SWARA – Siapa sih orang tua yang nggak bangga memiliki anak yang pintar dengan prestasi akademis yang cemerlang, Kawan Tunaiku? Sebagai orang tua, kamu pun tentu berharap anakmu mampu mengungguli anak-anak lainnya di sekolah. Bahkan, nggak sedikit orang tua yang menjadikan hal ini sebagai ajang “pamer” di lingkaran sosialnya.

 

Tapi, harap hati-hati jika kamu mulai membandingkan peringkat anakmu dengan anak-anak lainnya, bahkan memaksakannya untuk selalu mendapatkan nilai yang bagus. Pasalnya, nilai akademik semata bukanlah standar baku untuk mengukur kesuksesannya kelak.

 

Setiap anak memiliki talentanya masing-masing

Dikutip dari Kompas.com, Psikolog Nana Gerhana, M.Psi. mengungkapkan bahwa setiap anak memiliki talentanya masing-masing dan orangtua bisa menggali talenta yang dimiliki oleh anaknya.

 

“Tidak semua anak bagus dalam hal akademis. Seharusnya orangtua tidak boleh terlalu push anaknya. Jangan merasa malu, bisa saja sang anak menonjol di talenta lainnya,” tuturnya.

 

Sementara menurut Profesor Harvard, Howard Gardner, kecerdasan manusia dibagi menjadi delapan, yaitu kecerdasan linguistik, logika matematika, visual dan spasial, kinestetik jasmani, musikal, intrapersonal, interpersonal, serta naturalis.

 

Dengan adanya kecerdasan yang beragam ini, tentu nggak adil jika menyamaratakan kemampuan anak lewat nilai akademik saja. Pada dasarnya, nggak ada anak yang bodoh, kok. Mereka hanya memiliki talenta yang perlu digali bersama-sama.

 

Artikel terkait: Mendidik anak

  1. Para Orang Tua, Apa Hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Memilih Sekolah Anak?
  2. Berapa Uang Saku Yang Wajar Untuk Anak Zaman Sekarang?
  3. Yuk, Ajak Anak Merasakan Sensasi Mengelola dan Mencari Uang Sendiri Sejak Dini!

 

Membandingkan anak secara berlebihan merupakan bentuk bullying

 

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain memang dapat memotivasi kita untuk menjadi lebih baik dan memiliki daya juang. Tapi, jika dilakukan secara berlebihan, hal ini tentu nggak berbeda dengan bullying atau perundungan.

 

Dampaknya, kepercayaan diri mereka bisa tergerus sehingga mereka merasa inferior. Selain itu, mereka juga tidak bisa menikmati proses belajar serta mengejar prestasi. Sebaliknya, mereka justru merasa tertekan dan stres. Hal ini malah bisa memicu berbagai perilaku menyimpang.

 

Artikel terkait: Orang tua dan anak

  1. 5 Hal yang Perlu Kamu Tahu tentang Day Care (Tempat Penitipan Anak)
  2. Bunda, Coba 3 Resep Bekal Sekolah Sehat untuk Anak Ini, Yuk!
  3. Anak Mau Masuk Sekolah? Duh, Butuh Duit Nih!

 

Bagaimana cara yang baik membantu anak menggapai kesuksesan?

 

Agar anak benar-benar mampu menggapai kesuksesan, sebagai orang tua kita perlu mencari hal-hal positif yang dimilikinya. Alih-alih membatasi kegiatannya hanya demi akademis, paparkan mereka pada berbagai aktivitas yang dapat merangsang talenta sejatinya. Kenalkan mereka dengan alam, ajari mereka bermusik, ajak mereka berolahraga, dan sebagainya. Jangan ragu pula untuk mengajak mereka mengikuti tes minat dan bakat.

 

Ada banyak contoh orang sukses yang prestasi akademiknya nggak menonjol. Menteri Kelautan Susi Pujiastuti misalnya. Meski hanya tamatan SMP, ia mampu mendirikan perusahaannya sendiri pada usia 30 tahun. Contoh lain adalah George W. Bush, mantan presiden Amerika Serikat. Semasa kuliah, nilainya biasa saja. Ia bahkan kerap mendapat nilai C.

 

“Kita harus mencari tahu apa bakat dan minat anak kita. Cocoknya dalam hal apa, sebab jika anak sudah merasa sesuai dengan apa yang dikerjakannya, hal tersebut bisa menjadi poin untuk mereka sukses ke depannya. Karena sukses tidak harus selalu melalui akademik,” tandas Nana kepada Kompas.com.

 

Sebagai orang tua, kita perlu mendorong anak untuk meraih kesuksesannya. Tapi, tentu dengan cara yang benar. Sebab, mereka selayaknya bisa menjalani kehidupan yang mereka impikan. Setuju?