SWARA – Kamu yang anak Twitter mungkin ngeh kalau beberapa hari lalu sedang ramai cuitan mengenai MPASI (Makanan Pendamping ASI) dan BLW (Baby Led Weaning). Dua istilah ini merujuk pada metode pemberian makanan padat untuk bayi.

 

Oh iya, sebenarnya perkara MPASI bukan tren baru, kok. Hanya saja, topik ini tiba-tiba ramai lantaran cuitan seorang dokter tentang kasus pelipatan usus pada bayi akibat MPASI dini dengan metode BLW.

 

Maraknya metode BLW sendiri, terjadi lantaran satu seleb yang sering sharing tip parenting pada bayinya. Nah, metode seleb ini kemudian diterapkan oleh seorang mama muda–yang sayangnya justru berakibat buruk. Sang bayi akhirnya harus dioperasi karena pelipatan usus.

 

Walaupun saya belum punya anak, tapi pengin tahu juga bagaimanac sih MPASI yang baik untuk bayi? Apalagi saat melihat curhat soal pengalaman para mama-mama muda soal MPASI. Supaya gak bias, saya pun ingin mendengar informasi dari seorang dokter. Berikut adalah beberapa cuitan dr. Falla Adinda, diambil dari @falla_adinda.

 

Yuk, lihat di sini:


Pengetahuan yang saya dapatkan, memang masih sangat simpel, sih. Namun, anggap saja ini pembekalan dini untuk diri sendiri. Jika memang sudah waktunya, pengetahuan ini bisa saya aplikasikan ke anak sendiri atau untuk diskusi dengan teman.

 

Yuk, disimak, ya.

 

Artikel terkait: Seputar Tumbuh Kembang Anak

  1. Hai Orang Tua, Kepribadian Anak Ternyata Bisa Diketahui dari Kecil
  2. Bullying pada Anak: Kenali Peran dan Dampak bagi Pelaku, Korban juga Saksi
  3. Mendampingi Generasi Z yang Haus Eksistensi di Dunia Maya

 

Sekilas mengenai MPASI dan BLW

MPASI adalah Makanan Pendamping ASI yang diberikan ketika bayi berusia enam bulan. Kenapa harus enam bulan? Karena di usia ini, organ pencernaan si bayi memang sudah sangat siap untuk menerima selain ASI. Selain itu, asupan ASI memang nggak cukup untuk mengimbangi pertumbuhan dan aktivitasnya yang semakin aktif. Biasanya, MPASI yang diberikan berbentuk makanan lunak dan lembek seperti bubur atau puree.

 

Kemudian, ada pula BLW (Baby Led Weaning) sebagai metode alternatif MPASI. Di sini, bayi akan diberikan makanan padat–seukuran genggaman tangan (finger food). Nah, alih-alih spoon-feeding, bayi akan dibiarkan mandiri untuk makan makanannya sendiri. Dengan begitu, ia akan belajar kemampuan makan, sekaligus merasakan tekstur, warna, bau, dan rasa makanan.

 

Mana yang lebih baik? MPASI konvensional atau BLW?

Jika dilihat dari metode pemberian makannya, yang menjadi rekomendasi dari WHO (World Health Organization) adalah metode konvensional dan spoon feeding. Alasannya, kedua metode ini bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan baik.  

 

Seperti yang dikatakan oleh dr. Falla–tentu saja dengan rujukan yang diterbitkan NCBI–bayi dengan metode BLW memiliki kecenderungan untuk kekurangan zat besi, zink, dan vitamin B12, ketimbang MPASI konvensional.

 

Di sisi lain, seperti dikutip dari situs berita Tirto, dr. Utami Roesli, SpA.,IBCLC.,FABM, seorang dokter konsultan laktasi yang juga merupakan Ketua Sentra Laktasi Indonesia mengatakan, pemberian makanan padat selain ASI harus disesuaikan dengan umur anak. Awalnya harus lumat, lunak, baru ke tekstur yang lebih padat.

 

Meskipun masih kontroversial, BLW punya sisi positif, kok. Misalnya, si anak jadi punya kesempatan untuk menjalin hubungan emosional lebih baik dengan orang tua. Terlebih, jika BLW diterapkan pada usia yang tepat (6 bulan), risiko tersedak pun bisa diminimalkan. Si kecil, akan belajar untuk memasukkan makanannya terlalu banyak atau terlalu dalam. Manfaat lain, metode BLW juga bisa mengatur asupan makanan mereka dengan indikasi BMI yang ideal. Hasilnya, risiko obesitas pun jadi lebih rendah.

 

Lantas, bagaimana dengan MPASI dini?

Nah, ini yang sebenarnya sangat nggak disarankan.

 

Kenapa? Karena MPASI dini, terlebih BLW dalam bentuk apa pun, sekalipun makanan lunak, berbahaya bagi bayi. Apalagi, kondisi fisiknya memang belum siap mencerna makanan apa pun selain ASI. Baik itu mulut, lidah, usus, dan sistem pencernaannya.

 

Risikonya nggak main-main. Mulai dari diare, sembelit, tersedak, bahkan pelipatan usus. Oh iya, karena si kecil menerima asupan lain selain ASI, otomatis kekebalan tubuhnya berkurang. Nah, MPASI dini berisiko menjadi pintu masuk berbagai kuman jahat! Apalagi kalau ternyata MPASI yang kamu berikan nggak terjamin higienis.

 

Artikel terkait: Kesehatan Anak Menjadi Prioritas

  1. Tanpa Perlu Keluar Uang, 5 Layanan Posyandu Ini Berikan yang Terbaik untuk Buah Hatimu!
  2. Waspada! 5 Tanaman Hias Ini Bisa Bahayakan Kesehatan Anak
  3. Supaya Anak Nggak Gampang Sakit di Musim Hujan Seperti Ini, Yuk Terapkan 5 Tips Praktis Berikut!

 

Pilihan akhir ada di tanganmu sebagai orang tua

Begitulah sekilas mengenai MPASI. Saya harap kamu yang membaca bisa mendapatkan sedikit clue mengenai problematika mamah muda satu ini. Hehe.

 

Menurut saya sih, pada akhirnya, metode apa pun yang mau kamu terapkan haruslah melalui keputusan yang matang. Banyak faktor harus dipertimbangkan, seperti halnya pendapat dokter, kondisi si kecil, kesiapan sistem pencernaan, kecukupan gizi, dan lain sebagainya.

 

Mengikuti tren itu nggak selamanya baik. Apalagi hanya gara-gara melihat gaya hidup seseorang melalui media sosial. Jika sekiranya sesuai dan terbukti secara ilmiah,  silakan ikuti. Tapi jika nggak, ya jangan paksakan diri. Ingat, kamu harus menjadi netizen sekaligus orang tua yang cerdas, ya!

 

Pinjaman Tunaiku

 

 

 

 


WINNY WITRA MAHARANI TUNAIKU

WINNY WITRA MAHARANI