SWARA – Di umur-umur seperti saya sekarang (sekitar umur 25 tahun), pasti sudah mulai kepikiran punya rumah sendiri. Biarpun mungil dan sederhana, pasti berasa istana. Tapi, kalau buat saya, berhubung belum ada modal untuk membuat rumah sendiri, sekarang saya kumpulkan dulu aja pengetahuan dan tipsnya deh. Salah satunya, soal menyewa kontraktor untuk mebangun rumah.

 

Ya, beberapa hari lalu, saya ikut ngobrol dengan kakak sepupu yang sedang berdiskusi dengan orang tua saya soal mencari kontraktor rumah. Dia memang sedang membangun rumah dan sempat kecolongan menyewa kontraktor yang kerjanya kurang bertanggung jawab. Untuk itu sengaja meminta saran orang tua saya yang sudah berpengalaman dengan sukses.

 

Dari cerita mereka, ternyata banyak juga kenalan mereka yang merugi karena salah memilih kontraktor saat membangun rumah. Mulai dari dapat kualitas material yang buruk, waktu pengerjaan molor hingga berbulan-bulan, bahkan ditinggal kabur kontraktornya saat pekerjaan baru setengah jalan. Duh!

 

Mendengar pengalaman mereka, tentu saja saya nggak ingin mengalami hal yang sama dong. Kamu juga kan? Untuk itu saya sengaja merangkum 10 kesalahan yang enggak boleh kamu lakukan ketika menyewa kontraktor rumah. Simak yuk buat bekal sekarang atau pun masa depan. He-he-he.

 

1. Mencari sendiri tanpa survei pada orang-orang terdekat yang berpengalaman

Dari pada langsung mencari sendiri lewat internet atau gara-gara lihat iklan tanpa tahu sejarah pekerjaan mereka, lebih baik filter awal menemukan kontraktor berkualitas adalah melalui pengalaman orang-orang terdekat. Jika ada teman atau suadara kamu yang pernah memakai kontraktor dan merasa puas, kerjanya bagus, jadi kan lebih terpercaya.

Memakai jasa kontraktor yang pernah digunakan oleh orang yang kamu kenal juga bisa mmebuat proses tawar menawar sampai diskusi soal pekerjaan lebih lancar dan santai karena sudah ada perantara yang dikenal.

 

Artikel terkait: Renovasi dan membangun rumah

  1. Awas Salah Pilih saat Renovasi Rumah: Kontraktor atau Pemborong?
  2. 3 Tips Hemat Membangun Rumah Tanpa Developer
  3. Membeli Rumah di Pinggiran Kota Itu Menguntungkan, Lho!

 

2. Bermodal percaya tanpa memegang identitas resmi

Sekalipun kontraktor yang kamu pilih merupakan rekomendasi keluarga dan bahkan sudah menjadi langganan, tetap saja kamu harus memegang kelengkapan dokumennya ya. Beberapa diantaranya seperti surat lisensi, sertifikat, bahkan asuransi seperti apa yang dimiliki oleh kontraktor.

Kalau perlu siapkan kontrak kerja juga hitam di atas putih lengkap dengan materai. Jangan hanya modal percaya karena kamu nggak pernah tahu apa yang akan terjadi. Jadi kamu punya kuasa untuk menuntut kalau tiba-tiba ada kesalahan, kemunduran waktu hingga pekerjaan yang nggak beres.

 

3. Mudah tergiur dengan total biaya murah

Kontraktor A menawarkan Rp 250 juta per seratus meter, sedangkan Kontraktor B menawarkan Rp 300 juta.Tergiur dengan selisih yang lumayan, kamu langsung pilih si A. Padahal, bisa jadi kualitas material dan profesionalitas yang mereka tawaran jauh berbeda? Bisa jadi juga harga yang lebih murah ya gara-gara pekerjaannya pun hanya 2/3 jalan. Kan nggak lucu ya? Makanya pastikan jenis material, jumlah dan kemampuan pekerja hingga waktu yang mereka tawarkan. Apakah sesuai dengan harga dan kebutuhan kamu.

 

4. Mengabaikan latar belakang profesionalitas kontraktor

Meskipun rumah saya kelak cuma tipe 45, bukan berarti saya rela-rela saja dong digarap oleh kontraktor asal-asalan? Misalnya, dia hanya pernah mengerjakan ruko sederhana saja, berbeda jauh dengan desain rumah mungil modern yang kamu inginkan.

Jangan hanya gara-gara murah, kamu rela rumah kamu dijadikan proyek kelinci percobaan? He-he. Makanya mesti teliti, pastikan lagi latar belakang kontraktornya khususnya hasil kerja mereka. Dan pilh kontraktor yang memang mengerti konsep rumah yang kita inginkan.

