SWARA – Belakangan, asuransi pendidikan mulai banyak dilirik oleh para orang tua di Indonesia dibandingkan tabungan pendidikan. Salah satu pertimbangannya karena dengan asuransi pendidikan maka ada banyak keuntungan yang ditawarkan. Mulai dari dana pendidikan yang lebih pasti dan adanya proteksi jika terjadi hal buruk di masa depan.
Artikel terkait: Pendidikan anak sejak dini
- Yuk, Gali Potensi Anak Selama Liburan Melalui 6 Kursus Ini
- Dear Parents, Begini Caranya Bantu Anakmu Siap Menuju Bangku Perkuliahan
- Ini Dia 5 Jenis Investasi yang Tepat Untuk Biaya Pendidikan Anak
Tapi, ternyata dibalik keuntungannya tersebut asuransi juga memiliki risiko. Sayangnya, risiko ini kerap tersembunyi dan kurang diperhatikan para pembeli produk asuransi. Nah, untuk menelitinya lebih jauh, perhatikan 8 risiko ini apabila kamu memilih asuransi pendidikan.
1. Memahami bahwa asuransi pendidikan berbeda dengan menabung
Jika kamu memilih produk asuransi pendidikan maka uangmu akan diinvestasikan pada instrumen-instrumen investasi yang memiliki risiko seperti saham, obligasi, dan lain-lain. Apabila investasinya baik, tentu saja akan menghasilkan keuntungan. Tapi, jika manajemennya buruk, well, bisa saja uangmu berkurang atau malah habis. Alih-alih untung malah buntung!
2. Perhatikan jumlah potongan biayanya
Memilih produk asuransi pasti ada beban biaya yang dikenakan. Potongan biaya ini ternyata ada banyak jenisnya, termasuk untuk membayar komisi tenaga penjual alias si agen asuransi. Patut diketahui, pemotongan terbesar itu terjadi pada 5 tahun pertama. Bahkan, saking besarnya bisa jadi dana yang tersisa tinggal sedikit. Kamu harus siap-siap ya menerima kenyataan ini.
3. Proyeksi belum tentu pasti dan sesuai ekspektasi
Biasanya, hal pertama yang disebutkan oleh agen kepada orangtua adalah angka proyeksi yang mentereng dan menjanjikan.Sayangnya, banyak calon nasabah (orangtua) yang langsung percaya begitu saja. Padahal, itu hanya proyeksi, lho. Belum pasti terwujud sesuai dengan ekspektasi atau harapan kamu karena memang nggak dijamin.
4. Manfaat asuransi tambahan (rider) bisa mengurangi jatah investasi
Saat menawarkan produk asuransi, agen umumnya akan menawarkan rider atau manfaat asuransi tambahan seperti proteksi cacat tetap, kesehatan, dan lain-lain kepada calon nasabah. Yang tidak dijelaskan adalah sesungguhnya, mengambil rider sama saja dengan mengurangi jatah investasi untuk dana pendidikan itu sendiri. Alhasil, target dana pendidikan seringkali meleset, atau lebih rendah.
5. Pembayaran premi lebih lama dari yang dijanjikan
Sebenarnya periode pembayaran premi tergantung dari untung atau nggaknya investasi yang dilakukan oleh sang perusahaan asuransi. Jika keuntungan investasi memang sesuai harapan, maka masa pembayaran akan sesuai dengan ilustrasi proposal penawaran. Tapi, kalau nggak sesuai, nasabah harus membayar lebih lama.
Sayangnya, masih banyak agen yang menjanjikan masa pembayaran yang sesuai atau bahkan lebih singkat, tanpa menginformasikan risiko ini.
6. Proteksi asuransi nggak gratis, selalu cek jumlah saldo
Nasabah, seringkali nggak menyadari kalau proteksi asuransi pendidikan itu nggak gratis! Untuk memperoleh asuransi pendidikan, ada biaya asuransi yang harus dibayar.Biasanya sih, agen akan bilang bahwa proteksi akan tetap berjalan meskipun dana pendidikan sudah cair. Seolah-olah proteksi tersebut gratis.
Padahal, setelah dana pendidikan dicairkan, otomatis proteksi pun selesai. Atau, kalau ternyata dana di dalam saldo asuransi pendidikan sudah habis, maka asuransi pendidikan tersebut otomatis akan mati.Karena biaya asuransi inilah terkadang dana pendidikan nggak mencapai angka yang diinginkan di masa depan.
7. Investasi belum tentu aman
Di asuransi pendidikan, uang setoran akan ‘ditanam’ pada jenis investasi yang dapat mencapai tujuan dana pendidikan yang telah ditentukan.Agen seringkali memilihkan instrumen investasi yang memiliki return tinggi, seperti reksa dana saham. Tapi, instrumen macam ini memiliki risiko yang tinggi pula, lho.
Nah, risiko ini yang jarang diinformasikan. Jadinya, saat dana pendidikan ingin dicairkan, justru kosong karena mungkin nilai sahamnya turun. Padahal seharusnya sebelum dicairkan, beberapa tahun sebelumnya dana tersebut harus dipindahkan ke jenis investasi yang lebih ‘aman’.
8. Membaca polis dengan cermat dan teliti
Tahukah kamu, isi polis asuransi menjadi dasar yang legal dari setiap tindakan terkait dengan asuransi. Makanya, calon nasabah yang ingin menempatkan dana pendidikan anaknya di asuransi pendidikan, membaca dan memahami semua isi polis. Kalau nggak teliti, bisa saja nasabah akan menerima risiko berupa hasil yang kurang optimal dari manfaat asuransi tersebut.
Wah, ternyata memang cukup ‘tersembunyi’ ya beberapa risiko asuransi pendidikan di atas? Kamu memang harus cermat meneliti asuransi pendidikan yang kelak dipilih. Karena ternyata, asuransi pendidikan adalah produk asuransi. Bukan investasi!
Setelah mengetahui risiko dan produk asuransi pendidikan, jangan lupa juga ya untuk memastikan lagi tujuan keuangan sebelum membeli asuransi pendidikan.
Artikel terkait: Â Kuliah S2
- Kuliah Sambil Kerja, Ini Program Pasca Sarjana Terbaik Plus Rincian Biayanya di Universitas Swasta
- Sambil Kerja Lanjut Kuliah S2 di Universitas Negeri, Ini Rincian Biayanya
- Tips Hidup Hemat Mahasiswa Perantauan di Luar Negeri
Ajukan pinjaman uang tanpa agunan, tanpa kartu kredit hanya di Tunaiku sekarang juga!
Pinjaman dari Rp2-20 juta yang dapat diangsur mulai 6-20 bulan.
WINNY WITRA MAHARANI