SWARA – Dalam berinvestasi saham, ada sebuah istilah yang disebut dengan window dressing. Istilah ini mengacu pada strategi yang dilakukan oleh perusahaan atau manajer investasi agar portofolio sahamnya tampak baik.
Biasanya, strategi ini dilakukan dengan menjual saham-saham yang berkinerja buruk dan membeli kembali saham berkinerja baik. Dengan begitu, portofolio perusahaan pun akan tampak lebih rapi.Â
Window dressing lebih umum dilakukan menjelang akhir tahun. Sebab, setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang perlu dilaporkan setiap akhir tahun. Sehingga, dengan adanya perbaikan portofolio, laporan keuangan perusahaan akan terlihat lebih menjanjikan.Â
Pengaruh Fenomena Window Dressing Bagi Investor
Sebagai investor, window dressing adalah momen yang perlu diperhatikan sebelum berinvestasi saham. Aksi penjualan saham berkinerja buruk dilakukan oleh seluruh perusahaan dan manajer investasi di seluruh dunia. Hal ini membuat indeks harga saham mengalami kenaikan.
Kalau kamu masih pemula dan belum memiliki pengetahuan mendalam tentang investasi saham, maka akan sulit untuk menentukan strategi pembelian saham yang tepat selama masa window dressing.Â
Jika tidak berhati-hati, bisa-bisa kamu membeli saham dengan harga terlalu tinggi dan mengalami kerugian di masa yang akan datang. Apalagi, penguatan harga saham ini akan terus berlangsung sampai bulan Januari di tahun berikutnya.Â
Untuk investasi saham jangka pendek, kemungkinan keuntungan yang bisa kamu dapatkan dengan membeli saham di masa ini tidaklah terlalu besar. Namun, untuk investasi jangka panjang, masih ada peluang bagi kamu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Tips Berinvestasi di Masa Window Dressing
Sebagian besar saham yang mengalami window dressing adalah saham yang menjadi penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saham-saham ini cenderung memiliki kapitalisasi yang besar.
Agar kamu bisa berinvestasi saham dengan tepat menjelang akhir tahun, ikutilah tips-tips berikut ini:
-
Membeli saham blue chip
Saham blue chip adalah saham yang dimiliki oleh perusahaan besar dengan pendapatan yang cenderung stabil. Selain itu, saham jenis ini hanya memiliki liabilitas dalam jumlah kecil. Rata-rata saham blue chip memiliki kapitalisasi di atas Rp10 triliun.
Di masa window dressing, saham blue chip adalah jenis saham yang paling banyak menjadi incaran investor. Oleh karena pendapatannya cenderung stabil, kemungkinan risiko kerugian pun lebih rendah. Sehingga, kamu tetap bisa mendapatkan return yang memuaskan.Â
Secara khusus, saham blue chip ini cocok bagi kamu yang masih pemula. Kalau kamu belum terbiasa dalam berinvestasi saham, sebaiknya pilih saham berjenis blue chip untuk menghindari kerugian.
-
Memilih saham sesuai kemampuan
Kalau kamu ingin berinvestasi saham, kamu harus membiasakan diri untuk menyisihkan sejumlah uang sebagai dana investasi setiap bulannya, misalnya sekitar 20 persen dari gaji. Setelah dana itu terkumpul, kamu bisa menggunakannya untuk membeli saham menjelang akhir tahun.
Jangan terlalu memaksakan diri untuk membeli saham yang di luar kemampuan finansialmu. Sebelum membeli saham, kamu harus memastikan bahwa kamu memiliki alokasi dana untuk diinvestasikan melalui saham.
Selain itu, pastikan juga kondisi keuanganmu dalam keadaan sehat. Jangan sampai, karena kamu memaksakan diri untuk membeli saham, kamu malah tidak lagi memiliki dana untuk memenuhi kebutuhan hidupmu sehari-hari.Â
-
Analisis fundamental dan prospek saham
Memahami fundamental dari suatu saham adalah langkah terpenting sebelum membeli saham. Hal ini penting, karena akan menentukan apakah nilai dari saham yang kamu beli nantinya akan mendatangkan return meski di situasi buruk sekalipun.
Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis fundamental saham. Pertama, cari tahu kinerja dan kondisi perusahaan, salah satunya melalui laporan keuangan yang dilaporkan setiap periodenya.
Kemudian, perhatikan juga acuan harga saham yang normal untuk dijadikan dasar sebelum membeli dan menjual saham. Terakhir, kamu juga harus memonitor dan mengevaluasi saham secara rutin.
Dengan mempertimbangkan tiga hal ini, kamu bisa mengambil keputusan yang lebih matang sebelum membeli saham.Â
-
Berinvestasi untuk jangka panjang
Sebaiknya, ketika akan membeli saham, kamu sudah mempertimbangkan efek jangka panjang dari investasi tersebut. Menurut CNBC Indonesia, memikirkan efek jangka pendek berpotensi membuat kamu salah dalam membeli saham yang kualitasnya tidak terlalu baik.
Menjelang akhir tahun, ada banyak berita dan informasi yang beredar di media terkait ekonomi dan saham dari berbagai perusahaan. Kamu mungkin mendengar adanya kemungkinan-kemungkinan dari setiap perusahaan yang membuatmu memprediksi bahwa setelah membeli saham itu, kamu bisa langsung menjualnya kembali setelah beberapa waktu.
Tapi, hal ini sebenarnya tidak tepat, karena prospek dari perusahaan tersebut belum tentu baik. Sebaiknya, sejak awal pilihlah saham yang memang berkualitas dan menjanjikan, lalu biarkan investasimu terus berada di saham itu hingga jangka panjang.Â
Baik investor pemula maupun investor lama harus sama-sama menerapkan strategi-strategi di atas ketika akan membeli saham di masa window dressing. Selalu lakukan riset mendalam sebelum membeli saham untuk menghindari kerugian yang tak diinginkan.