 

5. Terburu-buru tanda tangan kontrak

Menyatakan OK untuk kontrak pembangunan rumah nggak sama dengan sekadar menge-klik centang pada Terms and Conditions saat sign up akun medsos. Kamu harus super teliti mengecek dan memahami isi kontrak. Mulai dari tenggat waktu, total biaya, total jasa yang diberikan, sistem pembayaran, hingga detail material yang akan digunakan. Kamu dan kontraktor harus  memiliki pemahaman yang sama akan isi setiap pasal agar nggak ada miskomunikasi dan nggak saling merugikan.

 

6. Malas cari referensi dan hanya ikuti ketentuan standar saja

Hanya karena tetanggamu bilang sekian belas juta, bukan berarti itu adalah harga terbaik untuk kualitas yang kamu inginkan. Untuk itu, kamu harus cermat membandingkan setidaknya 3 – 4 kontraktor dengan mengajukan pertanyaan dan tawaran tertulis dengan daftar bahan dan tugas yang sama agar perbandingannya sesuai deh. Jangan malas mencari banyak referensi ya. Sedikit usaha tambahan ini bisa memberi kamu lebih banya keuntungan.

 

7. Nggak telaten menyimpan bukti pembayaran

Selama proses pembangunan tentunya akan ada banyak pembelian material. Mulai dari yang perintilan seperti paku hingga yang besar seperti pasir atau genteng rumah. Pastikan untuk selalu meminta, menyalin dan menyimpan setiap bukti pembayaran agar bisa dilacak dan menghitung total biaya akhir.

 

8. Pembayaran mengandalkan uang tunai

Untuk poin ini, sebenarnya berhubungan dengan poin sebelumnya. Jika kamu membayar dengan uang tunai, besar kemungkinan bukti-bukti pembayaran bakal tercecer. Apalagi jika kamu nggak telaten. Jadi, lebih baik selalu gunakan transaksi elektronik ataupun menggunakan cek. Supaya ada rekam jejaknya.

 

Artikel terkait: Sekilas tentang hunian terjangkau  

  1. 10 Apartemen Super Kecil di Seluruh Dunia
  2. 5 Fakta yang Perlu Kamu Ketahui tentang Program Rumah Murah
  3. 5 Hal yang Harus Anda Perhatikan Jika Ingin Membeli Apartemen Murah

 

9. Melunasi pembayaran padahal kerjaan belum selesai

Nggak jarang ada cerita di mana para pemilik rumah keburu melunasi pembayaran, eh malah menelan pil pahit ditinggal kabur sang kontraktor. Mungkin maksudmu memang baik, nggak mau menunda pembayaran supaya uangnya nggak terpakai untuk kebutuhan lain dan kamu pun percaya pada mereka.

Makanya, lebih baik memilih sistem pembayaran termin, alias secara bertahap sesuai dengan urutan rancangan kerja. Misalkan, tahap pertama saat pondasi sudah berdiri. Tahap kedua saat mendirikan struktur yang pengerjaan sloof (balok beton bertulang mendatar yang dibuat diatas pondasi). Tahap ketiga, saat dinding sudah berdiri, dan seterusnya hingga pekerjaan beres.

 

10. Lalai mengecek kesejahteraan pekerja

Poin ini mungkin jadi hal yang paling sering terabaikan untuk proyek rumah pribadi. Idealnya, para pekerja memang dilindungi oleh asuransi dari pihak kontraktor. Jadi, jangan sampai saat terjadi kecelakan pada masa bekerja, malah kamu yang dituntut untuk menanggung.

Selain itu, hal-hal kecil seperti jam bekerja, makan dan MCK pekerja pun harus diperhatikan dan dipastikan terpenuhi. Pekerjanya sejahtera, pekerjaannya pun pasti deh dikerjakan dengan semangat dan bertanggungjawab.

 

Ya, kira-kira  seperti itulah 10 kesalahan yang nggak boleh kamu lakukan ketika menyewa kontraktor rumah hasil pencarian saya. Apakah kamu punya pengalaman lain yang bisa kamu bagikan?

 

Selagi kamu di sini…

Khususnya buat kamu yang lagi butuh pinjaman untuk membangun rumah atau pun kebutuhan lainnya, saya punya informasi singkat yang sayang sekali dilewatkan. Sudahkah kamu tahu tentang Tunaiku? Tunaiku merupakan pinjaman cepat, mudah, tanpa agunan, tanpa kartu kredit.

Pokoknya, Tunaiku bisa jadi solusi finansial bagi kebutuhan-kebutuhanmu. Kebutuhan dadakan? Atau, butuh tambahan dana untuk kebutuhan tertentu? Kamu bisa ajukan Tunaiku!

 

Nggak mau ribet dan nggak pakai lama ajukan pinjaman? Klik di sini.

 

_______________________________________________________________________________________________________

WINNY WITRA MAHARANI TUNAIKUWINNY WITRA MAHARANI