SWARA – Ada banyak perubahan yang terjadi setelah kamu menikah. Salah satunya, keuangan. Nah, jika sebelumnya kamu hanya perlu mengatur keuangan sendiri, kini kamu harus mengelolanya berdua.
Meski pendapatanmu akan “bertambah”, jika nggak diatur dengan hati-hati, keuangan keluargamu bisa nggak sehat, lho. Kamu pun harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk membuatnya kembali stabil.
Saya sendiri suka takjub dengan teman yang baru menikah, tetapi jago banget mengatur uang. Sudah ada tabungan, bisa buka bisnis kafe! Keren banget, kan?
Lalu bagaimana cara terbaik mengatur keuangan rumah tangga untuk pengantin baru? Lakukan 8 cara ini agar terbebas dari masalah, ya!
Artikel Terkait: Tips Pernikahan
- 10 Inspirasi Makeup dan Tren Pernikahan Tahun 2018
- Hal yang Perlu Kamu Perhatikan Sebelum Memutuskan Untuk ‘Menikah Tamasya’
- 10 Tips Antidrama dalam Memilih Bridesmaid yang Tepat
1. Siapkan anggaran
Tidak masalah jika anggaran keuanganmu masih belum jelas. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya proses adaptasi. Ketika sudah berkeluarga, kamu nggak lagi punya wewenang untuk mengontrol keuangan sendiri. Soalnya, kini sudah jadi tanggungan bersama atas nama keluarga.
Selain kebutuhan sehari-hari, kamu juga perlu membersiapkan kebutuhan untuk calon si buah hati. Kamu perlu bikin anggaran sesuai dengan prioritas, sekaligus membagi pos-pos dan memangkas pemborosan.
Kamu bisa mulai berdiskusi dengan pasangan dan bikin anggaran bareng. Cari tahu apa saja kebutuhan yang menurutmu penting dan bisa membuat hidup lebih sejahtera.
2. Punya catatan keuangan
Apakah kamu tahu berapa banyak uang yang kamu keluarkan setiap harinya? Lalu, digunakan untuk apa saja uang tersebut? Kalau kamu kesulitan untuk menjawab pertanyaan di atas, inilah saatnya kamu harus membuat catatan keuangan.
Dengan adanya catatan pemasukan dan pengeluaran, kamu bisa menyisihkan uang untuk ditabung. Soalnya, kamu bakal tahu detail keuangan keluarga. Dari sini, kamu bisa membuat estimasi uang yang bisa ditabung.
Beda cerita kalau kamu nggak ada catatan keuangan. Maka, sulit untuk melakukan review keuangan. Akhirnya, jadi kesulitan untuk mengetahui dari manakah sumber pemborosan berasal.
3. Punya dana darurat
Setiap kali melakukan perjalanan, saya selalu menyiapkan dana darurat. Takutnya, terjadi apa-apa dan saya nggak ada uang tunai untuk membayar kebutuhan mendesak.
Sementara itu, dana darurat dalam rumah tangga diperlukan untuk membayar biaya saat sakit, PHK, kecelakaan, sampai kejadian nggak terduga lainnya.
Ada beberapa batasan untuk mempunyai dana darurat. Kamu bisa menyiapkan dana darurat minimal 9 kali pengeluaran bulanan jika telah berkeluarga dan punya satu anak. Kalau punya lebih dari dua anak, siapkan dana darurat sebesar 12 kali pengeluaran bulanan.
4. Siapkan asuransi jiwa
Sudah selayaknya kamu punya asuransi jiwa untuk keluarga. Apalagi, kalau sudah punya momongan. Pasalnya, kematian salah satu anggota keluarga, akan mengguncang keuangan bersama.
Saat ayah saya meninggal, keuangan keluarga saya carut-marut karena nggak ada asuransi. Saya pun berandai-andai, coba dulu punya asuransi jiwa, ya? Pasti ibu saya nggak akan kesulitan.
Asuransi jiwa bisa bikin hidup tenang. Sehingga, ada baiknya kamu cari asuransi jiwa yang sesuai dengan profil keluarga dan keuangan.
5. Segera melunasi utang konsumtif
Kamu harus lebih bijak lagi dalam menggunakan kartu kredit. Khususnya, kalau dipakai untuk memenuhi pengeluaran konsumtif. Jangan sampai ada tragedi gali lubang tutup lubang dalam keluargamu. Segera tutup atau lunasi utang yang bersifaf konsumtif seperti cicilan.
Contohnya adalah kamu beli smartphone mewah dengan sistem cicilan. Kalau sudah lunas, jangan sampai membeli barang lain dengan sistem cicilan lagi. Pakai uangmu untuk menabung saja agar lebih bermanfaat. Ingat kembali tentang anak dan pasanganmu sebelum membeli sesuatu.
6. Ada rencana keuangan untuk beli rumah
Yuk, lihat simulasi di bawah ini untuk lebih jelas dalam membuat rencana keuangan untuk beli rumah.
Bapak Adi menikah dan ingin membeli rumah dengan harga Rp700 juta. Ia bekerja sebagai sebagai banker dan punya gaji Rp6 juta tiap bulan. Sementara itu, istri Bapak Adi punya gaji Rp4 juta tiap bulan. Asumsikan saja pengeluaran keluarga Bapak Adi ini sebesar Rp5 juta tiap bulan.
Keluarga Bapak Adi bisa beli rumah dalam jangka waktu berikut ini jika dihitung secara kasar.
Rp700 juta: (Rp 6juta + Rp4 juta – Rp5 juta) = 140 bulan = ±11,6 tahun
Simulasi di atas bisa berubah jika keluarga Bapak Adi memiliki anak. Maka, kamu perlu menyisihkan uang setiap bulannya selama 11 tahun. Belum lagi, kalau harga rumah naik, kamu butuh waktu lebih lama lagi.
Artikel Terkait: Tips Merias Diri
- Bosan dengan Warna Lipstik? Yuk, Bikin Ombre dengan 5 Langkah Mudah Ini
- Rekomendasi 10 Lipstik Merah Lokal Untuk Dipakai ke Kantor
- Berkenalan dengan Tren Pixel Makeup, Cocok Dicoba Saat Halloween!
7. Ada rencana keuangan jika punya momongan
Banyak pasangan yang menunda punya momongan karena masalah finansial. Kamu pun bisa mengantisipasi kebutuhan kalau ada rencana keuangan jauh-jauh hari sebelumnya.
Pikirkan tentang biaya hidup, biaya kehamilan, persalinan, pendidikan si anak sampai faktor kesehatan. Jika kamu lebih cepat dalam menyiapkan keuangan, maka masa depan si buah hati makin terjamin.
8. Menambah pengetahuan keuangan
Kamu nggak perlu jadi lulusan bisnis atau akuntansi untuk bisa mengatur keuangan. Coba tambah ilmu tentang keuangan dengan baca-baca artikel di internet atau dari forum diskusi.
Meski nggak ada latar belakang pendidikan, jangan langsung menyerah untuk bisa mengelola keuangan. Perbanyak membaca info-info keuangan sejak pertama kali menikah. Jadi, bisa mempraktikkan teori dalam kehidupan sehari-hari. Niscaya, kemampuan mengatur keuanganmu akan makin berkembang.
Satu lagi, nggak ada yang mustahil di dunia ini. Nggak perlu takut untuk menghadapi persoalan keuangan saat menjadi pengantin baru. Semua ada solusinya asal mau tetap belajar dan terus mencoba.