SWARA – Beberapa bulan belakangan ini ada fenomena baru, namanya Apartemen Meikarta. Sejauh mata memandang, kaki menapak, dan jari scrolling layar ponsel; iklan Meikarta di mana-mana.

 

Cek Kompas, kamu bisa melihat iklan display mereka memakan space hingga 2 halaman, berwarna pula. Bahkan di Media Indonesia bisa sampai lima halaman berwarna. Belum lagi di laman-laman portal berita dan booth-nya sudut-sudut mal. Masif dan terstruktur banget lah pokoknya. Haha.

 

Saban hari ‘diserang’ iklan Meikarta, mau nggak mau kepikiran dong, ya. Bukan kepikiran mau beli sih, apalah saya ini masih rakyat jelata dengan gaji papasan buat modal kawin. Haha.

 

Tapi, kepikiran untuk mempertimbangkan menjadikan apartemen sebagai aset properti. Kan selama ini properti tahunya mah cuma rumah atau tanah. Tapi, berhubung saya menetap di Jakarta, kayaknya apartemen patut deh dijadikan pertimbangan. Kalau nanti sudah punya penghasilan lebih baik tentunya.

 

Dari hasil tukar pikiran alias ngobrol ngalor-ngidul dengan teman-teman masa kuliah, saya berhasil menyimpulkan beberapa hal mengenai kelebihan dan kekurangan investasi rumah dan apartemen.

 

Jika dibanding-bandingkan, kurang lebih seperti ini:

 

1. Kepemilikan

Saat kamu membeli apartemen, yang kamu beli ya memang cuma unitnya itu. Nggak ada ceritanya beli apartemen ada tanah. Kecuali satu gedung ya. Haha. Sedangkan rumah, kamu bisa memiliki hak milik atas bangunan dan tanah, tergantung surat kepemilikan. Ibaratnya sudah aman di tangan.

 

Artikel terkait: Alternatif Investasi untuk Milenial

  1. 3 Tips Memilih Reksadana untuk Investor Pemula, Agar Dapat Hasil Maksimal!
  2. Selagi Muda, Coba 5 Investasi Tak Tergerus Inflasi Ini!
  3. Jenis Investasi yang Cocok untuk Kamu Berdasarkan Zodiak

 

2. Sama-sama bisa dihuni

Tentu. Tapi, orang-orang preferensi hunian itu bisa berbeda. Teman-teman saya misalnya, menganggap yang namanya hunian itu ya rumah tradisional. Dalam artian, punya atap genteng. Punya halaman (walaupun kecil). Punya tetangga yang bisa saling menyapa atau ikut kerja bakti kampung untuk perayaan 17-an.

Dalam konteks ini, menurut saya investasi rumah lebih ke nilai emosional sih, sebagai investasi di hari tua. Cocoknya beli di kampung halaman, siapa tahu setelah pensiun kamu ingin pulang.

 

3. Bisa kamu sewakan

Kisaran harganya berapa? Di Jakarta Selatan dan Jakarta pusat, rumah berukuran kurang lebih 120 m2, berkisar antara  Rp 80 – 125 juta/tahun. Sedangkan pasaran di Jakarta Utara dimulai dari harga 90 – 130 juta/tahun dengan luas mulai dari 150 m2.

Di Jakarta Barat, untuk luas rumah 100m2 pasarannya ada di angka 30/50 juta per tahun. Pasti udah mafhum lah ya, kalau harga tanah/rumah di Jaksel dan Jakpus memang jauh lebih tinggi.

Nah, itu kan rumah. Kalau apartemen? Saya akui, prospek sewa untuk apartemen lebih besar sih. Terutama bagi para eksekutif yang beraktivitas di pusat kota. Contohnya saja, apartemen di tengah kota seperti Thamrin Residence atau Sudirman Park dengan harga sewa mencapai 10 juta/bulan untuk 2 kamar tidur. Bahkan yang agak pinggiran pun, seperti Kebagusan City atau Kalibata, itu selalu penuh, lho.

Pernah saya iseng nanya-nanya ke Kebagusan City, untuk ukuran studio unfurnished dipatok sekitar 2,5 juta/bulan, 2 kamar tidur semi-furnished sekitar 5 juta/bulan. Sedangkan Apartemen Seasons City di kawasan Jakarta Barat, sedikit lebih rendah, di angka 2 juta/bulan untuk ukuran studio.

 

4. Perawatan

Investasi di rumah tradisional, berarti kamu harus turun tangan langsung atau mempekerjakan tukang. Mulai dari membersihkan halaman, ngecek instalasi listrik, saluran air, PAM, dan lain-lain. Terutama saat rumah sedang tidak berpenghuni.

Sedangkan apartemen, bisa dibilang kamu santai-santai aja, ada pihak pengembang yang mengurusi. Karena memang ada biaya bulanan untuk ongkos perawatan. Jadi, kalau ada kerusakan, tinggal kontak sang pengembang aja.

Biayanya bervariatif, rekan kerja saya misalnya yang punya satu unit di Kalibata harus merogoh kocek sekitar 200 – 300 ribu/bulan untuk maintenance fee. Anyway, kamu tetap harus permak sedikit kalau ada yang mau nyewa ya, minimal harus dicat ulang lah.

 

Artikel terkait: Yang Harus Kamu Tahu Terkait Investasi Properti

  1. Pilih Beli Rumah Sebelum atau Setelah Menikah?
  2. Berani Berbisnis Properti Tanpa Modal Lewat 5 Tips Ini!
  3. Berinvestasi Properti di Kota Kecil? Hindari 5 Kesalahan Ini

 

5. Fasilitas komunitas

Di komplek rumah, sepertinya sih masih jarang ya ada fasilitas seperti kolam renang atau gym. Tapi, untuk sekadar taman bermain  anak-anak memang ada. Lain halnya dengan di apartemen, kamu bisa mendapatkan fasilitas bersama untuk para penghuni seperti kolam renang, gym, dan wahana bermain anak-anak.

Yah, kurang lebih seperti itulah perbandingan kasar apabila kamu harus memilih antara investasi rumah atau apartemen.

 

Saran terakhir dari saya sih…

Jika kamu tertarik untuk investasi di apartemen, menurut saya gini sih. Beli apartemen yang masih dalam tahap pembangunan pun nggak apa-apa. Misalnya, masih sekitar 1 tahun. Saat sudah berdiri, bisa langsung kamu sewakan. Jadinya, uang cicilan bisa dibayar dari uang sewa. Sederhananya sih begitu.

 

Sedangkan rumah, saya sendiri sudah memutuskan akan membeli rumah di kampung halaman. Selain karena harganya lebih terjangkau, luasan tanah yang didapat pun jauh lebih besar daripada tanah di Jakarta. Lagipula, investasi rumah di kampung halaman menjadi bagian dari rencana hari tua.

 

Jadi, kawan-kawan milenial, walaupun belum kaya-kaya amat sekarang, tapi masukkan lah rencana investasi ini dalam bucket list-mu. Apartemen atau rumah, kedua-duanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing sih. Klisenya sih, pilihan balik ke gaya hidup.

 

Oh ya, sebagai penutup, saya ada satu petuah nih, khususnya kepada kaum milenial yang lancar rezekinya. Janganlah melulu investasi personal branding di feed Instagram. Investasi di real life juga jangan lupa ya!

 

ajukan pinjaman tanpa agunan di tunaiku

 


WINNY WITRA MAHARANI TUNAIKUWINNY WITRA MAHARANI