SWARA – Seperti pekerja lainnya, saya bekerja giat dengan harapan bisa jadi orang kaya. Kaya di sini berarti mapan atau nggak ada kekhawatiran finansial, baik sekarang mapun di masa depan. Untuk itu, saya pun menekan pengeluaran semaksimal mungkin agar bisa menabung sebanyak mungkin. Ya, seperti kata pepatah, hemat pangkal kaya!

 

Namun, lama-lama saya jadi heran. Pasalnya saya punya saudara yang pendapatannya nggak jauh lebih banyak dari saya. Kalau dilihat dari gaya hidup, sama sekali nggak mencerminkan sifat hemat. Tapi anehnya, kok dia sempat cerita, “Nanti kalau anakku mau masuk kedokteran, insyaAllah dananya udah tersedia!”

 

Saat ini, anaknya masih kelas 1 SD.

 

Bagaimana mungkin dengan pendapatan dan gaya hidup yang pasti nggak bisa menabung, di masa depan bisa menyekolahkan di jurusan kedokteran?

 

Artikel terkait: Biaya Pendidikan

  1. Biaya Kuliah 10 Universitas Swasta Favorit di Indonesia
  2. Tengok Pendidikan di Finlandia, Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia
  3. Prediksi Biaya Kuliah di Tahun 2025 dan Cara Menyiasatinya

 

1. Kerja cerdas

Beruntung saudara saya nggak pelit informasi. Dia bercerita kalau ingin penghasilan nggak defisit, ya kuncinya dengan bekerja lebih giat. Bukan malah menekan pengeluaran. Dengan adanya pekerjaan sampingan, justru menghasilkan uang lebih besar daripada sejumlah rupiah yang harus ditekan. Iya, saudara saya memiliki pekerjaan sampingan yang lebih besar dari gajinya.

 

2. Nggak perlu menekan pengeluaran

Ini kelanjutan dari poin di atas. Benar kata saudara saya, nggak perlu menekan pengeluaran agar bisa menabung. Bekerja lebih giat dan memiliki pekerjaan sampingan adalah salah satu solusinya. Adapun efek dari menekan pengeluaran adalah nggak bisa menikmati hidup. Bahkan, bisa jadi sebenarnya kebutuhan agak urgent, tapi terpaksa harus ditekan. Kan, sayang!

 

Bekerjalah yang giat, terus berkarya, dan nikmati hidup agar selalu bahagia. Tapi saudara saya juga menambahkan, tetap saja dalam pengeluaran harus bertanggung jawab. Boleh mengeluarkan uang lebih, jika untuk hal yang positif.

 

Misalkan, lebih baik mengeluarkan uang Rp200 ribu untuk membeli buku daripada Rp100 ribu untuk mainan yang kalau ditelaah lagi nggak menambah kreativitas anak. Toh, buku tersebut bisa dipinjamkan untuk adik atau sepupu yang lain.

 

3. Memilih nggak nabung

Saudara saya sendiri memilih untuk nggak nabung. Kalaupun ada saldo di tabungan, itu untuk kebutuhan jangka pendeknya saja. Kenapa dia nggak milih untuk menabung? Setelah dihitung-hitung, bunga yang diberikan bank nggak akan menutupi biaya admistrasi. Bahkan justru malah selalu berkurang. Lalu apa gunanya jika menabung hanya untuk mengurangi jumlahnya? Apalagi laju inflasi juga cukup tinggi.

 

Pemerintah sering mengumumkan lajunya hingga 1,5% atau 5,7%. Padahal, fakta di lapangan bisa lebih daripada angka itu. Artinya uang Rp20 juta yang mati-matian dikumpulkan dalam satu tahun, dua tiga tahun lagi nilai-manfaatnya udah nggak sebanding dengan Rp20 juta di masa kini. Bayangkan saja, deh! Nabung tiap bulan biar bisa beli motor tahun depan. Eh, tahun depan harga motor udah lebih dari Rp20 juta!

 

4. Investasi

Lalu solusinya apa jika nggak punya tabungan? Ternyata saudara saya memilih mengalokasikan uangnya untuk berinvestasi. Investasi bisa bermacam-macam. Bisa reksa dana, saham, emas, dan properti. Saudara saya sendiri menggunakan uang proyeknya untuk investasi emas. Lalu lama-kelamaan, ia mulai merambah ke dunia properti.

 

Memang agak berat di awal dalam mengelola uang. Namun kembali lagi. Saudara saya memang harus bekerja lebih giat baik utama ataupun sampingan, agar dalam investasi properti ini nggak keteteran.

 

Artikel terkait: Mau Kaya? Berinvestasilah!

  1. Apakah Orang Kaya Beserta Keturunannya Akan Selalu Kaya?
  2. Jenis Investasi yang Cocok untuk Kamu Berdasarkan Zodiak
  3. Berani Berbisnis Properti Tanpa Modal Lewat 5 Tips Ini!

 

Mulai sekarang, ada baiknya nggak menelan mentah-mentah bunyi pepatah ‘hemat pangkal kaya’. Mungkin dulu memang ada benarnya. Tapi zaman sudah berubah. dalam perekonomian global semacam ini, nggak mungkin hanya cukup mengandalkan tabungan saja.

 

Boleh saja berhemat untuk menabung. Tapi alangkah lebih baik jika hemat agar bisa berinvestasi, tanpa menurunkan standar hidup. Cerita dari saudara saya di atas, mungkin bisa membantu kamu. Selamat mencoba, ya!