SWARA – Menjadi karyawan, terutama saat hidup di ibu kota dengan biaya hidup tinggi tentu nggak mudah. Saya sendiri bekerja sehari-hari sebagai kasir dengan gaji Rp1,2 juta belum cukup. Akhirnya saya mencari beberapa ide bisnis sampingan yang sekiranya nggak ganggu pekerjaan utama. Akhirnya saya ketemu beberapa ide yang kebetulan sangat cocok.
Artikel Terkait: Tips yang Harus Diterapkan Saat Membangun Bisnis Sampingan untuk Mahasiswa
- 6 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Membangun Bisnis Sampingan
- 14 Bisnis Sampingan Mahasiswa yang Beromzet Puluhan Juta Rupiah
- Hindari 4 Kelalaian Keuangan Berikut Dalam Menjalankan Bisnis Sampingan
1. Jadi pedagang musiman
Berhubung sifatnya musiman, tentu nggak setiap hari mangkalnya. Boleh jadi hari Sabtu dan Minggu, hari libur nasional, atau hari-hari tertentu. Kebetulan saya hidup di Jakarta. Sehari-hari saya bekerja menggunakan motor bebek. Rencana yang ingin saya terapkan dalam waktu dekat adalah menjual beberapa item yang berhubungan dengan HUT RI di 17 Agustus.
Saya sadar, di luar sana banyak pedagang yang turut bersaing dengan saya nantinya. Oleh karena itu, saya nggak mau jual bendera atau hal-hal yang sudah terlalu mainstream. Kemungkinan besar saya akan mencetak banyak kaus dengan potret para pahlawan Indonesia. Sekaligus mengenalkan mereka pada yang selama ini abai.
2. Menjadi pedagang online
Bisnis dagang secara online saat ini sudah marak dilakukan. Mulai dari skala kecil seperti jadi dropshipper maupun jadi distributor. Saya rasa pekerjaan ini nggak akan mengganggu pekerjaan utama. Rencana saya, nantinya mau ikut jadi dropshipper di toko pakaian yang sudah besar dan punya reputasi bagus.
Soalnya nggak perlu modal untuk memulainya, kecuali hanya data internet dan hoki. Saya akan atur jadwalnya cuma melayani para pembeli di jam-jam usai kerja hingga pagi. Sedangkan pengirimannya saya lakukan di sore hari. Persis setelah kerja jadi kasir. Mungkin agak melelahkan. Namun, kalau saya menunggu sampai akhir pekan, nanti hilang peluang.
3. Menjual produk MLM
Ide bisnis sampingan ini sudah sering mampir di benak. Namun, belum dieksekusi juga. Kemungkinan besar masuk rencana. Walaupun nggak tahu mau dipakai atau nggak. Soalnya stereotip yang berkembang terkait MLM masih santer. Terlebih lagi ketika beberapa kasus penipuan mencuat di media-media.
Saya disarankan oleh teman, kalau mau ikut MLM, lebih baik pilih produk yang tepercaya. Misalnya dari Oriflame, Sophie Martin, dan lain-lain. Mereka juga sering membeli produk dari sana. Sarannya bagus juga. Kalau memang jadi, target penjualan saya pertama-tama adalah mereka. Kemudian menyebar ke rekan kerja lainnya. Oke, kan?
4. Jadi penjual pulsa serta kuota internet
Siapa sih yang nggak butuh pulsa serta kuota internet di zaman sekarang? Mulai dari HP tulalit sampai yang mahalnya minta ampun pasti butuh. Ibarat nyawa, pulsa bagi HP nggak tergantikan. Rencana saya, target penjualan pertama-tama adalah tetangga, lalu rekan kerja. Setelah itu, barulah mulai mengelola website sebagai media transaksi otomatis.
Saya sadar, kalau keuntungan dari penjualan pulsa plus kuota internet itu nggak seberapa. Namun, kalau digunakan sebagai bisnis sampingan, boleh juga. Daripada nggak ngapa-ngapain, kan? Kemungkinan besar saya akan menggunakan platform berbentuk aplikasi juga dengan kerja sama bareng teman. Biar lebih praktis. Namun, itu merupakan rencana jangka panjang, setelah laris-manis.
Artikel Terkait: Kiat Sukses Saat Menjalankan Bisnis Online
- 6 Kiat Sukses Rintis Bisnis Online Shop, Mudah dan Cepat Menghasilkan
- Pahami Pajak dalam Bisnis Online
- 5 Kesalahan Manajemen Keuangan Yang Sering Dilakukan Pebisnis Online, Ini Solusinya!
5. Menjalankan bisnis katering
Fenomena yang saya temui sangat unik. Rata-rata rekan kerja saya nggak bawa bekal. Mereka lebih suka makan di luar dengan biaya cukup mahal. Seporsi Rp12 ribu. Saya pun terbetik ide untuk menjalankan bisnis ini. Pasti mereka mau beli kalau saya jual dengan harga lebih murah dengan standar rasa yang sama. Kebetulan saya hobi masak juga.
Kelima ide bisnis sampingan tersebut masih berupa rancangan. Namun, cukup masuk akal, kan? Selain masalah kebutuhan hidup, saya juga lagi berjuang mengumpulkan uang untuk menikah. Setiap akhir pekan pasangan saya rajin menelepon sekaligus rajin menanyakan, “Kapan mau halalin aku?”
Saya, kan, nggak bisa jawab “nanti” terus. Harus semangat.