

Swara Kamu merupakan wadah untuk menyalurkan inspirasi, edukasi, dan kreasi lewat tulisanmu. Kamu bisa menyampaikan pendapat, pemikiran, atau informasi menarik seputar finansial dan karier. Setiap artikel Swara Kamu menjadi tanggung jawab penulis karena merupakan opini pribadi penulis. Tim Swara tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis oleh masing-masing penulis.

 

Ingin ikut berbagi inspirasi? Langsung daftarkan dirimu sebagai penulis Swara Kamu di sini!