SWARA – Kehidupan masyarakat modern memang erat kaitannya dengan peran uang sebagai alat tukar. Kehadiran uang saat ini pun nggak hanya berwujud fisik,  tetapi juga disimpan sebagai debit maupun e-money alias uang elektronik. Berbeda dengan zaman dulu, ketika kamu hanya bisa bertransaksi menggunakan uang yang kamu bawa langsung.

 

Nah, ngomongin soal masa lalu, Indonesia juga punya sejarah tersendiri soal uang, lho. Negara ini pernah mengalami beberapa kali pergantian desain fisik uang maupun peristiwa keuangan yang unik. Berikut 5 fakta yang berhasil Tunaiku rangkum. Simak, yuk!

 

1. Uang melengkung di Era Soekarno

 

Kamu pasti pernah kan, melihat uang kertas bergambar Soekarno yang bisa melengkung bahkan menggulung sendiri ketika diletakkan di telapak tangan? Atau mungkin kamu punya koleksinya? Nah, inilah salah satu keunikan uang di Indonesia yang paling terkenal. Banyak yang beranggapan bahwa uang bergambar Soekarno ini berhubungan dengan dunia mistis.

 

Tapi ternyata, uang ini hanyalah uang souvenir. Jadi memang nggak bisa dipakai sebagai alat tukar pada masanya. Uang Soekarno bisa menggulung menjadi seperti huruf ‘U’, bahkan ‘O’. Faktanya, belum ada yang bisa menjelaskan mengapa uang Soekarno ini bisa melengkung sendiri. beberapa pihak mengatakan jika uang ini telah diisi energi eterik yang akan bereaksi terhadap panas tubuh seseorang.

 

2. Tragedi ‘Gunting Sjafruddin’ yang fenomenal

Pernah dengar tentang fenomena uang Indonesia yang digunting menjadi dua bagian? Tragedi tersebut merupakan kebijakan moneter yang ditetapkan Syafruddin Prawiranegara, Gubernur BI pertama, pada 10 Maret 1950. Ia menyuruh masyarakat untuk menggunting ‘uang merah’ (uang NICA) dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas menjadi dua bagian.

 

Nah, guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula dan harus ditukarkan dengan uang baru mulai tanggal 22 Maret sampai 16 April 1950.

 

Guntingan kanan dinyatakan tidak berlaku, tetapi dapat ditukar dengan obligasi negara. Kebijakan ini dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk utang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung.

 

Kebijakan Sjafruddin ini bertujuan mengganti banyaknya mata uang yang berlaku dengan mata uang baru, mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan inflasi sehingga harga barang akan turun, sekaligus mengisi kas pemerintah. Oiya, kamu masih bisa melihat guntingan uang ini di Musem Bank Indonesia, lho.

 

3. Uang 10 ribu yang diganti warnanya karena mirip dengan uang 100 ribu

 

Pada 2010 yang lalu, Bank Indonesia mendesain ulang uang pecahan Rp 10 ribu karena dianggap terlalu mirip dengan uang pecahan Rp 100 ribu. Uang Rp 10 ribu saat itu didesain ulang menjadi merah kebiruan. Namun tetap dengan gambar yang sama, yaitu Sultan Mahmud Iskandar dan Rumah Tradisional Limas. Perubahan desain ini juga didasari banyaknya keluhan masyarakat yang sering keliru mengira Rp 10 ribu sebagai Rp 100 ribu maupun sebaliknya.

 

4. Gambar pahlawan dan asal daerahnya

 

Coba kamu perhatikan, bukankah hampir semua uang kertas rupiah bergambar pahlawan di bagian depannya? Kemudian, terdapat ilustrasi tempat maupun simbol kebudayaan? Jika kamu lebih teliti, maka kamu akan menemukan fakta bahwa bagian belakang dari uang kertas tersebut merupakan lokasi dan simbol kebudayaan dari tempat asal sang pahlawan.

 

Pada uang pecahan Rp 50 ribu misalnya. Ada gambar I Gusti Ngurah Rai yang berasal dari Bali, sedangkan bagian belakangnya terpampang ilustrasi Danau Beratan, yang ada di Bedugul, Bali.

 

5. Terdapat lirik Indonesia Raya pada desain uang Rp 50 ribu yang bergambar WR.Soepratman

 

Lembaran uang lima puluh ribuan yang bergambar WR. Soepratman diproduksi pada 1999. Sudah nggak berlaku lagi untuk digunakan saat ini. Namun tahukah kamu kalau di uang tersebut terdapat lirik Indonesia Raya dengan ukuran sangat kecil? Coba perhatikan gambar uang kertas di atas dan cari di mana letak lirik Indonesia Raya-nya.

 

Yap, betul sekali! Lirik Indonesia Raya ada di bagian kanan, tepatnya di sebelah kanan tanda tangan Gubernur BI dan diatas tulisan ‘Bank Indonesia’. Lirik tersebut ditulis dengan tulisan yang sangat kecil. Entah apa tujuan peletakan teks Indonesia Raya tersebut. Apakah untuk mengenang WR. Soepratman atau untuk menggelorakkan semangat kemerdekaan?
Itulah beberapa fakta unik tentang perjalanan uang di Indonesia. Meskipun kurs mata uang asing lebih tinggi, jangan lupa untuk selalu #CintaRupiah ya, Kawan Tunaiku!